PROLOG

48 8 8
                                        

"Jangan pernah berpura-pura mencintai, jika sudah berniat menyakiti"

*****

Suara riuh teriakan siswa siswi begitu terdengar sampai ke luar lapangan gedung sekolah bercat hijau itu, mereka sedang asyik melihat pertunjukan yang sedang berlangsung di sana.

Ditempat 2 orang siswa laki-laki sedang beradu pandang dan siap untuk melayangkan kepalan tangannya untuk saling menyerang meluapkan amarah yang menggebu-gebu.

Rapat guru yang sedang berlangsung menyebabkan mereka lupa bahwa kini mereka tengah berada di lapangan sekolah dan malah meneriaki nama yang mereka yakini akan menang bila adu jotos sudah di mulai.

Sedangkan 2 orang itu Dimas Satria Anugrah dan Rio Putra Nathanael yang sama-sama sedang berada di puncak kemarahannya dengan muka yang memerah padam, tidak memperdulikan teriakan sekitar mereka.

Ada yang menyuruhnya untuk berhenti, ada yang mendukung salah satunya, ada pula yang sampai membuat ini sebagai ajang taruhan dengan cara siapa yang ia jagokan dan nanti menang akan mendapatkan hadiah dari yang jagoannya kalah, mereka berdua bak atlet tinju yang sedang turnamen di arena ring tinju.

"Wah gila lo nyari masalah yo" ucap Reza salah satu teman Satria yang melihat Rio sengaja mencari masalah duluan dengan Satria, Dengan berdiri di depan Satria dan memasang wajah tengilnya

"Eh nyet bisa minggir ga sih lo?, ngalangin jalan tau ga!" Ucap zaki yang sudah mulai kesal dengan tingkah Rio, namun Rio tidak memperdulikan omongan temannya dan kini matanya hanya terfokus pada Satrio yang sedang memandangnya geram

"Diem lo bangsat! Gue ga punya urusan sama kalian jadi sebaiknya kalian pergi dari ......"

"Mau lo apa anjing!" Satria yang sudah tidak bisa lagi menahan emosinya langsung menyerang Rio yang belum siap menerima serangan

Rio mulai bisa mengimbangi pukulan Satria dan kini mereka terlibat adu jotos yang sangat menegangkan dan membuat yang menyaksikan aksi mereka merasakan merinding saat melihat wajah keduanya yang sudah mulai babak belur

"Harusnya gue yang ngomong kayak gitu!, mau lo apa hah? Kenapa lo setega itu sama Nindya?" Rio berhasil mengunci lengan Satria dan mulai berbicara, tujuan dan maksudnya datang kesini untuk mencari ribut dengan Satria

"Lo ga lebih dari seorang cowo brengsek SAT!"

Satria terus berusaha untuk melawan, namun tenaganya sudah hilang, dan kini ia hanya bisa pasrah pada Rio.

"Gue ga akan pernah lepasin lo tai! Dan gua pastiin, lo akan ngalamin hal yang lebih menyedihkan dari apa yang dialami Nindya sekarang!"

"Inget itu baik-baik Dimas Satria Anugrah" Teriak Rio lantang dan melepaskan tangan Satria dengan kasar sehingga kini cowo itu terjatuh di lantai lapangan, kemudian berlalu ke kelasnya sendiri

"Gue ga akan pernah takut sama semua kata-kata lo!" Satria berusaha untuk berdiri dan menjawab kata-kata Rio tadi

"Buat apa lo bikin gue kayak gini? Yang perlu lo tau adalah Gua ga pernah minta sama Nindya sahabat kesayangan lo itu untuk suka sama gue!"

"Dan satu lagi!, gue gak pernah sedikitpun suka sama cewek cupu kayak dia!!" Di kalimat terakhirnya Satria berteriak cukup keras membuat Rio membalikan badannya dan bersiap untuk meninju cowo yang telah menyakiti sahabatnya

Nindya mendengar semuanya dari pinggir lapangan, dengan hati yang teramat sakit dia berlari menuju keduanya dan berusaha mencegah Rio yang bersiap untuk menghajar Satria kembali.

Tiba-tiba seseorang menarik tangannya untuk berhenti melangkah, dengan refleks ia melihat ke sampingnya, Nindya menundukan kepalanya sebentar berusaha menahan tangisnya. Kemudian, ia berjinjit dan berbicara pelan pada Rio.

"Jangan ngotorin tangan Lo Rio" Nindya menatap Rio dengan Sendu dan berusaha untuk meredakan amarah Rio terhadap Satria

"Gue gak papa kok, kita balik ke kelas ya" suara Nindya terdengar bergetar matanya sudah di penuhi air mata yang siap untuk tumpah.

Sementara Satria yang melihat kedatangan Nindya hanya bisa diam mematung dan terus memperhatikan gadis itu dengan rasa bersalah. Ketika Rio membawa Nindya pergi.

Satria sempat melihat ke arah gadis itu yang juga tengah menatapnya, air mata jatuh membasahi wajah cantiknya. Membuat Satria menyesal dengan semua yang telah dikatakannya.

Sedangkan Zaki dan Reza yang sedari tadi berusaha melerai keduanya hanya bisa terdiam saat melihat kedatang Nindya, dan sangat terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Teman Mereka.

Mereka tidak menyangka Satria bisa setega itu dengan Nindya. Mendekati Nindya dan menjadikan Nindya sebagai kekasih Salah satu dari mereka memang misi mereka tapi mereka sangat menyesal jika akhirnya akan seperti ini.

Melihat Nindya yang menatap Satria dengan tatapan sendu dan lelah membuat mereka ingin meminta maaf pada Nindya, dan menghajar Satria sampai Laki-laki itu sadar Bahwa selama ini Satria telah jatuh pada pesona Nindya. Gadis yang polos, culun, namun pemberani.

Reza yang paling bijaksana hanya bisa memandang temannya dengan tajam dan kecewa lalu akhirnya berkata

"Well, semua yang gua bilang kejadian kan Dimas Satria Anugerah?" Reza sedikit menekan nada bicaranya sambil menepuk pundak Satria.

"Nyesel datengnya belakangan bro" Ucap Zaki sebelum beranjak meninggalkan Satria yang masih diam mematung dengan di ikuti Reza

"Maafin gue nin" Ucap Satria dalam hatinya

Ia hanya bisa memandang Nindya yang perlahan mulai menghilang

THE REASONWhere stories live. Discover now