Yoongi kini hanya bisa tertunduk lesu disalah satu bangku tunggu rumah sakit ini. Matanya memejam erat berusaha menetralkan semua emosi yang siap meluap kapan saja dari dalam hati terdalamnya.
Cukup.
Sungguh sudah cukup takdir terus mempermainkan dirinya.
Dia lelah.
Dia ingin menyerah.
Tapi tak bisa. Dia sudah berjanji pada Jin hyungnya bahwa ia akan menjaga kelima adik mereka. Dia tak mungkin mengingkari permintaan terakhir yang dia dengar dari kakaknya malam itu. Namun sungguh. Tak bisakah sekali saja takdir berbaik hati padanya? Tak bisakah dunia yang kejam ini memberikan sedikit cahaya matahari untuk menerangi harinya? Jujur dia sangat rindu pada hidupnya yang dulu.
Meski berat namun mereka bertujuh bisa melalui itu bersama. Melalui semua badai yang menimpa mereka bersama sama. Saling merangkul dan saling menguatkan. Tak pernah ada gurat sedih pada ketujuhnya. Hanya ada aura optimis yang mendominasi wajah ketujuhnya. Mereka saling menyayangi, mereka saling mendukung, mereka tak pernah saling menjatuhkan, tak pernah ada kata saling menyalahkan dalam kamus mereka.
Kebahagian selalu mengikuti kemanapun mereka pergi. Kehangatan selalu membalut kemanapun mereka berjalan. Canda dan tawa juga selalu hadir dimanapun mereka berada. Mereka benar benar layaknya sinar matahari yang selalu memberikan kebahagiaan pada siapapun yang melihatnya.
Dia rindu saat saat itu.
Sungguh miris sekali nasibnya kali ini. Bahkan dia sudah seperti orang gila yang sekarang menertawakan takdir hidupnya sendiri.
Semalam, Adiknya berhasil meluapkan semua emosi yang dia tahan selama ini. Namun akhirnya dia juga yang kini ikut membiarkan Yoongi terpuruk sendirian. Menahan semua beban batin yang kian menyiksa jiwanya sendirian. Membunuhnya secara perlahan.
Ia akhirnya beranjak untuk kembali keruang rawat Jimin. Perlahan ia membuka pintu ruangan itu. Semua member telah terlelap di ruangan vvip yang sudah di design khusus menjadi ruang ICU pribadi bagi Jimin. Mereka harus cukup istirahat karena nanti siang mereka pasti akan sibuk dengan serangan serangan para wartawan yang akan menanyakan kabar Jimin hingga bagaimana Jimin bisa berakhir seperti itu.
Yoongi memandang sendu wajah adiknya satu persatu. Mereka semua begitu mengkhawatirkan Jimin hingga mereka rela untuk tidak tidur di kasur nyaman mereka. Yoongi tersenyum miris saat mengingatnya. Andai saja mereka tahu tentang keadaan Jin yang sebenarnya, apakah mereka juga akan seperti ini? Atau bisa saja lebih dari ini?
Mereka pernah mengusir Jin dan bahkan bisa jadi sampai sekarang mereka masih membenci Jin. Tapi bagaimana jadinya jika mereka tau apa yang sebenarnya terjadi? Apa mereka akan lebih menyedihkan dari ini? Atau bahkan bisa saja mereka lebih terpuruk daripada dirinya kini?
“Hyung... jadi ini alasanmu tak ingin mereka mengetahui apa apa?”
*Tes
Setetes air mata berhasil lolos dari mata sipitnya. Buru buru dia kembali pergi keluar dari ruangan itu sebelum ada yang bangun dan menyadari dirinya menangis saat ini. Sejujurnya dia tak ingin menangis. Namun tak bisa. Dia sudah tak bisa untuk terus menahan gejolak dalam dirinya ini.
YOU ARE READING
형, 이렇게 아니야. (Hyung, It's Not Like This) √
Fanfiction[Completed] "Ahh hyung... kurasa hidup kita lebih tenang saat hyung tidak ada..." celotehan pagi Taehyung membuat Jin yang sibuk membangunkan member BTS lainnya terdiam sesaat. "Ya mungkin. Tapi sebelum hyung benar benar pergi dari kalian, hyung h...
