“Kelak kita akan dipertemukan kembali oleh liontin perak yang tanpa sadar telah mengikat kita dalam satu ikatan utuh bernamakan kasih. Sampai hari itu tiba, tetaplah menunggu.”“Iliana.”
Gadis manis berlesung pipit itu mengulurkan tangan. Mata beningnya memandang takjub pada cowok berkulit putih dengan tampang keren. Persis aktor-aktor Korea Selatan yang ia gilai.
“Affa,” timpal cowok di depannya.
Ia balas mengulur tangan. Hanya sesaat, dan setelahnya segera melepaskan tangan gadis berambut panjang sebahu itu. Affa kembali duduk di kursi. Memandang jengah pada kedua orang tuanya yang tersenyum-senyum.
Matanya melirik ke arah Iliana. Gadis yang sering disapa Lia itu tampak mengulum senyum, terpaksa. Jarinya meremas ujung gaun yang ia kenakan. Affa tahu, gadis itu pun sama tidak sukanya dengan perjodohan gila ini.
Senyum menyeruak di bibir tipisnya yang berwarna merah muda. Sebuah ide terlintas begitu saja.
“Pa, Affa ajak Iliana ke luar, ya.”
Laki-laki paruh baya dengan wajah penuh wibawa dan rambut klimis itu memandang anaknya sebentar. Lalu mengangguk satu kali.
“Ooh, iya, iya. Kalian harus mengobrol berdua,” timpalnya kemudian.
Affa beranjak dari duduknya. Lagi, ia melirik Lia dan mengangkat satu alisnya. Seolah mengerti, gadis itu pun ikut beranjak. Mengikuti Affa yang lebih dulu berjalan keluar rumah.
Sesampainya di luar, Lia melihat Affa duduk bersandar pada pilar. Tangannya memegang sebuah rokok yang baru saja dihisap.
“Kamu merokok?” tanya Lia, setelah jarak mereka cukup dekat.
“Hmm, kenapa?”
Lia menggeleng pelan. Sedikit terkejut dengan suara Affa yang terkesan dingin. Pun wajahnya yang seolah menunjukkan bahwa ia tak ingin diganggu.
“Gue udah punya pacar,” ucap Affa tiba-tiba.
Lia mengerutkan keningnya. Beberapa kali matanya mengerjap, mencoba mencerna ucapan Affa.
“Cih, loe gak ngerti? Itu artinya gue gak mau dijodohin sama loe!” dengkusnya.
“Emang kamu pikir aku mau?!”
“Ooh, baguslah. Loe tinggal bilang ke nyokap loe buat ngebatalin perjodohan ini.”
Kali ini Lia mendengkus kesal. Ia tak menyangka bahwa cowok berwajah tampan itu ternyata memiliki sifat menyebalkan. Gadis itu sedikit menyesal karena tadi sempat kagum melihat Affa.
“Kenapa bukan kamu saja?”
Affa mengisap dalam-dalam rokoknya. Sebelum membuangnya dengan kasar. Tanpa berkata apa pun, cowok itu melangkah ke halaman samping. Menuju sebuah rumah pohon yang tak sengaja ia lihat sewaktu mobil ayahnya melintas tadi.
“Hei, mau ke mana?”
Affa tak menjawab. Malah langkahnya dipercepat menuju rumah pohon yang terletak di salah satu cabang batang rambutan. Di sebelah teras, Lia tak berani berteriak lebih keras. Takut ketahuan orang tuanya. Ia pun akhirnya memilih untuk mengejar Affa, naik ke rumah pohon. Akan tetapi, sesampainya di sana, ia diam. Hanya degup jantungnya saja yang bergumuruh.
♥♥
“Apa? Kamu dijodohin sama Affa Giforald?!” teriak Selli, membuat beberapa tamu di dalam kafe menoleh ke arah meja mereka.
“Sssst, jangan keras-keras.”
Selli mengangguk. Meringis sendiri mendengar pernyataan Lia.
“Kamu kenal dengannya?”
YOU ARE READING
Semesta Kisah
Short StoryKepada semesta, aku menghantarkan cerita-cerita penuh makna. Kisah kasih anak manusia yang mengatasnamakan cinta. Di mana jatuh cinta, rindu, luka, dan sisi lain dari cerita tercipta. Kepada penikmat semesta kisah, kini kuceritakan pada kalian yang...