Bagian 6.

10.7K 874 7
                                    

Sepasang suami istri itu sibuk dengan pemikirannya sendiri. Setelah makan malam bersama dalam diam, mereka memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar. Di luar sedang hujan lebat, angin kencang disertai petir bersahut sahutan. Alena merapatkan selimut ke tubuhnya. Meringkuk mencari kehangatan.

Belum ada terlintas di hati Alena untuk pasrah dengan takdir ini, sebisa mungkin dia akan mencati cara untuk lepas dari laki-laki yang cocok jadi adiknya itu. Mimpinya masih panjang, targetnya masih ada yang belum tercapai.

Jaka juga belum tertidur, dia sibuk berfikir sambil menatap langit-langit kamar Alena. Malam ini hampir sama seperti malam sebelumnya. Bedanya Alena tak lagi melemparkan bantal dan selimut secara kasar. Dia masih dingin, tak mau tau dan asik dengan dunianya sendiri.

"Aku tidak bisa tidur!" Alena bangkit dari ranjang dengan rambut yang tergerai indah. Sebagian menjuntai berantakan di sisi wajahnya.

Dia melanjutkan, "sumpah, ini sangat dingin."

" Anda bisa memakai selimut saya, Nona!"

Jaka tanpa diminta menarik selimutnya dan mengulurkannya kepada Alena. Alena menatap selimut dan Jaka bergantian sambil menimbang. Belum sempat dia mengulurkan tangan mengambil selimut itu, tiba-tiba listrik padam bersamaan dengan petir yang sangat keras.

Refleks Alena meloncat dari tempat tidur menutup telinganya sambil menjerit.

"Jaka, aku takut."

Jaka menangkap lengan Alena dengan tangkas, membuat tubuh mereka bertabrakan. Mereka saling menatap di sela penerangan yang dihasilkan oleh kilat, Alena terpaku sejenak ketika melihat wajah Jaka menegang dengan mata menggelap. Alena pun merasakan dadanya berdesir halus dan mukanya memerah. Ini sungguh memalukan, bertingkah manja padahal usianya sudah tua, tapi dia memang sangat takut dengan petir.

"Anda tak perlu takut, Nona."
Suara Jaka berubah serak, pegangannya belum terlepas, Alena pun enggan menjauhkan tubuhnya.

"Apa kau keberatan jika aku tidur di lantai bersamamu?" Alena bertanya menahan malu dan muka yang semakin memerah.

Jaka tersenyum." Tidak sama sekali,  nona."

Ini hanya sebatas saling berempati sesama manusia, tak ada maksud lain, walaupun guntur dan hujan bertarung melewati malam.

Suami Pilihan Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang