Part 30 : Ambisi Adrian

4.5K 81 13
                                    

Happy Reading~~
Maaf ya kalau typo-nya bertebaran.
Love my readers.

Jangan lupa vote, comment, dan krisarnya ya.

Thank u ^.^

*****

Author POV

Salsa masih saja menangis walau Dion sudah menenangkannya.

"Jangan minta maaf ke gue! Lo nggak salah kenapa minta maaf?"

"Gara-gara gue lo dipukulin Adrian. Maaf...maafin gue Di. Gue bingung. Gue ngerasa bersalah sama lo."

"Adrian yang ngehajar gue?" Dion mencoba mengingat sesuatu.

"Iya, Adrian. Siapa lagi kalau bukan dia?"

Sebenarnya Dion tidak begitu yakin siapa yang memukulnya. Ingatannya hanya samar-samar. Yang dia ingat orang itu tidak sendiri. Mendadak kepalanya pusing.

"Akrhh." Dion meringis kesakitan. Sepertinya luka di kepalanya itu lumayan parah.

"Di, lo kenapa?"

"Enggak apa-apa kok. Cuma sedikit pusing aja. Nanti juga balik kok." Jawab Dion sambil tersenyum, karena dia takut membuat Salsa khawatir.

"Gue panggilin dokter ya?"

"Jangan-jangan."

Salsa sudah berdiri untuk memanggil dokter, "Lo sakit, Di."

"Salsa, kaki lo kenapa?" Dion terkejut saat melihat bekas darah kering di kaki Salsa.

"Nggak apa-apa kok. Ini tadi cuma kesandung."

Dion ragu dengan jawaban Salsa, "Lo nggak bohong sama gue kan? Gue nggak suka orang yang suka bohong!"

"Nggak kok."

"Di--."

"Ada apa?"

"Mulai sekarang jangan deket-deket Adrian ya. Dia bukan orang sembarangan. Dulu gue pikir dia orang yang baik walaupun awalnya pemaksa dan arogan. Tapi setelah kejadian ini, gue nggak bisa lagi berpikir kalau dia orang baik. Gue nggak mau lo celaka lagi."

"Udah-udah, jangan nangis lagi. Gue nggak bisa lihat lo nangis. Gue janji nggak akan terjadi hal semacam ini."

Salsa mendekat dan mengacungkan jari kelingkingnya. Dion juga mendekat dan langsung mendekap tubuh Salsa dengan erat. Dielus-elusnya rambut Salsa dengan lembut.

"Gue janji sama lo. Maaf udah bikin lo khawatir."

*****

Dinata Group

Tok...tok...tok...

"Siapa?"

"Permisi Pak Adrian. Saya Aldo. Saya membawa berita penting untuk Anda."

"Masuklah!"

Adrian memutar kursinya menghadap Aldo. Dia penasaran berita apa yang dibawa Aldo, "Apa yang ingin kamu katakan?"

Aldo menyodorkan sebuah tablet ke hadapan Adrian.

Adrian menerima tablet itu dan raut wajahnya langsung berubah, "Dimana kamu dapat ini?"

"Saya mengikuti mereka sesuai perintah Anda."

"Bagaimana bisa Salsa setega ini? Berani-beraninya perempuan itu main mata dengan laki-laki lain. Tidak akan aku biarkan!"

"TIDAK AKAN AKU BIARKAN SALSA! BERANINYA KAMU SEPERTI INI DENGANKU."

Pyarrrrr

Semua berkas laptop diatas meja hancur berantakan karena ulah Adrian. Begitu juga dengan tablet yang diberikan Aldo tadi. Semuanya hancur berkeping-keping.

"Aldo, kamu awasi mereka terus. Laporkan kepadaku tanpa ada yang terlewat! Mengerti?"

"Mengerti Pak."

"Keluar sekarang juga."

"Baik Pak Adrian."

Mata Adrian menyalang. Ini adalah puncak kemarahan Adrian. Melihat foto perempuan yang dicintai berpelukan erat dengan laki-laki lain membuat dadanya sakit.

Dulu dia tidak percaya dengan cinta. Namun sekarang justru dia lemah karena cinta. Mungkin ini adalah karma yang harus diterimanya karena dahulu sering mempermainkan hati banyak wanita.

Nafasnya tersenggal-senggal. Sekarang pikirannya sangat kacau. Rasanya Adrian akan menjadi gia.

"Aku pikir kamu mencintaiku, Salsa. Tapi ternyata tidak. Apakah sesulit itu mencintaiku? Apa aku tidak pantas kamu cintai."

Adrian merasa panas. Dilonggarkannya dasi yang melingkar di lehernya.

"Jika aku tidak bisa memiliki kamu. Maka laki-laki lainpun tidak bisa memiliki kamu."

*****

"Salsa, kamu kenapa sayang?" Nenek Salsa berlari menghampiri Salsa dengan seribu kekhawatiran di hatinya.

"Salsa, baik-baik aja nek. Nenek nggak perlu khawatir."

"Kamu sehabis nangis? Mata kamu bengkak, Salsa."

Salsa tersenyum dengan terpaksa, "Ini tadi dijalan Salsa kelilipan debu nek. Perih banget, debunya masuk ke mata he he."

Nenek sangat lega karena cucu satu-satunya itu baik-baik saja, "Syukurlah kalau begitu. Soalnya dari tadi perasaan nenek nggak tenang. Nenek kira terjadi sesuatu sama kamu."

"Nenek tidak perlu khawatir. Salsa udah besar dan bisa jaga diri sendiri."

"Iya-iya nenek 100% percaya."

"Kalau gitu Salsa ganti baju dulu ya nek."

Nenek Salsa mencekal pergelangan tangan Salsa, "Sepertinya papa mama kamu menunda kepulangannya ke Indonesia."

Salsa tersenyum kecut, "Tidak apa. Mereka selamanya tidak pulangpun tidak apa-apa."

"Salsa--."

*****

Ddrrrttt

Ddrttt

Ddrtttt

Daro tadi ponsel Salsa tidak berhenti berdering. Banyak sekali chat masuk menanyakan keadaan Dion. Siapa lagi jika bukan dari Putri dan Dhea. Bahkan siswa kelas lain pun tahu Dion sedang dirawat di rumah sakit. Mereka semua khawatir dengan keadaan Dion. Syukurlah, itu tandanya banyak orang yang menyukai Dion. Tidak seperti Adrian.

"Laki-laki brengsek. Gue nyesel banget berusaha baik sama lo. Gue ngerasa kayak cewek paling bodoh dan tolol di dunia ini. Demi apapun itu, gue bakal benci lo seumur hidup gue. ADRIAN SIALAN." Tak terasa cairan bening menetes dari pelupuk matanya.

Salsa mencari ponselnya lagi dan langsung mencari kontak nomor Adrian. Tanpa pertimbangan apapun lagi, Salsa langsung menyentuh tulisan 'blokir penguna' di layar ponselnya.

Tiba-tiba ada pesan masuk dari Dion. Gadis itu langsung membuka pesan dari Dion itu.

"Jangan khawatir, Sal. Semuanya akan baik-baik aja. Gue janji sama lo. Lo dan gue akan bahagia selamanya. Urusan Adrian biar gue yang urus. Sekarang udah malem. Cepetan tidur, jaga kesehatan. I love you."

"Hiks...hiks...hiks." Salsa semakin terisak setelah membaca pesan Dion. Air matanya mengalir semakin deras.

"Iya gue ngerti. Lo juga harus cepet tidur supaya cepet sembuh. Selamat malam juga. I love you too."

Send

TBC

Ada yang bisa nebak nggak, sebenernya status antara Dion dan Salsa itu apa? Temen atau pacar.

Salam hangat,

By: p_l_a

Yogyakarta, 24 November 2018

My Prosecutor CEOUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum