#3
"Ya memang susah jika pada dasarnya ia tak memiliki perasaan yang sama denganmu."
-Hello, Good Bye Bae-
"Astaga, sabar!"
"..."
"Iya iya, ini gue sudah sampai."
Klik!
Karif mematikan sepihak sambungan telponnya saat ia memasuki cafe tempat ia berjanjian dengan seseorang. Aroma vanila menyeruak indra penciumannya saat ia mendorong masuk pintu cafe.
Laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafe, dan berhenti pada perempuan memakai baju tidur bergambar Hello Kitty yang duduk di pojok ruangan dekat jendela. Entah Karif harus berkomentar apa untuk kelakuan perempuan yang satu itu. Baju tidur pink yang dipakainya cukup membuat perempuan tersebut menjadi pusat perhatian.
Karif melangkah mendekat, kemudian duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan perempuan itu, yang dari jauh dilihatnya memasang tampang cemberut sembari menghembuskan napas berulang kali.
Belum sepatah kata keluar dari mulut keduanya, seorang waitress datang untuk mencatat pesanan mereka. Dan itu artinya, Karif tidak telat datang karena waitress saja baru mendatangi meja mereka. Ah dasar, padahal saat perempuan di hadapannya itu menelpon agar Karif datang, ia sudah seperti orang kesetanan dikira ada apa.
"Mbak catet ya," kata perempuan itu setelah menerima daftar menu. Waitress itu mengangguk. "Roti bakar satu, bakarnya sampe agak gosong, kasih topping coklat, keju, stroberi. Terus, chicken fingers satu, nggak mau tau pokoknya harus yang bagian paha. Terus, jamur enoki gorengnya satu, campur yang rasa BBQ, keju, sama spicy. Terus, onion ring-nya satu. Minumnya strawberry smootie satu, hot chocolate satu dikasih es yang banyak. Terus—"
"Umm mbak..." sela waitress. "Hot chocolate itu minuman panas, kalau misal mbaknya mau yang dingin bisa pesan ice chocolate."
Perempuan itu mendongak, wajah kesalnya tercetak. "Mulut, mulut siapa? Yang mau minum siapa? Terserah gue lah mau nyebutnya apa."
"Bukan begitu maksud saya mbak, tapi—"
"Ssttt... catat aja mbak, jangan mancing saya ribut disini," decaknya. "Satu lagi, air putih dinginnya dua gelas."
Waitress itu menurut saja dan tanpa banyak bertanya lagi ia mencatat semua pesanan. "Masnya mau pesan apa?" tanya waitress itu. Karif masih diam, tidak bergeming.
"Rif," panggil perempuan di hadapan Karif. "Karif!"
Ia melambaikan tangannya di depan wajah Karif. Namun, laki-laki itu masih melamun. Lalu...
"Woyyy!!"
"Hah," Karif mengerjap karena perempuan itu menepuk bahunya lumayan keras.
"Lo mau pesan apa?" tanyanya sekali lagi.
"Air putih aja mbak."
Setelah mencatat pesanan mereka, waitress tersebut berlalu.
"Gue gak minta dibayarin, kenapa lo pesan air putih doang?"
"Gue kenyang setan dengar pesanan lo barusan."
Venus Megan, perempuan yang sudah bersahabat dengan Karif sejak mereka masuk sekolah dasar, dan kebetulan mereka sekelas. Perempuan berkulit putih bersih itu meletakan kepalanya di atas meja. Kakinya tidak tinggal diam, menendang-nendang kaki meja menciptakan keributan kecil. Beberapa pengunjung menatap kesal ke arah meja mereka, dan Karif hanya memperhatikan saja tidak berkomentar ataupun menegur.
أنت تقرأ
Hello, Good Bye Bae
أدب المراهقين"Kita tidak saling pergi, tidak juga ingin bersama lagi" Kalau ditanya kenapa Karif dan Dias terlibat hubungan, bahkan bertahan 2 tahun lamanya maka baik Karif ataupun Dias tidak tahu bagaimanya untuk menjawabnya. Bukan karena saling menyukai tanpa...
