Bagian 7.

13K 969 21
                                    

Jaka berperang dengan dirinya sendiri. Dia bersumpah, saat ini dia hampir kehilangan akal. Gadis yang meringkuk di sampingnya adalah istrinya sendiri, secara hukum dan agama sah untuk disentuh.

Jaka beristigfar dalam hati. Dia adalah laki-laki yang soleh dan tak pernah berhubungan lebih jauh dengan perempuan, walaupun banyak para gadis yang menaruh hati padanya.

Jaka yakin Alena sudah tertidur. Gadis itu bernafas teratur sambil sesekali merapatkan tubuhnya padanya. Tidak tahukah dia bahwa Jaka sudah kewalahan menetralkan detak jantungnya? Jaka berusaha tak bergerak seperti patung supaya tak ada kontak fisik berlebih di antara mereka.

Jaka terus menjaga fikiran warasnya malam ini. Hubungannya dengan Alena belum sedekat itu. Apa yang terjadi malam ini pun mungkin akan disesalinya besok ketika dia terbangun.

Jaka menghela nafas, gadis itu sama sekali tak memikirkan dirinya. Lihatlah dia, tungkai panjangnya sudah menimpa Jaka dan melingkarkannya di sana.
Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Dengan pelan dan hati-hati Jaka memindahkan kaki Alena yang melingkar seenaknya di kakinya itu.

Baru saja Jaka bernafas lega, sekarang dia malah dikejutkan dengan mata Alena yang terbuka tiba-tiba. Awalnya matanya terbuka sayu dan beberapa detik kemudian berubah menjadi terbelalak.

"Apa yang kau lakukan kepadaku, Jaka?"

Alena langsung bangkit dari tidurnya dan menatap Jaka dengan geram.

"Nona, bukankah anda sendiri yang meminta izin kepada saya supaya anda bisa tidur bersama saya di lantai karena ketakutan."

Alena terdiam menahan malu. Dia bangkit kembali ke ranjangnya yang dingin. Dia mendengus malas, seandainya saja suaminya itu bukanlah tukang kebunnya, mungkin dia akan berusaha menerima laki-laki itu dan dengan senang hati.

Dalam hatinya sendiri dia mengakui ada kenyamanan ketika bersama Jaka. Dia merasa bahu kokoh laki-laki itu sangat menjanjikan untuk melindunginya dari apapun.

Jaka mengamati Alena dalam diam. Dia sedikit tersenyum geli melihat Alena memukul-mukul kepalanya sendiri. Ketika gadis itu memutar kepalanya, saat itu tatapan mereka bertemu. Ada dentuman keras di dada Alena melihat suami mudanya itu menatapnya dalam dengan rambut yang acak-acakan.

Jaka sangat mempesona malam ini, bibir merah muda yang tidak tersentuh rokok dan jarang berbicara itu sangat menarik perhatiannya. Dada Alena semakin bergemuruh, dia sebenarnya benci mengagumi raga Jaka. Sekali lagi dia memukul kecil kepalanya. Barangkali ada saraf yang tidak menjalankan fungsinya karena begitu mudah terpesona.

Alena harus membelakangi Jaka supaya dia tidak bertindak memalukan. Ini pertama baginya perasaan seperti ini, atau mungkin laki-laki itu sudah mengguna -gunainya, benar ... kemungkinan terakhir lebih masuk akal dibanding perasaan kagumnya tumbuh secara alami.

Suami Pilihan Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang