Part 50 : Akhir Kisah Ini

Mulai dari awal
                                    

__000__

Lelakiku termanis, Mas Harsan

Ada satu hal yang hendak aku sampaikan kepadamu. Ini tentang misteri dalam diriku. Beberapa minggu sebelum aku bertemu dengan kamu di taman. Aku menemukan jasad seekor kucing jantan berbulu abu-abu. Matanya kuning seperti iris mataku. Ekornya panjang menjuntai seperti tititku, hehehe ...

__000__

Aku jadi menghentikan bacaanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku jadi menghentikan bacaanku. Aku terkekeh sendiri saat Pyo menyamakan ekor kucing dengan ukuran alat vitalnya. __Aduh, Pyo ... terkadang kamu kocak juga.

__000__

Mas Harsan, aku mendapati tubuh kucing itu tergolek bersimbah darah tak bernyawa. Binatang itu mati mengenaskan. Mungkin habis tertabrak kendaraan bermotor. Karena iba, aku pun menguburkan jasadnya. Sejak saat itu, aku mengalami keanehan. Aku merasa jiwa dari kucing itu merasuk ke dalam tubuhku. Setiap malam aku memimpikan kucing itu dan ia membawaku ke sebuah rumah kontrakan. Aku tidak tahu itu rumah siapa, tapi aku yakin itu rumah Mas Harsan.

__000__

_Ya, Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Ya, Tuhan ... itu pasti Pusspyo. Jadi Pusspyo sudah meninggal karena tertabrak kendaraan. Kasihan kamu, Puss ...

__000__

Hingga akhirnya, aku bertemu dengan Mas Harsan. Aku tidak mengenalmu, Mas, tapi saat melihatmu aku merasa sudah sangat dekat. Dekat sekali. Aroma tubuhmu, gerak-gerikmu dan semua yang ada pada dirimu. Aku jadi takut, makanya aku kabur meninggalkanmu, waktu itu.

Suatu hari, ada seorang wanita datang ke panti asuhan tempat di mana aku dibesarkan. Dia mengaku ibu kandungku. Dia ingin mengambilku. Namun aku menolaknya. Aku kabur dan pergi jauh dari panti asuhan. Aku tak tahu mau kemana, aku seperti anak yang hilang berjalan tanpa tujuan. Saat itulah ada jiwa lain yang berada dalam tubuhku yang seolah menuntunku untuk berjalan menuju ke rumah kontakan kamu, Mas.

Di tengah jalan, hujan turun lebat. Seperti air bah yang turun dari langit. Aku basah kuyup, kedinginan dan lemah, hingga aku roboh tepat di depan rumahmu, Mas Harsan.

Aku bertemu denganmu kembali. Dan saat itu aku merasa semakin dekat dan benar-benar mengenalmu ... entahlah, mengapa aku merasakan hal demikian ... kau orang baru yang kukenal tapi di mataku kau bukan orang yang asing. Kadang aku merasa itu hanya sebuah dejavu ... namun semakin aku tak mempercayainya, aku semakin didekatkan pada kenyataan. Bahwa kau ... memang kukenal. Mungkin bukan aku yang sesungguhnya, tapi jiwa kucing jantan abu-abu yang merasuki tubuhku. Kucingmu, Mas ... kucing kesayanganmu.

Mas Harsan, setelah aku lama mengenalmu. Aku menyadari tak hanya kucingmu yang mencintaimu, tapi juga diriku. Aku mencintaimu sebagai diriku sendiri, Pyo bukan sebagai kucing. Karena segala kebaikanmulah, yang menggetarkan hatiku. Bahwa kau memang layak mendapatkan cinta itu.

__000__

Bus transjakarta berhenti tepat di halte pamungkas, HCB (Harmaoni Central Busway)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bus transjakarta berhenti tepat di halte pamungkas, HCB (Harmaoni Central Busway). Seluruh penumpang berhamburan turun termasuk aku.

Kini, aku berada di area halte Harmoni. Di sini banyak sekali calon penumpang yang berdiri mengantri di koridor masing-masing. Ke arah tujuan masing-masing. Penuh sesak. Seperti hendak menukarkan kupon sembako gratis.

Aku melenggang ke arah antrian jurusan akhir tujuanku. Namun di tengah jalan aku bertubrukan dengan seorang laki-laki bertubuh kekar. Berkulit sawo matang. Memilki kumis tipis. Berjambang tebal. Aku mengenalnya dan dia juga mengenalku.

 Aku mengenalnya dan dia juga mengenalku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Gula Jawir!''

''Juna!''

Seru dia dan diriku hampir bersamaan. Kami pun saling melepas senyuman.

''Apa kabar?'' Juna menjabat tanganku dengan erat.

''Baik,'' sahutku.

''Mau ke mana?'' tanya dia.

''Pulang!'' jawabku.

''Sama dong!'' timpal Juna.

''Hehehe ...'' Aku dan Juna terkekeh.

Tanpa banyak kata lagi, kami pun berpisah. Karena ia nampak buru-buru. Ia berjalan masuk ke area antrian tujuan Blok M, sementara aku ke arah Pulogadung. Bye-bye!

Pergi itu bukan pilihan melainkan keharusan, ketika sebuah perjuangan hanya disia-siakan.

_TOMAT_

_TOMAT_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kucing Jantan Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang