Ending

3.6K 217 3
                                    

"Halo babe lagi dimana?" tanyaku yang sedang menelepon Niall.

"Masih latihan sayang, nanti malam aja gimana?"

"Oh ya udah deh iya, pulang latihan jam berapa sih?"

"Pulang latihan sih berapa menit lagi, tapi langsung ada interview."

"Oh oke deh nanti malam aja ya."

"Iya sayang nanti malam aku jemput kamu ke rumah, I love you."

"I love you too."

Klik.

Tadinya siang ini aku mau ambil baju sama Niall yang sudah di pesan, tapi Niall ada latihan terus interview. Oh ya pernikahan aku dengan Niall yang asalnya akan di laksanakan di gedung besar itu batal dan jadinya akan di adakan lusa tepatnya di Paris, kenapa di Paris? Karena Niall yang punya ide dia ingin kita menikah tepat di depan menara Eiffel, kalau bisa sih pinginnya di atas menara Eiffel.

Barang-barang yang di butuhkan semuanya sudah di kirim dari beberapa hari yang lalu dan besok keluarga besarku, keluarga besar Niall dan keluarga besar One Direction terbang ke Paris. Yeay.

"Kamu Ayesa kan? Pacarnya Niall Horan kan?" tanya seseorang yang berada di sebelahku, seorang perempuan dengan rambut blonde pendek dengan mata hijau. Aku sedang di Nando's, karena tadinya Niall ngajak ketemuan di sini, tapi dianya malah tidak bisa.

"Ya aku pacarnya Niall, ada apa?"

"Boleh aku berfoto denganmu? Aku sangat mengaggumimu."

"Dengan senang hati."

Aku langsung berdiri di samping perempuan tersebut lalu kita pun berfoto bersama, dan kelihatannya dia sangat senang.

"Terimakasih, kamu sangat baik." Pujinya.

"Sama-sama." Balasku lalu tersenyum. "Oh ya, aku duluan ya." Pamitku padanya.

"Iya hati-hati di jalan, bye." Ujarnya sambil melambaikan tangan padaku.

"Bye."

Aku pun keluar dari dalam Nando's dan menyetop sebuah taksi, ketika aku naik taksi tersebut supir taksi malah diam memandang ke arahku lalu memandang ke arah belakangku. Nih supir kenapa sih? Tiba-tiba aku mendengar suara keributan di belakang.

Tunggu-tunggu— aku keluar dari Nando's, naik sebuah taksi dan tiba-tiba ada suara keributan dan supir taksi hanya melihat ke arah belakang. Aku pun memutar tubuhku dan melihat ke belakang, benar saja ada seseorang yang sedang di kejar-kejar di sana. Dia menggunakan topi dari jaketnya, lalu dengan cepat ia berlari menuju ke arah taksi ini dan membukakan pintu taksi bahkan langsung masuk duduk tepat di sampingku.

"Pak, cepat jalan kemana pun yang penting tidak disini." Katanya panik seraya membuka topi yang menyatu dengan jaketnya itu. Dan dia lalu melirik ke arahku lalu mengatakan sesuatu. "Maaf aku menganggu kenyamananmu, tapi ini darurat boleh aku ikut denganmu?"

Jam yang sama, hari yang sama, tanggal yang sama, bulan yang sama, kejadian yang sama, kata-kata yang sama, supir yang sama dan orang yang sama. Aku diam tidak berkata apa pun sambil menatap Niall di sampingku, dan Niall juga diam menatap ke arahku tanpa berbicara sepatah kata pun.

Ini kah yang dinamakan jodoh? Lima tahun yang lalu kita mengalami hal ini tapi sebelumnya kita tidak saling kenal.

"Lima tahun yang lalu aku masih sangat mengingat kejadian ini, kejadian yang sama di waktu yang sama bahkan orang yang sama. Aku rasa ini yang dinamakan jodoh, apa kali ini kalian sudah saling kenal?" supir itu membalikan badannya dan menatap ke arah kita berdua.

Impossible! Hal seperti ini langka sekali terjadi. Kenapa bisa dalam waktu tanggal, bulan, orang, kejadian yang sama? Come on ini sudah lima tahun dan sekarang kejadian ini terulang kembali. Tepat lima tahun yang lalu aku bertemu dengan Niall di sini, di dalam taksi ini.

Niall langsung memelukku erat sekali dan aku pun menangis di dalam pelukannya. Memoriku dengan Niall di taksi ini kembali bermunculan. Seperti sebuah kaset lama yang terputar begitu saja. Dimana saat pertama berkenalan, berfoto bersama bahkan mengobrol.

"Ini sangat tidak mungkin terjadi, tapi ini nyata dan sedang terjadi. Kejadian yang sama terulang kembali setelah lima tahun." Ucap Niall pelan.

"Aku tidak percaya hal ini bisa terjadi." Jawabku lalu menangis.

"Ini bukan sebuah kebetulan, tapi Tuhan sudah mengaturnya." Ucap supir taksi tersebut.

"Aku tahu kalau kamu itu yang pertama dan terakhir buat aku." Kata Niall.

"Aku masih nggak percaya hal ini terjadi." Kataku.

Niall melepaskan pelukannya lalu mencium bibirku lembut dan tersenyum. "Aku diciptakan untukmu dan kamu diciptakan untukku, I love you." Ucap Niall yang kembali mencium bibirku.

Aku tak kuasa menahan derasnya air mata yang turun, aku melirik ke arah supir taksi ini dan ia sedang mengusap air matanya yang terjatuh. Niall melepaskan ciumannya dan aku pun tertawa bersama Niall.

"Hey kenapa kalian tertawa? Bukankah kalian baru saja menangis?" tanya supir taksi ini.

"Aku menertawakanmu yang ikut menangis." Jawabku tertawa.

"Aku ingin sekali kamu datang ke pesta pernikahan kita nanti." Pinta Niall.

"Dengan senang hati aku akan dating." Jawab sang supir.

"Karena menurutku kau lah yang paling berjasa dalam hal ini, tanpa keingintahuanmu aku dan Niall tidak akan pernah bertemu— mungkin." Ucapku.

"Keingintahuan?" tanya Niall bingung.

"Karena lima tahun yang lalu dia ingin tahu ada keributan apa di belakang taksi nya ini, coba kalau dia cuek dan langsung menjalankan taksinya maka kita nggak akan pernah bertemu." Jawabku yang langsung memeluk Niall.

"Kamu benar." Sahut supir taksi ini singkat.

"Siapa namamu?" tanya Niall.

"Kau bisa panggil aku Max." Jawab supir taksi ini.

"Oke Max, lusa kamu harus datang di pesta pernikahan kami yang akan di adakan di Paris tepatnya di depan menara Eiffel." Kata Niall.

"Paris? Aku tidak punya cukup uang untuk terbang kesana." Ucap Max.

"Aku akan membelikanmu tiket, kamu hanya perlu menyiapkan barang bawaanmu. Tiketnya akan aku kirim ke alamat rumahmu." Ujar Niall.

"Dengan senang hati aku akan datang ke sana, terimakasih." Jawab Max.

"Tidak— terima kasih, kau akan ku jadikan tamu penting dalam pernikahan kita nanti."

* * *

My Idol is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang