Jurnal Kehidupan

Burn The Bridge

Burn The Bridge.

Kedengarnnya keren ya? Hahaha, sama. Aku mikirnya juga begitu kok. Seperti sebuah representasi bahwa aku 'membakar' sesuatu yang sangat penting, dan sepertinya, memang terasa begitu sekarang. Aku 'membakar jembatan'ku.

Beberapa saat yang lalu, sepertinya aku pernah bercerita bahwa aku telah meninggalkan seseorang yang terkasih, demi mendapatkan yang aku benar-benar mau. Itu benar adanya, dan menyebalkan rasanya kalau dicoba mengingat lagi. Tetapi, kalau ditanya, apakah kamu akan melakukannya lagi kalau misalnya kamu dapat mengulang hidupmu? Aku akan menjawab, iya.

Setelah berdiskusi dengan diri yang memang butuh waktu. Duduk terdiam di salah satu kafe favorit yang baru aku tahu beberapa akhir ini, aku menyadari bahwa, sepertinya memang perlu lagi. Iya, aku perlu lagi 'membakar' sesuatu untuk mencapai tujuan. Terdengar ambisius kan? Tetapi, sepertinya itu sebuah keharusan.

Selalu ada pengorbanan untuk mencapai sesuatu, setidaknya kita minimal berkorban waktu, usaha, tenaga, dan banyak hal lainnya. Itu semua minimal, iya, hanya sedikit saja yang terhitung. Aku baru menyadari juga, apa yang dikatakan Itachi ke Sasuke di komik Naruto ada benarnya juga. Seperti, membencilah. Bencilah sesuatu, dan kamu akan bisa melampauinya. Damn, it's dope.

Aku tahu, bahwa ini sebenarnya tak perlu dilakukan, bisa kok kamu mencapai sesuatu tanpa harus mengorbankan sesuatu. Tetapi, itu menyebalkan. Sangat menyebalkan. Bagaimana ya? Sebagai seorang yang mempunyai cukup teman, aku menyadari bahwa aku takkan pernah bisa membahagiakan semua orang. Takkan pernah bisa. Betul loh itu.

Ketika kamu berubah sedikit menjadi A, orang akan mulai berbicara. Begitu juga ketika kamu menjadi B, C, D dan beberapa bentuk lainnya. Lalu, kenapa harus dipertahankan yang seperti itu? :) Jadi, mungkin mulai sekarang, aku akan 'membakar jembatan'ku. Tak apa sedikit gegabah, setidaknya aku bisa hidup di dunia yang benar-benar aku mau. That's all.