•°*~BUTTERFLY~*°•
|
|
|
"Hiks...a-aku sayang kalian eoh..."
"Oppa? Kau, kau sudah sadar eoh?" pertanyaan dengan nada yang penuh akan kekhawatiran, membuat Jin perlahan-lahan membuka mata beratnya. Dengan penglihatannya yang belum jelas itu, dicobanya untuk melihat siapa sosok yang menanyainya barusan. Oh ternyata dia adalah Park Yura kekasihnya Jin. Ia kini pun mencoba bergerak untuk bangun dan bersandar pada dinding tempat tidurnya. Mengabaikan tubuhnya yang masih terasa begitu lemas.
"Jangan banyak bergerak dulu, Oppa," pinta Yeoja itu namun Jin menggeleng tanda menolak dan kini dia telah duduk menyandar. Menatap kekasihnya tanpa senyum di sana. Sedangkan Yura sudah mulai berlinang air mata.
"Oppa~ aku sangat mencemaskanmu eoh hiks, hiks..." Yura langsung menangis sambil memeluk tubuh Jin. Tak ada penolakan yang dilakukan Jin. Namun tak ada juga balasan yang diberikannya kepada Yeojachingu-nya.
"Hiks...Oppa ka-kau mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri selama tiga hari lamanya," terang Yura masih dengan isak tangis dan pelukan erat pada tubuh sang kekasih. Masih begitu betah untuk terus menangis di dada bidangnya.
"Mian..." hanya jawaban itu yang dapat Jin ucapkan. Namun dia betul-betul bersungguh akan satu kata tersebut.
"Aniyo Oppa hiks...kau tak perlu meminta maaf eoh. Ini hanya kecelakaan, hanya saja hiks aku...hiks aku begitu takut kalau kau pergi meninggalkan ku. Padahal, padahal Dokter sudah menjelaskan kalau kau tak mengalami luka serius tapi perasaanku selalu buruk hiks..." jelasnya dengan suara bergetarnya dan di akhiri dengan tangis yang lebih kencang lagi.
Jin yang paham akan kecemasan dan ketakutan kekasihnya itu, mulai membalas pelukan tersebut sama eratnya. Bahkan Jin mengusap sayang punggung Yura untuk menenangkan Yeoja itu dari tangisnya.
"Kau harus bertahan, Hyung," sepintas Jin mengingat kembali ucapan terkahir para Sahabatnya.
"Ya, mereka benar...mungkin Yura lah salah satu alasan terkuatku untuk tetap hidup selain keluarga ku," batin Jin.
"Op-hiks Oppa mau makan? Akan kusiapkan bubur untuk mu," Yura menyarankan sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Jin. Dia yang kini sudah lebih baikan, mengukir senyum manisnya kearah Jin. Walau masih saja ada jejak air mata yang belum di hapus pada pipinya.
"Ne~" jawab Jin tak ingin mengecewakan kekasihnya itu. Tak butuh waktu yang lama Jin menunggu, Yura sudah kembali dengan semangkuk bubur ditangannya.
"Ayo Oppa makanlah..." pinta Yura lembut sambil meletakkan nampan berisi bubur yang masih panas di atas paha Jin. Tanpa menunggu lama Jin pun langsung menurut dan memakan sesuap bubur tersebut. Sedangkan Yura menatapnya dengan tatapan berbinar.
"Lagi-lagi dia tak bisa membedakan garam dan gulanya," batin Jin meringis dalam hati saat merasakan manis di dalam bubur nasinya. Tetapi karena rasa lapar, Jin tetap memakannya dengan lahap.
"Kenapa menatapku seperti itu? Apa kau juga mau disuap?" tanya Jin tanpa menoleh kearah Yura.
"Akh, ti-tidak perlu Oppa. A-aku sudah makan tadi. Mian," jawab Yura sedikit tergagap karena ketahuan memandang terus kearah Jin. Akhirnya dia memilih menunduk sambil memainkan jari-jarinya.
"Apakah selama tiga hari ini kau terus menjagaku disini?" tanya Jin saat sudah siap dengan makanannya.
"Bagaimana kau bisa tahu Oppa?" Yura balik bertanya dengan tampang kagetnya yang terlihat begitu polos.
YOU ARE READING
•°*~BUTTERFLY~*°•
Random"Mereka mulai meninggalkanku satu persatu dalam kesunyian dan kehampaan. Apa yang harus kulakuan?!. Apakah aku harus menyusul mereka juga?!. Kumohon seseorang tolong aku...segera"-Kim Seokjin.
