3 : Fake Josephine 1

4.7K 282 17
                                    


Aku melihat daftar nilai harianku yang di pajang pada Mading sekolah.

"Lihat, si bego dapat yang paling bawah lagi."

"Ah iya benar."

Bagus, penyamaranku masih aman. Aku dengan tersenyum girang keluar dari kerumunan, lalu pergi ke kantin. Tidak seperti mereka yang memamerkan nilai rata-ratanya agar dibicarakan orang, nilaiku sudah menjadi perbincangan setiap bulan.

Oleh para guru.

Menghampiri mesin minuman, memilihnya, memasukkan koin dan mengambil minumannya, lalu tersentak begitu aku sadar ada orang yang berdiri di belakangku.

"Oh, hey. Maaf mengagetkanmu, tapi erm, bisa tolong ambilkan koin yang masuk ke bawah mesin? Tanganku tidak muat." Kata Ethan, kenapa dia ada disini?

Beberapa gadis meyusulnya, "Ada apa? kalau kau mau minum, bilang saja padaku biar aku ambilkan." Katanya.

"Hei, Moron, minggir dari situ." Kata gadis yang lain. Aku pun berjalan pergi, tapi gagal karena Ethan menarik tanganku.

"Kau tidak mau menolongku?" tanya Ethan.

"Kenapa kau tidak menyuruh para ratu lebah mu itu untuk mengambilnya? Mereka pasti senang." Kataku.

"Benar, biar aku ambilkan."

Aku mengibaskan tangannya dan pergi, haa, dia sudah mengenalku yang asli, jangan sampai dia tau penyamaranku juga

~ : : * : : ~ : : * : : ~

"Rein, kau sudah selesai?"tanya Alex didepan kamarku.

"Sebentar,"jawabku.

Tiba tiba dia membuka pintu,"Lama sekali. ada apa?"tanyanya.

"Aku bingung pakai baju apa"ucapku.

Dia melihat lihat isi lemariku,"Ini saja. Lagipula, yang hadir bukanlah orang orang penting."katanya sambil memegang celana jeans hitam, kemeja putih, serta blazer hitam berpita di dekat saku.

"Baiklah. Seleramu boleh juga."pujiku.

"Kau yang terlalu sederhana."ejeknya.

"Maaf ya. Tetapi, aku tidak begitu tertarik dengan fashion. Aku hanya memakai pakaian yang ingin ku pakai."jelasku.

Aku pun mengibas ngibaskan tanganku kearahnya, "Apa?"tanyanya.

"Keluar. Memangnya kau mau mengintip ku?"

"Pikiranku tidak sekotor itu."katanya sambil keluar dan menutup pintu.

"Pikiranmu memang tidak kotor. Tapi matamu begitu."gumamku pelan.

"Aku mendengarnya."kata Alex dari luar.

"Mendengar apa?"tanyaku.

"Kalau mataku kotor."ucapnya.

"Tidak kok. Kapan aku berkata seperti itu?"ucapku mengelak.

"7 detik yang lalu"

"."kini aku terdiam. Karena, kalau kulanjutkan, pasti diantara tatapan menusuknya atau mendobrak pintu yang akan ia lakukan selanjutnya.

Aku sudah memakai pakaian yang tadi disarankan, lalu aku pun berjalan dan membuka pintu."Aku sudah si-"aku berhenti berkata saat wajahku hampir menabrak wajah Alex. Dia menatapku dalam dalam.

"Apa?"tanyaku.

"Kau yakin akan pergi dengan rambut seperti itu?"tanyanya.

Aku meraba rambutku. Aku lupa rambutku masih di kepang. "Apa boleh buat. Sini, aku yang akan merapikannya."katanya sambil menarikku kembali ke dalam kamar.

PSYCHOTIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang