Leader Osis- 26

1.1K 149 10
                                    

Jangan lupa vote dan comment!😆

"Setiap puncak yang kamu datangi akan mengajarkan kamu apa itu artinya berjuang,
yang akan berbuah hasil atau sia-sia."

***

Hari ini adalah hari yang membuat Renaya gugup setengah mati, pertandingan sudah di depan mata, rasanya Renaya lemas ditempat, walaupun sudah berkali-kali bertanding seperti ini, namanya gugup dan grogi itu pasti ada.

Renaya melihat sekitar, Gor ini di penuhi oleh banyak anak yang ikut pertandingan tersebut, Gor ini memang sangat lah luas, banyak yang berhalu lalang, dan juga banyak berbagai perguruan-perguruan silat lainnya, Renaya pun senang bisa mendalami hobby nya ini.

Seseorang tersenyum disamping Renaya, menggenggam tangan nya seperti memberi kekuatan,"Jangan khawatir, kamu pasti bisa, dan aku disini gak kemana-mana." Kata seseorang sambil mengacak-acak rambut Renaya, memberikan sensasi supaya menenangkan rasa gugup dan grogi Renaya itu.

Renaya mengangguk,"Doain yaaa. Sumpah, gue--eh, aku gugup banget." Balas Renaya yang belum terbiasa dengan panggilan aku-kamu itu.

Lelaki itu mengusap-usap lembut tangan sang kekasih nya, Renaya."Kamu kan udah jago banget, kenapa harus gugup?" Tanya nya yang masih berusaha tersenyum, yang paling bisa melegakan hati Renaya lewat senyumannya itu.

"Ihhh, jago darimana? Aku aja masih kalah sama atlet, atlet itu." Katanya sambil menunjuk dengan dagu gerombolan para atlet sedang berbicara serius dengan sang pendekar."Jangan-kan atlet deh, masih jago-an juga pak Adnan,"Ucapnya lagi sambil cemberut dan menundukan kepalanya.

"Mangkannya terus asah hobby kamu ini, supaya kamu bisa kaya mereka." Ucap lelaki itu,"Aku selalu dukung kamu."

Kepala Renaya mendongak, lalu tersenyum,"Thanks, yaa. Dukungan lo Kak." Ujarnya sedikit gugup lagi, karna depan-belakang-samping kanan-dan kiri banyak sekali orang, jadi, Aldino dan dirinya berbicara seperti berbisik karna kebanyakan orang yang lebih dari seribu lebih ini.

Lelaki itu memang sangatlah perhatian kepada Renaya, ketika Renaya melakukan kesalahan pun dia hanya bisa mengacak-acak rambut halus milik Renaya, karna baginya sekuat apapun dia ingin marah kepada Renaya, dirinya selalu tidak bisa."Panggil Aldino aja, Sayang. Jangan pake embel-embel 'kak' lagi, aku kan pacar kamu sekarang." Jelasnya lagi seakan masih tetap semangat mengingatkan Renaya bila perempuan itu sudah terbiasa dengan embel-embel 'kak' untuknya.

Renaya mengangguk seakan membenarkan, walaupun sebenarnya hatinya seperti ada yang mengganjal, dia tidak tau itu."Oh-iya. Maaf deh, Hehehee." Katanya cengengesan yang semakin membuat Aldino gemas dengan muka nya yang tembam itu.

Aldino mencubit-cubit gemas pipi milik Renaya yang tebal itu, mengunyel-unyel pipinya itu, berniat supaya Renaya melupakan gugupnya, dan berhasil Renaya jadi semakin cemberut karna perlakuan Aldino itu, membuat Aldino gencar meledeknya.

Renaya cemberut. "Sakit tau!" Ucapnya sambil melipat-lipat bibirnya karna sebal.

Bukannya berhenti, malah semakin membuat Aldino gemas dan tertawa. "Pacar siapa sihhhhh iniiii, lucuu bangett." Kata Aldino gemas dengan pipi tebal Renaya.

"Woi! RENAYA!" Panggil seseorang dari pojok kiri dekat gelanggang itu, sontak membuat Aldino dan Renaya menoleh.

Ternyata seseorang itu adalah Cinta, Cinta memanggilnya untuk menghampiri kesana, sepertinya ada yang ingin di bicarakan oleh pelatihnya itu, Pak Adnan.

Leader OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang