LLB; Misi Selesai & Kenyataan Sebenarnya [3]

10K 782 29
                                    

Semalam Rehan pulang kerumah hampir jam setengah sepuluh malam. Nggak kerasa banget kalau ternyata dia di rumah keluarga Kanaya sampai jam sembilan. Dan semalam pula Rehan hendak melaporkan TKP kepada Gunawan. Tapi karena rumahnya sudah tutup, Rehan mengundurnya hingga pagi ini.

Dan tanpa diundang atau ditungguin, Gunawan udah nungguin Rehan didepan pintu.

Sekarang, Rehan dan Gunawan sedang menikmati sarapan pagi mereka.

Nasi uduk-yang dicarinya nggak sesulit nyari istri.

"Jadi gimana?" Rehan sedari tadi hanya diam dan membukakan pintu untuk Gunawan masuk. Tapi mulutnya masih belum terbuka- belum ngomong tapi Rehan dari tadi udah makan, "Baik sih ceweknya. Kelihatan agamais juga. Dan yang paling gue suka dari dia itu, lo tebak coba."

Gunawan yang duduk di lantai, menatap Rehan yang duduk di atas sofa dengan piring nasi uduk di pangkuanya, "Kamu tahu sendiri, aku ndak bisa nebak, Han." Kata Gunawan sambil menyuap nasinya.

Rehan tertawa menyebalkan, "Salah emang gue nanya sama lo. Yaudah ngggak jadi."

Gunawan mencebik, "Tapi Wan, ada yang aneh deh sama dia." Terang Rehan lagi, Gunawan menaikkan alisnya mengisyaratkan pertanyaan pada Rehan, "Nggak tahu juga ya gue, Cuma dia itu- ada yang aneh pokoknya sama deskrip lo. Dia pakai hijab-"

Gunawan menggeleng dengan cepat, "Ndak, dia ndak pakai hijab kata ibundaku. Ibunda hanya bilang kalau dia pakai baju merah dengan rok senada. Dia tinggi, ndak, Han?"

Rehan mengangguk, "Tinggi sih," Gunawan mengangguk, "Oh ya gue belum bilang, dia kan telat tuh ya Wan, tapi masa dia bilang, dia abis ngurusin anak-anak katanya. Seinget gue lo bilang dia kan pramugari? Emang pramugari ngurusin anak-anak juga ya?" Tanya Rehan yang entah jutru menimbulkan kebingungan di wajah Gunawan.
"Aku rasa ndak, Han. Buat apa ya dia ngurus anak? Memangnya dia guru TK."

Rehan menepuk bahu Gunawan dengan keras, "Nah iya. Itu dia, malah gue ngiranya dia itu guru TK. Dia juga cerita sih suka sama anak-anak. Cuma kita memang nggak banyak cerita soal pekerjaan. Cuma cerita soal minat aja. Dan lo tahu, minat kita sama."

"Apa? Dia minat apa memangnya?"
Rehan membisikkan sesuatu di telinga Gunawan, "A-apa?"

Rehan mengangguk, "Iya, dia minat sama tanaman juga. Bagus kan kita satu minat. Eh tapi nggak sih, lo lebih seneng sama binatang kan."

Gunawan tampak seperti menahan tawanya, "Kamu tahu ndak Han, ini tuh justru lebih seperti kamu yang membicarakan seorang wanita yang kamu dekati ke aku. Kenapa ndak buat dirimu aja, toh?"

Rehan membuat tanda menolak dengan tangannya, "Nggak, nggak, orang punya lo, kenapa harus jadi gue?"

Gunawan mengangguk, "Ya, ya, yasudah. Kuucapkan terima kasih untuk satu hari itu. Sisanya biar aku yang urus."

Rehan tertawa congkak, "Nggak masalah. Asal jangan lupa sama janji lo."

Dan Gunawan hanya bisa menutup telinga sambil menjejali mulutnya dengan nasi uduk.

-

Hari ini hari selasa, tapi Rehan nggak punya jadwal padat. Mungkin hari ini Rehan hanya akan memantau perkebunan barunya di daerah bekasi.

Seperti yang pernah dia katakan sama Ghania, Rehan itu nggak punya pembantu dirumah. Jangankan pembantu, masak aja dia sendiri. Tapi nggak muluk-muluk sama kodrat, Rehan Cuma bisa masak ala kadarnya. Sendiri dan sambil meratapi kesepian ketika dia berbicara karena menyicip rasa makanannya yang kadang nano-nano.

Rehan juga tipe yang terlalu boros. Boros yang selalu di kesalkan sama Ghania. Trus juga, dari kecil Rehan orangnya gengsian. Nggak aneh karena dia memang selalu pengen dibilang playboy biar kesannya bukan orang yang nggak laku. Rehan nggak bisa kalau nggak milih sesuatu yang nggak punya merk saat ia membeli sesuatu. Dia santai karena selama uang-uang yang digunakan itu miliknya sendiri. Dari kecil Rehan paling nggak bisa nabung, jadi udah ketahuan sih sama sifatnya saat ini juga.

Laki-Laki Biasa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang