Part 4

1.3K 214 24
                                    

Di ruangan kerja Lucas masih menyimpan kekesalannya karena semalam. Orang lain mungkin sudah melampiaskannya dengan merokok tapi tidak baginya. Ia bukanlah perokok, tidak suka dengan bau asapnya. Lucas duduk di kursi kerja dengan menyenderkan punggungnya. Pikiran pria itu melambung terlalu jauh karena wanita itu. Ia telah membuat seorang Lucas tidak percaya diri atas penolakan Angelica. Lucas mendesah, tidak bisa konsentrasi. Harusnya pagi ini ada rapat dengan anggota parlemen. Tapi ia memilih tidak hadir.

Tokk... Tokk... Tokkk...

"Masuk!"

Pengawalnya yang datang membawa clutch bag berwarna silver dan juga sepasang high heels. Lucas mengenalinya. Ia meminta clutch tersebut dari tangan pengawalnya. "Saya menemukan tas ini di perpustakan, Tuan. Saya menduga semalam ada yang diam-diam masuk kesana. Saya sudah memeriksa identitasnya, dia seorang wanita. Apa saya harus memanggilnya kesini?"

"Jangan," ucapnya karena mengenali tas tangan itu milik siapa. Lucas membuka clutch tersebut. Kartu identitas, kartu nama, ATM, uang dan ponsel. "Biar saya yang mengurusnya."

"Baik, Tuan." 

Lucas membaca identitasnya, "Angelica Miller." Ia juga melihat kartu nama Angelica yang menjelaskan dimana wanita itu bekerja. Dan nomor ponsel serta juga alamat butik miliknya. "Dia seorang desainer." Kepalanya mengangguk. "Mari kita tunggu, apa kau akan mengambilnya?" Ponselnya mati baterainya habis. "Tolong isi baterai ponselnya."

"Baik Tuan," Pengawal itu mengambil ponsel Angelica lalu menunduk hormat sebelum keluar dari ruangannya.

Pria itu menyunggingkan senyuman puas. Memandangi high heels milik Angelica. Baru saja ia ingin melacak wanita itu. Namun keberuntungan ada dipihaknya. Lucas tidak perlu membuang-buang waktu. Ia percaya jika Angelica akan menemuinya dalam waktu dekat. "Angel.." ucapnya senang.

***

Di tempat lain Angelica mencari-cari clutch-nya, tidak ada. Semuanya ada di dalam clutch bag tersebut. Ia sampai pusing, kepalanya berdenyut nyeri. Terdiam sejenak sambil mengingat dimana ia meletakan clutch miliknya. Ia membanting tubuhnya ke sofa. Apa tertinggal di mobil James? Pikirnya. Ia segera menelepon James menggunakan telepon rumah.

"Hallo, James.."

"Hallo Angel, kau sudah bangun?"

"Ya, James.. Apa kau melihat clutch-ku? Disini aku tidak menemukannya."

"Sepertinya tidak, semalam kau tidak membawanya ketika kau mabuk. High heels mu pun entah dimana. Kau telanjang kaki. Apa tertinggal di rumah Tuan Lucas?"

Angelica menepuk keningnya. Ya, semuanya pasti tertinggal disana, batinnya. "Aku akan mencarinya lagi."

"Kau perlu bantuan?" tanya James.

"Tidak, tidak perlu. Aku akan mencarinya sendiri. Ya sudah, selamat bekerja, James.." ucap Angelica lalu memutuskan sambungan teleponnya. Ia mengacak-ngacak rambutnya.

Kenapa harus berada di kandang singa! Keluhnya.

Angelica menelepon Lory untuk datang ke apartemen. Ia membutuhkannya untuk meminjam uang. Dirinya tidak memegang sepersen pun. Asistennya datang melihat Angelica yang berantakan. Mengeryit aneh, "kau kenapa, putus cinta?"

"Ini lebih dari putus cinta, Lory!" ucapnya berteriak. "Ya ampun, Lory! Aku kehilangan clutch-ku yang isinya semua identitas, atm dan ponselku. Ponsel, bisa kau pinjamkan ponselmu?" Lory duduk di sofa lalu merogoh ponsel di tasnya.

"Ini," Angelica langsung menyambarnya. Ia menekan nomor ponselnya. Berjalan mondar-mandir, ponselnya tidak aktif. Ia mencoba lagi terdengar menyambung.

Love Me (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang