Aku mengerucutkan bibirku.
“Nikahnya kapan, ngasih cucu untuk Umi kapan. Umi ini ada-ada aja, godain Risya malam-malam begini.”
Saat memeriksa ponselku, waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Pantas saja aku sudah merasakan kantuk menyerangku.
“Tidur yuk, Mi. Sudah malam,” ajakku pada Umi yang masih setia dengan kegiatannya membelai lembut puncak kepalaku. Segera saja aku bangkit duduk setelah berucap demikian.
Lantas Umi mengangguk, memberi intruksi untuk mencuci kaki sebelum menaiki tempat tidur.
Ku matikan lampu kamar, dan kini hanya lampu tidur temaram, yang memberi sedikit cahaya.
“Selamat malam, Umi,” kataku sebelum benar-benar terlelap.
Terakhir aku mendengar sahutan Umi, “Malam, Lilprin.” begitu sahutnya.
Malam yang indah. Lagi, dan lagi bukan karena manja, aku selalu menyukai saat di mana aku bisa menghabiskan waktu dengan keluargaku, seperti menghabiskan waktu dengan Umi, dengan Abi, atau pun dengan kakakku, Zidan. Bahkan saat hanya sekadar aku menceritakan hari-hariku di kampus kepada mereka. Aku merasa sangat bahagia.
🌿🌿🌿
“Umi... Umi di kamar mandi, ya?” teriakku saat melihat tempat tidur di sebelahku kosong. Tapi nihil juga saat melihat ke kamar mandi. Umi tidak ada di dalamnya.
Aku mengecek ponselku, kali aja ada petunjuk di mana Umi berada. Ternyata memang ada pesan, tapi ini dari Abi bukan Umi.
Abi : Assalamualaikum. Abi menjemput Umimu tengah malam karena kami harus segera ke luar kota untuk pekerjaan Abi yang mendadak. Jaga dirimu ya, Lil.
Aku membaca berulang kali. Memastikan, apa aku tidak salah membaca? Hal langka saat Abi mengganggu tidur Umi hanya untuk sebuah pekerjaan. Tapi biarlah, toh sipaa tahu memang sangat harus membawa Umi.
Risya Ramadhani H. : Waalaikumsalam. Baiklah, Bi. Siap, Abi.
Setelah menekan send aku kembali meletakkan ponselku, dan bergegas ke wastafel untuk membasuh wajah.
Menghabiskan waktu menunggu mentari terbit dengan kegiatanku seperti biasa.
Sepertinya, memang harus banget aku menikmati hari ini sendirian. Tenang saja, kalau judul lagu yang sering Aya nyanyikan 'Terlalu Lama Sendiri', seperti judulnya, dengan begitu aku sudah terbiasa sendiri jadi tidak masalah.
My world saat me time adalah dengan hal-hal yang sudah menjadi bagian dari diriku, seperti membaca buku referensi, muraja'ah atau lanjut menghafal, melanjutkan tulisan, atau sekadar mengarang kalimat motivasi. Mudah 'kan? Nggak muluk-muluk.
Satu hal yang terpenting dalam hidupku adalah di mana aku tidak perlu menjadi orang lain untuk bahagia, untuk dapat merasa bersyukur. Sebab, aku sangat bersyukur dengan hidupku, dengan diriku, dengan semua yang berkaitan dengan hidupku. Jadi, tidak perlu menjadi seperti orang lain untuk merasa bahagia. Cukup terima dirimu dengan segalanya di kehidupanmu, syukuri, dan kamu akan merasa berarti dengan dirimu apa adanya.
Jangan sedikit-dikit ingin menjadi inilah, itulah. Jangan! Kenapa? Karena kita terlahir sudah sebagai paket komplit dengan perangai, dan segala yang terjadi dalam hidup. Ingatlah selalu, Allah tidak pernah salah menempatkan sesuatu. Allah itu Mahaadil. Tanamkan itu dalam hatimu.
Jodoh, rezeki, dan segalanya sudah diatur oleh yang Mahakuasa. Tidak usah memusingkan diri untuk mendikte Tuhan melakukan sesuatu untukmu, karena kamu hanya seorang hamba, yang di mana Allah yang jauh lebih tahu apa yang terbaik untukmu.
Berhentilah menyia-nyiakan waktu. Saatnya rengkuh cinta Allah, dan jangan pernah lepaskan, maka hatimu senantiasa terlindungi dari keburukan. Jika pun sekali-kali terikut tipu daya, itu manusiawi, karena setan selalu punya cara menyiasati pikiran agar tak mengikuti kata hati. Tapi, jangan berlarut, sebab yang kuat imannya juga akan selalu punya cara untuk lepas dari tipu daya setan. Yakinlah, Allah selalu bersamamu selama kamu mengingatnya.
“Assalamualaikum?” seruku setelah menjawab panggilan yang sedari tadi membuat ponselku berdering.
“Kamu di mana?” suara Aya? Aku menatap layar ponsel, ternyata memang dia yang menelepon.
“Bukannya jawab salam. Oh ya, aku masih menikmati liburanku, Ay,” kataku.
“Baiklah. Aku tutup. Wassalamualaikum.” Sambungan telepon terputus. Dasar aneh!
Semakin aneh saja orang-orang di sekelilingku. Tapi biarin, bodoh amat. Aku ingin menikmati waktu liburanku.
“Welcome me time, yey,” ucapku setengah berteriak.
Terlepas dari keanehan orang-orang akhir-akhir ini, aku kembali mengatakan kalau aku sangat bersyukur. Dan untuk kesempatan me time dari Abi, aku bahagia, sangat.
YOU ARE READING
Setulus Rasa (END)✔️
SpiritualUpdate tiap senin, rabu, jumat, sabtu! Baca yuk! Kali aja bisa jadi temanmu mengarungi kisah cinta yang abu-abu, sebab belum pahamnya dirimu dengan cinta atas dasar cintamu pada-Nya, Sang Pemilik Cinta. Bukankah romantis jika rasa itu dinamai Cinta...
32. Me Time
Start from the beginning
