Special Story : My Precious Son

203 23 23
                                    

I love You. You don't love me. It hurts.

🤖🤖🤖

Sehyoon menatap Donghun dalam diam, pemuda yang menjabat status sebagai bundanya itu sedang membaca buku entah apa. Sehyoon tertarik, ia mendekat.

"Mama."

Sehyoon berharap setidaknya Donghun akan tersenyum, menggendong tubuh gembil nan mungil lalu tertawa bersama. Namun terkadang kenyataan memang tak selaras ekspektasi.

Donghun memberikan tatapan terkejut. Manik kelam bergerak gelisah berusaha keras menahan diri untuk tidak lari. Mamanya ketakutan. Takut padanya.

Jadi Sehyoon berhenti dan menunduk dalam. Ia tidak mengerti, namun dapat merasakan. Mamanya selalu memberikan perlakuan berbeda untuknya.

Mamanya tidak pernah suka ketika ia terlalu dekat.

Sehyoon memutuskan melangkahkan kaki mungil ke arah lain.

"Papa."

Jun menyambut tersenyum lebar.

Sehyoon ikut memberikan cengiran menampakkan gigi susu tak beraturan. Langkah berderap berusaha cepat menuju tempat dimana ayahnya berada.

"Papa!"

Jun akan selalu memeluk Sehyoon erat. Memberikan kecupan kasih sayang dan memanjakannya.

Sehyoon itu peka.

Walau masih balita, tapi ia tahu mana orang yang menginginkannya dan menolak kehadirannya.

Jun selalu memberikan cinta.

"Mama I wuf yu."

Donghun diam menegang.

Dan Sehyoon selalu tahu bahwa mamanya akan memberikan gestur tak bersahabat.

🤖🤖🤖

They said blood is thicker than water.

🤖🤖🤖

Menginjak sekolah dasar, Sehyoon mulai menyadari bahwa mendapatkan hati Donghun bagai mengais permata. Kau berharap itu ada, tapi nyatanya hanya semu belaka. Ia tahu Donghun tidak akan memperhatikannya, tapi bukan berarti ia menyerah untuk mendapatkan kasih sayangnya.

Hanya saja, terkadang sangat menyakitkan ketika Donghun menatap dingin menghantarkan seluruh bulu kuduk meremang. Donghun takut padanya, dan Sehyoon juga.

Pada awal bulan April dikala bunga sakura berguguran, seseorang menghampirinya.

"Kamu yang namanya Sehyoon?"

Mengerjapkan mata bulat, Sehyoon menatap pria asing di hadapan.

Paman itu tampan, sangat malah. Surai kelam bersinar dibawah hangat matahari terlihat sedikit acak-acakan efek angin berhembus kencang. Kulit putih dengan netra seterang langit. Biru. Apa dia orang asing?

Apa yang pernah papa katakan soal orang asing?

Jauhi!

Suara kekehan terdengar lembut menyapa gendang telinga, Sehyoon terpana. Mirip seperti ayahnya, ada aksen berat namun membawa kenyamanan, penuh perlindungan. Sehyoon mendadak menyukai pria asing ini, orang yang mirip Jun pasti baik kan?

"Maaf, apa aku membuatmu takut? Tidak apa Sehyoon. Aku bukan orang jahat kok."

"Kenapa aku harus percaya?"

Domestic Crumbs (END)Where stories live. Discover now