Dear ALI ::: 9

1.5K 117 5
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA!

malam telah larut tapi ali masih saja sibuk dengan beberapa kantong plasti yang ada ditangannya. Ali baru saja pulan g dari pasar unutk membeli bahan bahan untuk membuat es krim besok. Dengan mengayuh sepeda bututnya ali melewati gang gang kecil untuk menuju panti.

Malam itu udara terasa begitu dingin. Membuat ali harus dengan perlahan mengayuh sepedanya. Tapi dari arah belakang ali terdengar deru motor yang keras. Sebuah motor sport merah melaju kencang melewati ali, disusul dengan beberap motor sport lainnya yang juga melaju kencang. membuat ali menghentikan kayuhannya

Ali seperti mengenali siapa pemilik motor sport merah itu. Tapi semuanya dia tepis karena bukan kah motor itu tidak hanya satu didunia, ribuan pun ada.

Karena malam semakin larut ali bergegas mengayuh sepedanya agar cepat pulang. Takut bundanya khawatir. Ali akhirnya melewati jalan pintas. Meski ali sebenarnya tak terlalu sering lewat jalan itu karena jalanan yang sepi, dan minim penerangan. Tapi ali tak punya pilihan jadi mau tak mau harus melewatinya. Untuk memotong waktu agar cepat tiba dirumah.

Saat ali akan masuk dijalan itu terdengar suara kegaduhan. Ali melambatkan kayuhan sepedanya dan menstandarkan sepedanya. Melihat apa yang terjadi dijalan itu. Ali sembunyi dibali dinding belokan jalan itu.

Ali melihat pemilik sport merah beradu jotos dengan beberapa lelaki yang ali duga orangn yang mengikuti pengendara sport merah itu saat tadi. Ali tak bisa melihat jelas siapa pemilik motor sport merah itu karena dia memakai helm full face.

Terlihat ketiga laki laki itu dihajar babak belur oleh sang pemotor sport merah itu. Tapi saat pemotor itu lengah seorang lelaki lain berniat menusukkan pisau lipat dari arah belakang.

"awaaasss" teriak ali yang melihat pisau itu akan mendarat mulus dipunggung pemotor tersebut. tapi dengan sigap sedikit bisa menghindar. Tapi sia sia. Pisau itu malah menggores pinggang pemotor itu.

"pak itu begal nya pak. Tolong pak " teriak ali dibelokan jalan itu dengan melambai tanganya itu mengajak menyerah ketiga pemuda. Ketiga pemuda yang ketakutan dikeroyok waraga akhirnya melarikan diri. Mengendarai motornya menjauh.

Taktik ali yang berpura pura memanggil wargapun sukses . Alipun segera menolong pemotor itu. Terlihat dia memegang pingganngnya yang masih dibalut jaket kulit yang berlubanng.

"ngapai lo nolongin gw!" suara marah orang itu pada ali tanpa melepas helm fullfacenya. Tapi meski begitu ali bisa mengenali pemilik suara itu adalah seorang gadis. Membuatnya tak habis pikir kenapa ada seorang gadis yang dijam segini masih saja berkeliaran dijalanan dan bertarung layaknya preman dijalan ini.

"aku anter kamu ke rumah sakit ya" tawar ali dengan raut cemas. Karena melihat darah masih saja mengalir disela sela jaketnya.

"ga usha gue bisa sendiri!" tolak gadis itu. Tapi saat dia akan menaiki motor itu lukana semakin terasa. Ali tanpabertanya lagi segera mengambil ali motor gadis itu.

"naik atau aku curi motor kamu" gertak ali. membuat gadis itu mau tak mau menurut. Perlahan meski luka tusuk itu begitu terasa.

"tahan dulu sakitnya. Bentar lagi kita sampai kok" seolah mengerti ali berbiccara menguatkan gadis itu. Ali bisa membayangkan jika gadis lain yang mengalaminya psati akan berteriak histeris dan mendraama. Tapi lihat gadis ini. dia hanya mencengkaram kuat bahu ali untuk menyalurkn rasa sakitnya. Dan ali tak keberatan tentang itu.

