Part 7

6.9K 364 43
                                    

Kritik dan saran. Okee :)

***

Cerita sebelumnya...

"Hmmm bukan untukku, tapi untuk seseorang." Jawabku akhirnya.

"Seseorang?" Tanya Nita semakin bingung.

"Hmmm sebenarnya, aku mengajakmu ke sini untuk memperkenalkan seseorang."

"Siapa?" Belum sempat aku menjawab, seseorang sudah menarik kursi di sampingku.

"Maaf aku terlambat."

***

Aku menatap bingun Dokter Alfa yang tiba-tiba saja langsung duduk di sampingku. Loh, kenapa malah Dokter Alfa yang datang? Bukankah seharusnya Dias? Tanpa sadar, aku mengarahkan seluruh pandanganku ke penjuru cafe. Mungkin saja Dias ada di salah satu sudut cafe ini.

"Dia tidak ada di sini." Kata Dokter Alfa yang sepertinya menyadari apa yang sedang kulakukan.

"Kenapa dokter yang berada di sini?" Aku menuntup menjelasan dari Dokter Alfa.

"Dias yang memintaku ke sini." Jawabnya sambil melayangkan senyum misterius padaku. Melihat senyumnya, aku menyadari ada yang tidak beres disini.

"Hmm... Jadi Dokter Alfa yang ingin kau kenalkan padaku?" Tanya Nita yang sedang menatap kami dengan pandangan terkejut. Ah, Nita. Karena terkejut, aku hampir saja melupakannya.

"Bukan... bukan Dokter Alfa yang ingin ku perkenalkan padamu." Kataku cepat, sebelum otak Nita yang kelewat ajaib itu menjelajah kemana-mana.

"Jangan bilang bahwa selama ini kalian berdua berpacaran di belakangku!" Tatapan Nita seolah-olah menusuk ke mataku.

Tapi tunggu dulu? Berpacaran dengan Dokter Alfa? Ck, yang benar saja? Kalau aku berpacaran dengan Dokter Alfa, mau dikemanakan suami tampanku itu.

Ngomong-ngomong soal suami. Sebenarnya dimana Dias sekarang? Bukankah tadi siang kami sudah sama-sama sepakat untuk bertemu di cafe ini dan menjelaksan semuanya pada Nita? Tapi sekarang, kenapa malah Dokter Alfa yang duduk di sebelahku.

"Huaaa... kau tidak menyangkal, jadi kalian berdua benar-benar berpacaran?" Mennnegar suaranya yang cempereng, ingin sekali aku menyumpal mulut Nita dengan kaos kaki. " Tidak boleh! Bagaimana bisa kau mendapatkan pacar setampan Dokter Alfa sementara aku sahabatmu sendiri masih jomblo begini! Huaa... kau jahat sekali Ara! Huaa... huaa..." Wajah Nita yang tadinya terkejut kini sudah di gantikan dengan raut wajah –yang menurutku- aneh. Antara syok, tidak terima dan hampi menangis.

Sementara Dokter Alfa hanya duduk diam di sampingku sambil memperhatikan tingkah Nita yang sedikit memalukan. Mungkin untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya, dia meliat spesies wanita seperti sahabatku ini.

Untung saja, tidak lama kemudian pelayan datang dan menyajikan pesanan kami. "Jadi macchiato yang kau pesan tadi untuk Dokter Alfa?" Aku tidak tahu, pertanyaan Nita itu di tunjukkan untukku atau untuk Dokter Alfa yang berada di sampingku. Karena sejak macchiato itu datang, Nita tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Dokter Alfa.

"Ehh... kalau kau mau, kau boleh meminumnya." Kata Dokter Alfa pada akhirnya. Yah, aku mengerti bagaimana perasaan ngerinya di tatap seperti itu oleh Nita. Dan hanya dalam hitungan detik, Nita sudah menarik cangkir itu dari hadapan Dokter Alfa. Ck, kalau saja dia tau minuman itu tadinya untuk suamiku.

"Rencananya berubah, Dias memintaku untuk menjemput kalian." Bisik Dokter Alfa. Lalu pandangannya terkunci pada Nita yang sedang asik menimun macchiato-nya.  "Aku baru tahu, di rumah sakit kita ada suster seperti dirinya. Untung saja tidak ada pasien yang kabur karena ketakutan." Aku mengigit bibirku untuk menahan tawa yang hampir pecah.

Belahan Jiwa - Say LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang