SEBELAS - BUNGA MAWAR

Start from the beginning
                                    

Pagi itu Anya mengundurkan diri karena akan menikah dengan calon suaminya yang berada di Kalimantan. Anya akan menetap disana, karena posisi Anya cukup krusial sebagai wakil divisi Advertising jadi Mahesa memutuskan untuk menggantikannya dengan aku, Pak Wiliam mengambil keputusan yang sama. Semua sepakat bahwa aku diangkat sebagai wakil ketua divisi Advertising.

Aku sama sekali tidak menyangka hal apapun. Aku pun tidak bisa menolak, karena aku juga menginginkan posisi ini. Dan ini bukan semata-mata karena Mahesa menyimpan rasa padaku lantas memperlakukan aku seperti yang dia mau. Pak William tahu kapasitasku, tahu kinerjaku, oleh karena itu dia mempromosikan jabatan itu kepadaku. Aku pun sadar diri bahwa semakin tinggi pohon tumbuh maka akan kencang pula angin yang menerpa.

Ketika Anya dan Pak William keluar ruang kerja Mahesa. Mahesa menahanku agar tidak pergi. Mahesa masih mengkhawatirkan tentang kejadian di bioskop ketika aku bertemu Biru, Mahesa merasa bersalah kepadaku. Walaupun Mahesa sudah tahu ini tentang masa lalu ku dengan Biru, namun Mahesa menginginkan hal lebih, hal yang lebih spesifik.

Aku tak ingin menceritakan hal ini pada siapapun kecuali dengan Maya, namun Maya juga telah menyeret Mahesa dengan ruang luka ku dengan Biru. Maya menceritakan tentang kenapa aku bersikap demikian sabtu malam kemarin.

"Kanaya, aku sudah berjanji bahwa aku akan selalu ada untukmu – "

"ya walaupun aku tahu bahwa kamu belum bisa menerimaku sebagai apa yang aku mau"

"Pak, entah sampai kapan aku harus mengurung diri sendiri dengan ruang luka yang diberikan oleh masa lalu, aku tak ingin begini terus menerus. Tapi aku juga belum bisa menerima sosok baru, termasuk dengan Pak Mahesa"

Aku menjelaskan apa yang sudah ada dikepalaku sekian hari, aku ingin Mahesa mengerti lantas tak sakit hati. Karena aku tidak mau menjalani cinta dengan kepura-puraan, dengan drama atau hal sejenisnya.

"Aku ngerti, aku akan nunggu kamu. Tapi ijinkan aku untuk bersama kamu. Tolong beri aku ruang untuk aku berjuang, oke? –"

"Kapanpun kamu siap untuk menjawb tentang perasaanku, aku akan siap. Kapanpun itu dan apapun jawaban yang kamu berikan"

Aku mengangguk, aku tidak ingin memaksakan hati untuk menyukai Mahesa secara cepat, aku juga tak ingin Mahesa terlalu berharap kepadaku. Aku juga tidak mengindahkan perasaan Mahesa, aku hanya perlu waktu namun entah sampai kapan pintu hati untuk Mahesa terbuka.

***

Maya histeris ketika dia tahu bahwa aku menjabat sebagai wakil divisi. Beberapa karyawan lain pun ikut senang dan mengucapkan selamat, namun tidak jarang ada beberapa karyawan yang tidak terima atas posisi baruku sebagai wakil ketua divisi dan aku sama sekali tidak perduli. Aku tak ingin karir ku terhambat oleh hal hal yang negatif. Karena tidak semua orang akan suka dengan apa yang kita kerjakan, semua orang mempunyai kapasitas suka atau ketidaksukaannya terhadap setiap personal dan itu manusiawi, beberapa diantaranya mengaitkan isu perasaan Mahesa lalu mempromosikan aku sebagai wakil ketua divisi.

"Bentar lagi juga diangkat jadi ketua divisi"

"Wajar sih, namanya juga anak emas boss"

"Nggak heran, orang dia penjilat koq"

Jujur aku sama sekali tidak heran dengan beberapa omong kosong orang lain. Pun demikian aku tidak ingin terlalu tahu apa yang mereka bicarakan, itu urusan mereka. Tugasku hanya satu, membungkam mereka dengan sebuah kerja keras.

"Eh Nay, malam kita barbeque an bisa kali"

Aku mengangguk semangat

"Eh tapi gak seru kalau Cuma berdua. Gue ajak Darren gimana? Dan lo ajak Mahesa – "

RUANG LUKA (END)Where stories live. Discover now