v. Mencintaimu dengan Sederhana

305 20 0
                                    

Hari itu ketika aku menetapkan hati untuk mencintaimu—ketika sudah aku yakinkan diri dan segenap perasaanku, aku selalu berharap kamu tak akan mengecewakanku. Karena ketika mencintaimu, aku sudah benar-benar menyerah. Aku menyerah untuk kemudian menggantungkan segala dunia dan harapanku hanya kepadamu saja. Seperti sebuah perbincangan masa depan untuk membangun mimpi bersama, kamu selalu tahu bagaimana cinta seharusnya dibina. Kamu selalu tahu perihal menenangkan, juga memenangkan hati yang pernah salah mencinta ini.

Kamu tidak pernah memperumit segalanya, kamu tidak pernah memberi teka-teki yang harus aku pecahkan. Kamu tidak pernah menyulitkanku dengan harus mengerti dan paham perihal bagaimana dirimu. Kamu bergitu sederhana, begitu pula cinta yang kau sampaikan kepadaku. Aneh memang, karena selama ini kupikir cinta begitu rumit, tidak pernah menjadi mudah untuk aku pahami apa keinginannya dan bagaimana cara menaklukkannya.

Pernah kamu katakan kepadaku bahwa dunia ini begitu luas, namun nyatanya takdir begitu sempit untuk mengikat dua hati yang tadinya tidak saling mencintai, menjadi saling mencintai satu sama lain. Dunia ini begitu luas. Namun katamu, kamu tidak perlu menjelajahi setiap bagian dan membuang-buang waktu. Sebab ketika denganku, duniamu telah berubah. Cukup dimataku, kamu sudah bisa menikmati bagaimana indahnya dunia yang luas itu.

Aku benar-benar gila mendengarnya. Ingin aku lempar saja semua bualan manismu itu untuk diberi kepada semut. Kamu tertawa, meyakinkan bahwa yang semua kamu katakan memang benar adanya. Kemudian aku bersyukur, dicintai olehmu yang begitu sederhana kemudian membalas cintamu dengan sederhana pula.

Waktu yang aku bilang sulit melaluinya—yang bahkan aku sendiri ragu mampu melewatinya, terasa berbeda ketika telah bersamamu. Seolah-olah semua kekhawatiranku sirna begitu saja, tidak perlu ada yang aku takutkan karena kamu akan selalu ada disampingku. Genggaman tanganmu yang terus menguatkanku, juga pundakmu yang tidak pernah lelah untuk kusandari. Kemudian aku menyadari, ketika aku meminta hatiku diselammatkan oleh Sang Maha Pemberi Cinta, Ia mengirimkan kamu yang begitu tepat dalam hidupku. Kini aku mengerti bahwa setiap hati yang patah butuh waktu yang tepat menerima kesembuhan dan disembuhkan. Dan juga setiap ruang kosong yang ditinggal pergi penghuni lamanya, akan selalu butuh waktu untuk diisi dan dilengkapi kembali.

Semua memang hanya perlu waktu, ternyata.

Juga kesabaran menunggu kedatangan.

Senandika HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang