Prolog

1.2K 28 3
                                    

Holaaaaa gaesss~

Ini cerita pertama aku di wattpad. Sebelumnya aku udah pernah posting cerita tapi di fansbase, fanspage sama blog aku aja. Dan sekarang aku mau nyoba posting di wattpad.  Udah pasti ceritanya beda dong, pemainnya juga udah beda banget hehe

Semoga cerita aku disini dapet respon yg sama juga ya pas aku posting di tempat2 sebelumnyaaa

Happy reading~

•••••

"Ini siapa lagi?"

"Itu temen aku, Lang.."

"Temen? Tapi kamu ngesave foto cowok ini lebih dari satu lho, Ra. Dan kayanya kamu seneng banget yaa video call-an sama cowok ini, sampe kamu screen."

"Lang—dia temen jauh aku. Aku ngescreen yaa karna—buat iseng aja. Namanya kita udah lama gak ketemu."

Lelaki yang bernama Gilang itu, mulai menatap geram perempuannya. Tangannya menggenggam erat ponsel milik kekasihnya yang sedari tadi sedang ia perdebatkan. Seperti ada sesuatu yang sedang tertahan untuk tidak keluar didalam dadanya. Sungguh lelaki ini hanya tidak ingin melakukan cara yang kasar pada kekasihnya.

Seperti ada sesuatu yg sedang disembunyikan oleh kekasihnya.

"Kalo emang temen-temen kamu lebih spesial daripada aku, kenapa aku gajadi temen kamu aja?" kemudian Gilang tersenyum kecil—pait.

Kini perempuan itu yang terdiam. "Maksud kamu gimana?"

"Maksud aku gini.." Gilang mengembalikan ponsel milik kekasihnya, kemudian menggenggam lembut telapak tangan kanannya. "Aku gapernah nyari-nyari masalah sama kamu selama hampir setengah tahun kita pacaran yaa, Ra. Aku selalu ngalah sama kamu, aku juga gapernah memperbesar masalah-masalah sepele. Tapi kalau untuk masalah laki-laki.. lebih baik aku yang ngalah aja yaa."

Ucapan Gilang benar-benar membuat kekasihnya diam beribu bahasa. Seperti pisau yang tertancap tepat di ulu hatinya.

"Bukannya aku udah gak sayang sama kamu lagi. Tapi ini yang kesekian kalinya aku mergokin kamu deket sama cowok lain yang kamu bilang itu cuma temen."

"Tapi dia emang cuma temen aku, Lang. Kamu harus percaya."

Gilang masih bisa untuk tersenyum. "Semua orang punya bates kesabaran, Ra. Dan mungkin kesabaran aku Cuma sampe disini aja. Tapi, thanks a lot yaa Laura, buat semuanya."

Laura menatap Gilang tak percaya.

"Maaf, aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu." Kemudian ia melepaskan genggaman tangannya dan berlalu pergi.

"Lang.."

Gilang tak menoleh.

Laura berdiri dari kursinya. "Gilang!"

Gilang mulai menjauh.

"Gilang, tunggu!"

Gilang semakin menjauh.

Tapi Laura masih tetap mencoba untuk mengejar Gilang.

"Laura!"

Kedua bola matanya melotot menatap langit-langit kamarnya. Kamar yang berbau obat. Yaa—rumah sakit. Rasanya Gilang seperti habis lari marathon yang membuat jantungnya berdebar cukup kencang, walau tidak berkeringat. Tapi, mimpinya sudah cukup untuk membangunkannya ditengah malam seperti ini. Mimpi buruk. Sangat.

Entah kenapa, tiba-tiba saja kejadian limabelas bulan yang lalu terulang kembali didalam mimpi Gilang. Kejadian yang mungkin akan berbekas didalam ingatannya, dimana Gilang memilih untuk pergi daripada harus bertahan dalam posisi yang salah. Salah yang dimaksud adalah, bertahan dengan seseorang yang tidak sepenuhnya menghargai keberadaannya sebagai seorang kekasih.

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang