21. Pertama Kali

Mulai dari awal
                                    

Tiar tak heran melihat mimik wajah Ajie yang jelas kebingungan melihat gadis dengan berat mencapai 72 kg, kini berubah menjadi gadis tinggi langsing. Itu sebabnya ia membiarkan foto lamanya tergantung di apartemen. Masa lalu tak perlu disembunyikan, justru ia ingin memberitahu semua orang. Hidup sehat itu bisa membuat gadis manapun menjadi lebih cantik. Sebagai seseorang yang pernah mengalami gangguan kepercayaan diri karena bentuk tubuh, inilah cara Tiar mengingatkan betapa pentingnya berolahraga dan makan makanan sehat.

Setelah menyeruput kopinya sedikit, Ajie mulai menjelaskan, "Saya mohon maaf karena menginap tanpa izin di sini. Semalam... saya pikir Lily sendirian dan keadaannya... saya kuatir, jadi itu sebabnya saya pikir lebih baik saya menginap di sini untuk menjaganya."

"Gak papa, Pak. Anda memang lelaki pertama menginap di sini. Tentu saja selain Abangnya, tapi Anda bukan orang asing buat Lily, " kata Tiar ramah. Dengan nada sedikit berubah, ia kembali berbisik, "Selalu ada pertama kali."

Ajie tersenyum simpul.

Lalu wajah Tiar berubah serius. Sambil menghirup kopinya sendiri, ia berdiri bersandar di wastafel cuci piring, menatap Ajie. "Pertama kali juga saya melihat sahabat baik saya menangis sampai tertidur dan saya tak tahu harus bagaimana."

Senyum di bibir Ajie menghilang. Tatapan tajam Tiar seperti mengulitinya.

"Dan pertama kali juga saya melihatnya kehilangan selera makan, tak bisa tidur dan satu-satunya yang ia kerjakan selama tiga hari ini hanya memandangi ponsel," lanjutnya. Kali ini ia meletakkan gelasnya di atas kitchen island.

Ajie tak tahu harus berkata apa. Ia hanya menunduk, menatap kopi hitamnya. 

"Saya belum cerita ini ke Abangnya, atau orangtuanya. Tapi minggu ini, semua berat buat Lily. Saya malah berpikir untuk menyuruhnya resign. Lily... "Tiar terdiam dan menarik nafas dalam-dalam. Mengatur emosinya agar tetap tenang. "Saya, Abangnya dan kedua orangtuanya tak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya. Jadi... kalau saya saja bisa merasa sakit melihatnya seperti itu. Apalagi mereka."

Mendadak tenggorokan Ajie terasa kering. Ia tak tahu, apa yang ia rasakan beberapa hari ini juga dirasakan Lily. 

"Maaf saya... " Ajie menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tiar berbalik dan senyumnya kembali, "Tidak perlu, Pak. Jangan ke saya. Semalam.. maaf kalau saya harus menguping, saya tahu hubungan Bapak dan dia sudah baik lagi. Maaf karena... jujur ya Pak, Lily mungkin sedikit... Bapak tahu, kadang saya takut orang akan salah paham pada kata-katanya atau tindakannya."

Ajie juga tertawa kecil. Mengangguk mengiyakan.

"Saya bermaksud memperjelas hubungan kami setelah dia sehat nanti. Tapi banyak yang harus saya bereskan. Gosip itu, walaupun bagaimana, saya tidak mau keluarga Lily tahu dari media. Lily juga masih jadi sekretaris saya, dan saya kuatir kalau hubungan kami ketahuan, ia akan dikucilkan teman-temannya," ujar Ajie memberitahu.

Tiar menghela nafas. Ia duduk di depan Ajie. "Sebaiknya, Bapak selesaikan saja dulu semuanya. Jangan mengatakan apapun pada Lily. Dia itu gampang panikan, dan kadang terlalu berlebihan merespon sesuatu. Soal keluarganya, kalau perlu anti saya yang akan bantu Bapak jelasin semuanya."

"Itu juga yang saya pikirkan. Demi kebaikan Lily, saya akan berusaha meng-clear-kan semuanya dulu."

Kembali Tiar menghela nafas. Lega. Ia menatap Ajie dengan tatapan penuh arti. Akhirnya mereka punya kesepakatan bersama. Demi Lily, demi kebaikannya.

Tiar menepuk meja dan berdiri. "Baiklah, saya harus pergi. Minggu ini saya mulai melatih di gym. Bapak bisa menunggu Lily sampai ia bangun. Dan... oh ya, Anda bebas menggunakan apapun di dapur ini untuk sarapan. Saya juga sudah membuatkan bubur untuk Lily. Cukup banyak kalau Bapak juga mau."

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang