Bab 1

2K 45 4
                                    



Pagi ini aku membereskan bukuku yang sedang berserakan di kamar, buru-buru sekali rasanya karena aku ada kelas pagi ini di kampus. Mama masuk kamar, mungkin berniat ingin membantu merapikannya, namun aku segera membereskan sebelum nanti mama kerepotan. Aku tidak ingin mama lelah, karena setiap hari beliau harus menyiapkan segala keperluan rumah, melayani Papa yang hendak akan bekerja di kantor. Aku anak satu-satunya itulah sebabnya kenapa mama begitu perhatian dan sayang, papa selalu sibuk dengan pekerjaannya terkadang aku rindu saat kami semua berkumpul. Namun aku mengerti semua ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Aku adalah Ayra Fazia Saira, yang berarti anak perempuan yang selalu dihormati dan memiliki banyak kesuksesan dalam hidupnya, yang penuh dengan kebahagiaan. Aku sangat bahagia papa juga mama memberikan nama ini, karena setiap nama miliki arti dan doanya sendiri-sendiri.

"Ma, aku mau berangkat kuliah. Aku sarapan di kampus aja ya."
"Lho.. kok ngga makan, mama sudah capek-capek masak buat kamu. Mama taruh tempat makan aja ya, tunggu bentar."

Bagaimana pun juga mama sudah merawat dan menjagaku dengan baik, bagi orang lain aku terlihat manja namun sebenarnya tidak. Ini adalah perilaku wajar seorang ibu, yang takkan mungkin membiarkan anaknya kenapa-kenapa. Lantas mama sudah siap menyiapkan bekal, aku pamit dengan membawa bekal makan juga tumpukan buku di tangan kiriku.

Aku naik taksi yang sengaja sudah aku pesan sebelum aku berangkat, aku menempuh waktu tiga puluh menit untuk sampai ke kampus. Setelah tiba ternyata teman-temanku sudah menungguku di kelas, mereka dengan raut wajah riangnya menyambutku dengan baik.

"Ra, tumben lo agak telat gini. Biasanya lo juga rajin banget, sampai mau ngalahin pak penjaga sekolah ini." Ledek Intan padaku.

"Gue tadi agak kesiangan, buku masih berantakan ya harus rapiin dulu. Masa gue ngerepotin mama yang tiap hari ngerapiin kamar sih."

"Bukannya emang udah gitu ya tiap hari?"

"Sialan! Nggak lah, gue gak anak manja. Meski dianggap manja, gue gak mau ngerepotin mama mulu."

"Udah-udah, kalian ribut mulu." tukas Arfan yang mencoba mencairkan suasana.

Setelah Arfan lewat, aku sadar dari tadi dia sengaja memerhatikan aku, dari tatapan matanya ada banyak sekali yang ingin ia tanyakan padaku. Ia teman sekelasku, meski begitu aku tidak begitu akrab padanya. Aku hanya berteman dekat dengan Intan, Bella juga Putri. Kami adalah sahabat sejak SMA yang sudah seperti saudara kandung sendiri.

Jam kampus sedang berjalan, aku sangat serius memerhatikan mata kuliah yang sedang dosen terangkan. Tiba-tiba ada kertas melayang ke arahku, aku membukanya dengan sigap. Aku khawatir jika pak Heru melihatnya, karena beliau sangat galak.

"Ayra, aku tunggu kamu nanti di kantin. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan sama kamu. Oh ya balas surat ini ya, jangan sampai ketahuan pak Heru nanti kamu dimangsa, Hahaha.."

Aku membacanya dengan ketawa, aku balas cepat "Ada apa, lagian bisa bicara langsung nanti. Pakai surat-surat segala, gak modern banget sih. Gak punya nomorku ya?"

Balasku lalu kulemparkan dengan hati-hati. Arfan sangat sigap sekali menerimanya, mungkin karena ia memang anak basket dulunya. Arfan Fakhri Prasetyo, dia adalah laki-laki yang saat ini sedang mencoba menarik simpatisku, dia berusaha untuk bertanya tentangku pada Intan, Putri dan Bella. Sering kali teman-temanku menceritakan semua itu, namun aku acuh saja. Karena memang aku hanya ingin fokus dengan masa kuliahku, daripada harus memikirkan hal yang bukan-bukan. Bagaimana pun aku anak satu-satunya di keluarga, mereka berharap aku mampu meneruskan perusahaan papa.

Jam istirahat telah berbunyi, aku sengaja untuk tidak keluar dahulu sebelum Arfan mengajakku ke kantin. Teman-temanku terlihat melirik Arfan, karena memang ia adalah laki-laki paling tampan di kelas.

Cinta Atas RelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang