Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

3. Taruhan

27.2K 1.4K 191
                                    

Ruangan itu sama bagusnya dengan ruang guru. Besarnya sama dengan kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Cat temboknya berwarna putih, memiliki tiga pendingin ruangan--peninggalan para pendahulu--serta rak-rak kayu berisi buku dan dokumen yang kebanyakan sudah tak terpakai lagi mengisi sisi sebelah kiri. Meja komputer dan sofa mengisi sisi sebelah kanan. Lemari besar berisi plakat dan penghargaan diletakkan di sisi paling belakang. Di tengah ruangan tersebut tersusun rapi kursi-kursi saling berhadapan yang dipisahkan oleh meja besar. Tiga kursi lainnya disusun di ujung meja, paling dekat dengan papan tulis dan pintu. Kursi itu milik ketua umum, ketua satu dan dua.

Jangan tanya kenapa ada dua wakil ketua di sana. Sejak beberapa tahun yang lalu, pembina OSIS sudah menerapkan sistem ini. Dimana kursi wakil ketua dua akan diisi oleh anak kelas sepuluh yang nantinya akan dipersiapkan sebagai ketua OSIS tahun berikutnya.

Di luar sana, terik matahari yang perlahan beranjak dari atas kepala terasa menyengat di kulit. Berbanding terbalik dengan ruangan dingin yang kursinya kini sudah mulai diisi oleh mereka yang memiliki kepentingan sebagai panitia MOS.

Sepuluh menit sudah terlewat dari jadwal rapat seharusnya. Tetapi sang ketua OSIS yang sudah tak memakai jersey basket itu sama sekali tidak terlihat terganggu. Dengan punggung bersandar santai di sandaran kursi, kaki terlipat dan jari-jari yang bergerak lincah sedang memainkan permainan di ponsel.

Lima menit kembali berlalu, sekarang gerutuan mulai terdengar dari tiap sisi. Saling timpal menimpali dengan sindiran halus soal kursi ketua dua yang masih kosong.

"Yan, nggak mau dimulai aja rapatnya?" Laki-laki yang bertanya itu duduk di kursi ketua satu. Dia memiliki potongan rambut cepak. Tubuhnya tegap dan sedikit berisi. Kulitnya terlihat coklat karena terbakar matahari. Pakaiannya rapi dari ujung kaki hingga ujung kepala. Bahkan tanpa perlu mengatakan atau melakukan apa pun, jiwa kepemimpinan dan sikap tegas sudah terpancar dengan jelas. Penampilan khas untuk mereka yang merupakan bagian dari Paskibra. Sandy.

Laki-laki yang ditanyai itu masih sibuk dengan ponsel. Asik sendiri dengan permainan yang sedang ia mainkan. "Tunggu Linda bentar lagi," ujarnya tanpa menoleh.

"Double standar lo, Yan. Kalo kita yang telat dateng lo marah-marah. Kalo si Linda yang telat dateng, lo anteng aja." Terdengar celetukkan dari salah satu kursi.

Mezian terdiam sebentar, kemudian menghela napas dengan raut wajah yang masih terlihat santai. Posisi duduk sudah dibenarkan. Punggung tak lagi bersandar. Permainan di ponsel sudah dikeluarkan dengan sekali tekan. Jarinya sekarang sudah bergerak lincah, mencari nomor orang yang mereka tunggu. Linda.

Laki-laki itu meletakkan ponselnya di telinga. Menunggu jawaban dari seberang sana.

"Lagi di mana?" tanya Mezian lembut saat telepon itu di angkat. Suaranya cukup kuat untuk membuat semua mata menoleh ke arahnya.

"Oh, masih ketemu dengan Pak Haris ... masih bahas konsep kegiatan kita yang harusnya udah selesai dari minggu lalu ya? Itu, yang nggak selesai karena anggota-anggota kesayangan kita ini nggak bisa dateng rapat dan juga nggak ngerjain tugasnya? ... oh, enggak kok. Kita mulainya tunggu lo udah ke sini aja ... nggak apa-apa. Mereka nggak akan marah. Gue yakin anggota tersayang kita ini dengan senang hati menunggu lo kembali ... oke, nggak usah buru-buru. Santai aja, Lin." Panggilan itu dimatikan.

Tanpa Mezian mengangkat kepala atau pun menekankan setiap kalimat, seharusnya anggota OSIS yang lain sudah paham, 'kan? Bukan justru kembali menyahuti dengan alasan dan sindiran.

Mezian masih diam. Mendengarkan. Membiarkan suara-suara bising itu mengotori telinga. Hingga setelah sepuluh detik dan tak ada tanda-tanda anggotanya itu akan diam, Mezian melemparkan ponsel ke atas meja. Menimbulkan suara cukup kuat dan membuat semua orang yang berada di ruangan itu terdiam.

PUTRI PELANGI (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang