30 - A Flashback : An Unsolved Feeling

Start from the beginning
                                    

"Aneh sekali suaranya," Seungmi meringis.

"Coba tekan lagi," Hyunsik kembali membantu Seungmi menekan senar di chord C. Kali ini menggunakan kedua tangannya; tangan kanannya membantu Seungmi memainkan senar di hadapan lubang udara, sementara tangan kirinya mengokohkan tangan Seungmi dari belakang. Mau tak mau ia harus merapatkan tubuhnya ke punggung gadis itu.

Bersyukur bahwa tidak ada seseorang yang masuk ke markas saat itu, jika tidak, mereka pasti dikira sedang berpelukan mesra.

Secara alami mata Hyunsik tertarik pada salah satu sisi wajah Seungmi yang kini hanya berjarak lima sentimeter di depannya.

Tiba-tiba semua terasa detail di penginderaannya. Aroma parfum Seungmi. Sentuhan tangannya pada tangan Seungmi. Wajah Seungmi. Leher Seungmi..

Ia segera melepaskan tangannya dari tangan Seungmi, mengambil sedikit jarak dan menarik napas panjang untuk menetralkan debaran jantungnya yang tak karuan tiba-tiba. Ini kali pertama hatinya berdebar begitu kencang saat ia berada di dekat Seungmi.

"Ah, aku bisa!"

Seungmi menoleh pada Hyunsik dengan senyuman lebarnya karena antusias telah memainkan Chord C dengan benar. Benar-benar tidak sadar bahwa ia tengah membuat hati lelaki ini semakin berdebar kencang.

***

Bulan ketiga di tahun ajaran baru. Seluruh siswa kelas tiga sudah mulai dituntut untuk fokus pada persiapan ujian dan melepas berbagai kegiatan organisasi. Begitu pula dengan Hyunsik, sudah saatnya ia melepas jabatan ketua klub seni lukis dan menyerahkannya pada adik kelas.

Anggota klub seni lukis, tak terkecuali Seungmi, tentu merasakan kehilangan ketua lamanya itu. Sepanjang hari wajah Seungmi tertekuk lesu. Murid-murid kelas tiga sudah jarang terlihat karena sibuk dengan jadwal pelajaran yang padat.

Gadis itu melangkah lesu dari halte bus menuju rumahnya. Hari ini ia pulang terlambat karena perkumpulan klub seni lukis, jadi tidak pulang bersama Seunghee. Dulu, Hyunsik akan mengantarnya pulang ke rumah setiap hari Rabu setelah perkumpulan.

"Oh Seungmi!"

Sebuah suara berat membuatnya mendongak. Mata kecilnya membulat melihat sosok yang sedari tadi sedang ia pikirkan kini berdiri di depan gerbang rumahnya. "Sunbae."

Hyunsik tersenyum tipis dan menghampiri Seungmi. "Kau baru pulang?"

Seungmi mengangguk. "Ya. ini kan hari Rabu."

"Oh ya. Aku lupa," Hyunsik tertawa kecil. "Padahal belum lama aku keluar dari klub seni lukis."

Gadis itu tersenyum tipis. "Sunbae, kau.. mencariku?"

Hyunsik mengangguk. "Kau punya waktu dua puluh menit untuk makan es krim?"

***

Keduanya menikmati sebatang eskrim di tangan masing-masing sambil memainkan ayunan di sebuah taman bermain terdekat.

"Aku tidak yakin kau menemuiku hanya untuk memakan eskrim." Seungmi membuka pembicaraan.

Hyunsik menghela napas panjang. Raut wajahnya berubah sendu. "Ya, mungkin. Seungmi," Hyunsik menoleh pada Seungmi, "Bolehkah aku bertanya satu hal?"

"Tanyakan saja. Tanya apa? Ah, tidak salah lagi, pasti bertanya tentang Seunghee.. semua anak lelaki yang menghampiriku pasti menanyakannya."

Hyunsik tertawa kecil. "Bukan. Ini tentang aku. Dan kau."

Seungmi menelan sekumpulan eskrim dingin dimulutnya bulat-bulat. Pikirannya seketika menafsirkan kata-kata Hyunsik dengan beragam arti.

B[L]ACKSTREETWhere stories live. Discover now