Sesampainya di klinik terdekat, ali segera membantu gadis itu turun. Dan para perawat mengambil alih tugas ali danmembawa gadis itu keruang penanganan. Ali menunggu gadis itu didepan ruangan. Terlihat seorang suster memberikan jaket kulit yang tadi dipakai gadis itu kepada ali beserta helm yang sedari tadi dipakai gadis itu.Setelah cukup lama akhirnya dokter yang menangani gadis itu keluar.

"gimana keadaan dia dok?" tanya ali dengan raut wajah khawatir. Sang dokter hanya tersenyum kepada ali

"pacar anda baik baik saja mas. Hanya saja luka yang sedkit dalam membuatnya mendapat dua jaitan dipinggangnya" jelas dokter itu. Sejujurnya ali ingin meralat pernyataan tetang pacar itu tapi ali tak ambil pusing yang terpenting gadis itu selamat.

Ali yang baru saja ingin memegang pintu untuk masuk sudah didahului dengan orang ingin keluar dari ruangan itu. Ali terpaku, bukankah itu prilly. gadis yang selama ini menjadi sebab ali selalu tersenyum. Jadi gadis tadi adalah prilly.

Gadis itu sungguh memiliki bnyak misteri pikir ali saat melihat wajah datar prilly. prilly yang melihat ali didepan pintu mencoba bersikap biasa saja. Dingin lebih tepatnya. prilly tak mau ali melontarkan banyak pertanyaan pada dirinya karena dia tak mau lai masuk terlalu jauh kedalam hidupnya.

Sudah cukup tentang sekolahnya bukan tentang kehidupan pribadinya. Tapi melihat raut wajah khawatir ali yang sedari tadi mengantarnya sampai dilinik sejenak membuat hati prilly melunak. Sudah lama sekali dia tak pernah mendapat perhatian khawatiran dari keluarganya setelah kejadian itu.

"prillyyyyy!" teriak mila dari arah pintu masuk klinik. Membuat ali dan juga prilly sadar dari lamunan mereka masing masing. Prilly sengaja memanggil mila untuk mengantar dirinya pulang.

"lo ga papakan prill. otak lo ga ilangkan?" pertanyaan mila begitu menohok prilly. toyoran berhasil mendarat dikepala mila. Ali yang melihat itu hanya terkikik.

"gapapa gue"singkat prilly dengan tampang datar. Mila yang baru menyadari wajah datar prilly berarti ada yang tidak beres. Pandangan mila akhirnya mendarat di ali. ali cowok cupu yang satu sekolah kenapa dia ada disini?

"dia yang nolongin gue" jawab prilly yang tau pertanyaan dalam piikiran mila yang sedari tadi melihat ali.

"oh gitu. Makasih ya li udah tolongin prilly." ucap mila tersenyum lega

"sama sama"ali membalas senyuman mila

"lo bawa aja motor gue. Besok baru gue ambil pulang sekolah" minta prilly dengan berlalu dan mengambil jaket yang tadi dititipkan suster pada ali. ali tak habis pikir dengan prilly gadis itu baru saja mendapat jaitan tapi sekarang dia malah dengan santai pergi pulang seolah mendapat luka ringan. mila hanya melongo mengikuti prilly kearah parkiran. Bagaimana bisa pirlly menitipkan motor kesayangannya kepada ali. mustahil!

"prill lo yakin soal motor lo" tanya mila saat mereka masih diparkiran mobil. Karena sejauh yang mila tau itu motor peninggalan kakak prilly dan itu sangat berharga bagi prilly. bagaimana tidak. Dulu saat ada yang sengaja mengempeskan ban prilly saja orang itu babak belur ditangan prilly

"kasian dia. udah nolongin gue juga" cuek prilly. mila hanya tersenyum tipis. Untuk pertama kalinya melihat prilly peduli dengan lelaki padahal setiap harinya bisa membuat banyak lelaki sensara dengan mudah. Mungkin itu karena ali. si ketua osis yang sedrhana.


****

MAAF YA PENDEK BANGET:)

Salam rindu buat kalian semua

Maaf baru publish chapter ini.

Gimana feelnya? Kurang apa nih?

Komen dan vOTE selalu menjadi candu bagiku.

Dear Ali, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang