12.

152K 10.7K 2.1K
                                    


Entah ada berapa banyak cewek yang pernah Geri buat menangis, karena kenakalannya di kelas contohnya Nabila, sekretaris kelasnya itu pernah dibuat menangis sambil terisak hanya karena Geri pernah menyindirnya pendek sewaktu ditugaskan guru piket menulis tugas di papan tulis lantaran guru mata pelajarannya tidak masuk. Atau, pada beberapa cewek yang pernah ditolaknya karena murni tidak suka dan tidak ingin menjadi cowok pemberi harapan palsu. Kadang cewek sering bersikap drama, mereka yang berharap, cowok yang dituduh penjahat kelas kakap.

Namun, kata-kata Dinda berhasil membuatnya merasa bersalah. Terlebih lagi ini sudah malam, Geri tentunya punya kewajiban untuk mengantar cewek itu pulang ke rumah dengan selamat. Jakarta di malam hari adalah gudangnya orang melakukan kriminal tingkat tinggi. Geri berusaha menelepon Dinda, tapi ponselnya tidak aktif. Dinda tidak mungkin jauh, keberadaannya pasti masih ada di sekitar tempatnya berdiri. Dia mengeluarkan motornya, keluar dari mal dan benar saja. Matanya menemukan Dinda berhenti di sebuah toko buah di pinggir jalan.

Membeli pisang.

Geri bergegas mendekati Dinda sambil mengendarai motornya. "Ini udah malem, lo nggak mau, kan, digodain sama cowok-cowok?" pertanyaan Geri membuat Dinda tersentak kaget hingga membuat pisang di tangannya terjatuh. Cowok itu refleks turun dari motor, membantu mengambilkan buah itu dan memasukannya ke dalam plastik yang diberikan oleh tukang buah. "Nih," dia serahkan plastiknya ke Dinda.

"Kalau kedatangan lo hanya karena lo merasa bersalah, mending lo balik aja. Toh lo juga nggak bakal peduli, kan, kalau gue kenapa-napa di jalan. Karena gue bukan Raini," jelas ada sirat kecemburuan dalam pernyataan itu yang jelas ditangkap oleh Geri. "Lo juga tenang aja, gue bisa jaga diri gue dengan baik. Lo kira, karena gue cewek, berarti gue lemah gitu?" Dinda menutupi rasa sedihnya. "Cewek itu sama kuatnya dengan cowok, lo emang nggak tahu kalau super-hero cewek juga sekarang udah ada? Wonder-Woman sama Black Widow."

Dinda bergegas melangkah pergi. Geri memandangi punggung itu yang berjalan kian menjauh, lantas berbicara sesuatu pada penjual buah untuk menitipkan motornya dan segera mengikuti Dinda dari belakang, kerumunan orang yang ikut berjalan kaki berhasil menyamarkan posisinya. Matanya melihat Dinda sudah naik bus. Dia pun mengikuti.

Cewek itu kini duduk manis sambil menikmati pisang. Geri langsung menundukkan kepala saat Dinda memutar kepalanya ke belakang, memperhatikan orang sekeliling. "Mas, bayar." Seorang kernet mulai berkeliling, Geri memberikan selembar uang.

"Sekalian sama cewek itu, Mas, yang lagi makan pisang. Tapi jangan bilang-bilang kalau udah saya bayar."

"Oke."

Ternyata tujuan Dinda bukan pulang ke rumah, melainkan ke kawasan Bulungan. Geri menaikkan alisnya dan terpaksa terburu-buru mengikuti dari belakang. Dinda melewati sekumpulan pengamen jalanan yang sedang nongkrong sambil membawa gitar, dengan rambut pirang dan telinga ditindik. Mereka bersiul sambil menatap terang-terangan kaki mulus Dinda.

"Gila ya tuh cewek?" Geri tidak habis pikir, bagaimana mungkin Dinda bisa seleluasa itu pergi sampai malam dengan mengenakan hotpants, apalagi pergi di lokasi yang rawan terjadi tindakan kriminal. Ibarat ikan asin yang dilempar di dalam kandang kucing liar. Jangan heran seandainya cewek itu menjadi pusat perhatian laki-laki.

"Awas lo, nggak usah macem-macem, ya!" Dinda berteriak sewaktu seorang pengamen menghadang jalannya. "Eh, gue teriakin, nih."

Geri segera mendekati Dinda, tanpa mengucapkan apa-apa, dia membawa Dinda pergi dari kerumunan pengamen itu. Dinda mendongak, terkejut sewaktu melihat kemunculannya. "Kok lo di sini? Cenayang ya lo?" teriak Dinda dengan suara melengking hingga telinga Geri berdenging. "Lo ngikutin gue? Kenapa? Tadi lo marah-marahin gue? Kok sekarang jadi peduli?"

KISAH UNTUK GERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang