Yah, sejak kejadian itu gue ingin coba lebih kuat lagi dan pengen coba belajar variasi jurus lagi.

Selain sehat dan gue biar banya gerak, biar keren juga sih, hehe."


"Alah, dari dulu pamer mulu."


"Ngomong-ngomong, apa cuma gue ya lelaki disini yang punya kekuatan? Apa nggak ada temen-temen kita disekitaran kampus ini gitu?"


"Emm... kayaknya ada deh. Tapi gue lupa namanya. Orangnya sering touring sendiri."


"Gue juga pernah liat. Penampilannya kucel gitu kan?."


Esoknya...


Alarm ponsel berbunyi tepat pukul delapan. Ini kali ketiganya ponsel tersebut berbunyi yang pertama kali berbunyi pukul enam pagi. Sebuah tangan putih dan halus keluar dari balik selimut, meraba-raba benda yang menimbulkan kebisingan itu. Ia menekan tombol yang berada diatas setelah menemukannya dan suara yang mengganggu itu tak terdengar lagi. Diraihnya benda itu dan sosok kepala muncul dari balik selimut. Tangan satunya lagi meraba-raba dan mendapatkan benda yang dimaksud, kacamata. Lalu dipasanglah benda tersebut didepan matanya.


Ekspresi dan matanya terkejut ketika layar ponselnya tertera angka 08:00


"Yaaaah! Aku telat lagi!" histerisnya dan langsung menendang selimutnya.


"Ibuu! Kenapa nggak bangunin aku?!" tanyanya agak keras dari kamarnya.


"Ibu sama adek-adek udah berusaha bangunin kamu, tapi kamunya terus tidur kayak orang koma." katanya yang berada di lantai bawah.


"Gawat."


Ia langsung mendorong keras pintu kamarnya seperti didobrak dan langsung turun ke bawah membawa tasnya.


"Kamu ini masih aja panik. Biasa telat juga." kata ibunya yang sedang membaca majalah di sofa membelakanginya.


Ia tak menghiraukan perkataan ibunya dan langsung meminum susu untuknya yang tersedia di meja makan lalu memakai sepatunya.


"Berangkat, bu." pamitnya setelah cium tangan.


Gadis kuliahan itu memacu sepeda keranjangnya secepat yang ia bisa, dengan masih mengenakan kostum hiu yang sebenarnya hanya sebuah piyama sambil menggigit roti bakar selai kacangnya. Membunyikan bel sepedanya terus menerus menembus kemacetan seperti mengantarkan pesanan 50 porsi yang harus diantar dalam waktu singkat dengan jarak yang jauh.


"Akhirnya sampai juga." katanya lelah setelah menggembok roda sepedanya di parkiran kampus. Dengan cepat ia keluar parkiran.


Baru saja keluar parkiran, ada sebuah motor berkecepatan tinggi menuju kearahnya dan langsung mengerem mendadak sehingga roda depannya menahan body motor yang terangkat ke udara. Gadis itu hanya melihatnya dan diam, tidak panik dan histeris seperti pada umumnya.

Mazna X Adara: Pandemic StartedWhere stories live. Discover now