06. Perjalanan Pulang

2.7K 763 80
                                    

Hari ini Sena gak sekolah, dia jatoh di kamar mandi tadi pagi kakinya keseleo. Jadi sekarang aku pulang sekolah sendiri. Kalau mau tau kemana semua temen-temenku, jawabannya hari ini karena aku piket dan pulang paling akhir gara-gara diminta tolong dulu sama Pak Dito buat cek nilai anak kelas tiga, tiga kelas. Sebetulnya aku seneng waktu di sekolah aku gak ada lihat Hendra. Aku ada lihat anak-anak cowok tanpa dia. Bukan aku merhatiin tapi emang kelihatan!

Sebelum betulan nyampe ke halte, aku ke fotocopy dulu. Selesai, barulah aku lanjut jalan. Sebelum samlai halte itu ada angkringan, tapi hari ini sepi. Eh di meja yang dekat ke jalan ada orang yangㅡah tai. Aku pura-pura gak lihat aja, cuek.

"Baru pulang?".

Kemaren dia amnesia kali ya? Jadi lempeng gitu tapi sekarang nanya lagi? Aku yakin itu ke aku karena:

1. Dia gak lagi nempelin hp di telinga.
2. Dia ada natap aku.
3. Yang jalan cuma aku.

"Hea!" panggilnya karena aku gak jawab waktu ngelewatin dia.

"Eh, kirain nanya ke angin."

Hendra natap aku datar, "Rumahnya jauh gak?"

"Jauh." gitu kataku.

"Ya udah, Hendra anterin."

Ah, salah ngomong! Hendra jalan ke motornya abis itu dia naik. Ah iya, dia gak pake seragam. Dia pake kaos tipis sama celana jeans. Oh bolos. Makanya tadi gak kelihatan.

"Jangan kelamaan ngeliatin." katanya sambil mundurin motor. "Kalau jadi suka nanti Hendra gak janji tanggung jawab, berat." katanya sambil ngangkat kepalanya yang udah pake helm, natap aku sambil nahan ketawa.

Ini aku kenapa malah diem. Kayak nungguin dia banget? Jadi karena sadar, aku langsung jalan lagi. Apa-apaan Hendra Hendra, biasa juga gue gue.

"Naik, Hea. Janji gak bakal nagih uang bensin." katanya yang berhasil nyusul aku yang lagi jalan.

Dia ngejalanin motornya pelan, kaya nyesuain sama langkahku.

Aku risih deh, sumpah!

"Cepet."

Aku noleh. Kupikir, ini orang apa banget sih?

"Ujan bentar lagi, lihat." katanya sambil nunjuk ke atas.

Maksudnya karena disini mendung, udah gelap. Soal itu sih bener. Jadi aku berhenti jalan, pun dia berhenti di bahu jalan.

Sore itu, sore dimana aku bingung sama laki-laki cungkring ini. Bingung disini karena aku gak gampang kenal gitu aja sama orang, tapi dia bisa-bisanya bersikap kaya udah kenal aja sama aku. Badan tipis tapi pake kaos tipis, celana jeans pas kaki, makin keliatan kecil. Kepala pake helm, jadinya dia ini kaya batang korek api tau gak.

"Jangan nagih uang bensin!"

"Hahay. Siap!"


































apa tidak kangen hendra hea?

Eksposisi AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang