tiga dalam satu - wiro sableng

Mulai dari awal
                                    

"Nah, kau juga perempuan. Apa kalian berempat ini perempuan semua?!" tanya Wiro. "Seorang pendekar tidak layak berdusta!" Orang yang tadi berkata ulangi ucapannya. "Aku bukan pendekar! Aku seekor keledai tunggangan nenek-nenek butut ini! Kalian lihat sendiri!" kata Wiro pula lalu tertawa gelak-gelak. "Kalau kau memang ingin mati sebagai keledai betapa tololnya!" Orang berkerudung di samping kanan berucap. Dia memberi isyarat pada tiga kawannya. Yang pertama sekali bicara angkat tangannya. "Kami tahu kalung perak kepala srigala itu ada padamu. Kami melihat sendiri kau memasukkannya ke balik pakaian. Mengapa mengambil benda yang bukan milikmu?!" "Benda yang kau cari tidak ada padaku. Lagipula bagaimana aku tahu kalung itu memang milik kalian? Melihat cara kalian berpakaian, besar kemungkinan kalian adalah bangsa penjahat malam. Kalau bukan rampok, pasti maling!" "Percuma saja bicara baik-baik! Kawan-kawan! Habisi pemuda ini!" Orang di samping kiri hilang kesabarannya. Tangannya yang berbentuk cakar dan hanya satu jengkal di depan leher Pendekar 212 berkelebat ke depan. Breeeetttt! Pendekar 212 keluarkan seruan kaget. Kalau tidak lekas dia mengelak bukan leher bajunya yang robek tetapi tenggorokannya yang jebol! Empat suitan keras menggelegar di malam dingin. Empat tangan berbentuk cakar kemudian berkelebat. Wiro sentakkan dua tangannya yang memegang betis Sinto Gendeng. Dua kaki si nenek yang berada dalam keadaan lumpuh dan mati rasa mencuat ke depan. Wuuuuutttt! Wutttt! Bukkk! Bukkk! Dua penyerang berkerudung berseru marah sambil menahan sakit karena dua kaki si nenek yang digerakkan Wiro sebagai senjata penangkis menghantam pergelangan

mereka dengan keras. Sinto Gendeng sendiri karena lumpuh dan mati rasa tidak merasa apa-apa dan tetap saja duduk pejamkan mata di atas pundak muridnya! Empat tangan kembali berkelebat. Empat cakar menderu ganas. Breeeettt! Pendekar 212 keluarkan keringat dingin. Dada pakaiannya robek besar. Penuh geram Wiro lepaskan pukulan tangan kosong dengan tangan kiri lalu dengan jurus Kincir Padi Berputar dia hantamkan tendangan ke arah lawan paling dekat. Namun kaget murid Sinto Gendeng bukan kepalang ketika tahu-tahu betis dan pahanya yang dipakai menendang telah berada dalam cengkeraman dua tangan berbentuk cakar! Sedikit saja dia bergerak dan kalau dua lawan mau, maka daging betis dan pahanya akan amblas ke tulang. Selain itu, yang membuat nyawanya seolah terbang, dua tangan bercakar juga telah menempel di batang lehernya! "Nyawamu tidak tertolong! Apa masih belum mau menyerahkan kalung perak kepala srigala itu?!" Orang berkerudung di depan Wiro membentak. Sepasang matanya berkilat-kilat. "Tenang... Sabar..." kata Wiro dengan suara bergetar dan tengkuk dingin. "Kau bunuh diriku tak ada gunanya. Kalung itu benar-benar tidak ada padaku!" "Dusta besar! Bohong!" "Silakan kalian menggeledah! Kalau memang benda yang kalian cari ada padaku langsung saja bunuh! Tapi awas! Kalau kepala srigala itu tidak kalian temukan, jangan iseng mencari kepalaku yang lain! Ha... ha... ha!" Empat wajah di balik kerudung hitam jadi bersemu merah mendengar kata-kata Pendekar 212 Wiro Sableng itu. Tidak satupun dari empat orang itu bertindak hendak menggeledah. "Ayo! Kenapa kalian semua jadi pada diam?!" tanya Wiro. "Siapa sudi menggeledah tubuhmu!" teriak orang

berkerudung yang semuanya adalah perempuan dan tentu saja merasa jengah menggerayangi sosok Pendekar 212. "Panggil Ki Tawang Alu!" Salah satu dari empat orang berkerudung berkata. Lalu salah seorang dari mereka keluarkan suitan keras. Dari dalam gelap melesat seorang kakek berdestar hitam bermuka putih. Tubuhnya tinggi tapi bungkuk. Pandangan matanya tajam angker. "Ki Tawang Alu! Harap kau geledah pemuda ini! Kalung kepala srigala ada padanya!" Kakek bernama Ki Tawang Alu pelototkan matanya pada Wiro. Sesaat dia melirik pada sosok Sinto Gendeng yang ada di atas pundak Wiro. Kakek muka putih ini punya banyak pengalaman dan pandai menilai orang. Sesaat dia tampak tegak meragu. Melihat hal ini orang berkerudung di samping kanan membentak. "Lekas periksa pemuda itu! Si nenek jangan diganggu!" Dibentak begitu rupa kakek muka putih segera ulurkan dua tangannya. Caranya menggeledah Wiro aneh dan cepat sekali. Dalam waktu singkat dia orang mampu menyentuh setiap sudut sosok Pendekar 212. Empat orang berkerudung kecewa besar ketika si kakek kemudian berkata sambil mundur. "Kalung itu tidak ada padanya...!" "Mana bisa jadi!" "Tidak mungkin!" "Aku melihat sendiri benda itu disembunyikannya di balik pakaiannya...!" Ki Tawang Alu menggeleng. "Aku sudah mencari. Tak mungkin kelewatan. Lebih baik kita segera pergi dari sini. Sementara benda itu belum ditemukan kita harus mencari benda lain yang dapat menyembuhkan pimpinan kita dari sakitnya..." Empat orang berkerudung memandang tidak percaya pada Wiro. Yang dipandang menyeringai sambil garuk- garuk kepala. Ketika kakek muka putih berkelebat pergi, empat orang berkerudung hitam mau tak mau akhirnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2010 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tiga dalam satu - wiro sablengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang