Lintang, Alfin dan Teman Semejanya

49.9K 5.3K 129
                                    

Esok paginya...

Lintang baru datang saat ia melihat Vlo sedang duduk sendirian di bangku depan kelas, masih membawa tasnya. Artinya Vlo belum masuk ke kelas. Membuat Lintang bertanya-tanya.

Lintang berhenti tepat di depan Vlo. "Kau tidak masuk?" tanya Lintang dingin seperti biasanya.

Vlo mendongak melihatnya. Tersenyum setelah tahu siapa yang bertanya, lalu menggeleng saja.

Lintang mendekat ke pintu, melongok ke dalam. Benar dugaannya, Olivia sedang duduk di kursi Vlo, ngobrol dengan Egha. Jadi Vlo sedang menghindari situasi canggung seperti yang kemarin.

Lintang berjalan kembali mendekati Vlo lalu duduk di sampingnya. Lintang lihat Alfin sudah di dalam. Selain berarti Vlo akan di sini sendirian. Itu juga artinya Lintang harus mulai mendengar ocehan berisik Alfin kalau masuk sekarang. Keputusan tetap di sini bersama Vlo sudah sangat tepat baginya.

"Sejujurnya, aku tidak suka padanya," kata Lintang.

Vlo menoleh menatap Lintang.

"Olivia," jelas Lintang.

Vlo tersenyum. "Secara teknis, aku tidak menyukai perempuan. Aku suka laki-laki. Aku masih normal," jawab Vlo.

Lintang tersenyum sengit, menertawakan itu.

"Mau tukar tempat duduk denganku?" tanya Lintang kemudian.

Vlo segera saja menggeleng menolaknya.

"Kau tidak perlu khawatir. Kalau itu sudah jadi tempat dudukku, aku tidak akan kesulitan untuk mengusirnya," kata Lintang coba meyakinkan Vlo untuk berubah pikiran.

"Kalau saja teman semejamu bukan Alfin mungkin aku akan langsung menyetujuinya," jawab Vlo tidak serius sebenarnya.

Lintang benar-benar tertawa mendengar itu. Tawa yang Vlo pikir jarang terlihat.

"Rasanya aku baru saja gagal melarikan diri dari Alfin," keluh Lintang.

Vlo tertawa menanggapinya.

Rubi baru datang dan berlari ke arah mereka.
"Apa? Apa yang lucu?" tanyanya terlihat begitu penasaran.

Vlo terkejut, heran kenapa Rubi begitu penasaran.

"Vlo. Jawab!! Apa yang lucu sampai Lintang bisa benar-benar tertawa seperti tadi?" tanyanya memegangi kedua pipi Vlo.

Vlo justru tertawa setelah mengetahui Rubi begitu antusias hanya karena melihat Lintang tertawa. Rupanya benar, tawa Lintang itu tadi memang sesuatu yang langka.

"Aku bahkan tidak tahu kalau Lintang bisa tertawa," gumam Rubi menatap Lintang penuh curiga.

Lintang tidak menjawab. Wajahnya sudah kembali datar seperti biasanya.

"Eh???" pekik Rubi baru menyadari kalau Lintang dan Vlo masih menggendong tas masing-masing. "Kalian belum masuk ke kelas?" tanya Rubi dengan heran.

"Kami hanya sedang mencari udara segar," jawab Vlo melengkungkan senyum.

Lintang mengangguk menyetujuinya. "Berada di kelas membuat kami gerah," tambahnya.

Vlo tertawa mendengarnya. Membuat Rubi jadi menyangsikan jawaban itu. Pelan-pelan Rubi berjalan ke pintu lalu mengintip ke dalam.

"Vlo di sini karena ada Olivia di kursinya. Tapi Lintang?" gumam Rubi saat kembali mendekati dua temannya itu.

"Aku sedang mencoba bernegosiasi," jawab Lintang datar.

Lagi-lagi membuat Vlo tertawa. Wajah Lintang yang datar saat mengucapkan lelucon membuat itu justru semakin lucu bagi Vlo.

"Apa? Negosiasi?" tanya Rubi heran.

Kelas A [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang