32

18.5K 1.7K 244
                                    

Quot of the day

Buah yang dipetik melalui perjuangan berat dengan penuh kesabaran adalah KEBAHAGIAAN.

💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻

"Wiku sangat ingin bertemu dengan mbak Windy. Maukah Mbak Windy menemui Wiku. Please...."

Kalimat penuh harap yang diucapkan oleh Wisnu membuat tubuh Windy bergetar. Getaran yang mengandung berjuta rasa. Ya rasa cintanya untuk pak Wisnu dan
rasa sayangnya untuk Wiku. Windy menjadi sadar, betapa egoisnya ia yang sudah membuat Wisnu, Wiku, dan Paino menderita.

Tanpa membantah, Windy segera mengiyakan. Ia pun mulai membalik tulisan buka menjadi tutup yang tergantung di pintu salon. Kemudian menyambar tas yang berisi dompet, ponsel dan surat - surat penting kendaraan.

"Mbak Windy bareng saya saja, ya!" Wisnu menawarkan tumpangan. Tapi Windy menolak.

"Setiap sore saya harus setor muka di rumah mami Anggela untuk menjenguk Paino. Karena dia juga sama seperti Wiku. Ino tidak mau makan saat saya tinggal di rumah mami Anggela."

"Nanti saya antar Mbak Windy ke rumah mami Anggela. Sekalian saya minta ijin supaya di ijinkan untuk kembali tinggal di rumah sebelah saya."

Wisnu mencoba membangun kembali sebuah asa. Ia berasumsi, jika Windy bersedia diajak bertemu Wiku, berarti masih ada kemungkinan bagi keduanya untuk melanjutkan kisah kasih yang sedang mulai mereka rajut bersama.

Nggak apa - apa kan ya mengulang kembali dari awal? Tapi kali ini Wisnu akan berusaha memperjuangkan Windy. Persetan dengan ibu Suri.

"Terus saya pulangnya bagaimana?"

Windy senang sih diantar oleh Wisnu. Berarti ia memiliki banyak waktu untuk melepas rindu. Kapan lagi Windy memiliki kesempatan bertemu Wisnu kalau bukan saat si kecil Wiku sedang sakit. Meskipun Windy harus siap kembali dikecewakan karena interaksinya dengan Wisnu hanya sebatas majikan dan pengasuh. Untuk kali ini saja, Windy ingin menikmati kebersamaannya dengan Wisnu. Biarkan rasa halunya menjadi kenyataan meskipun esok  hari semuanya akan kembali seperti hari - hari biasa.

"Nanti saya tunggu Mbak Windy, lalu saya antar pulang. Ngomong - ngomong Mbak Windy sekarang tinggal dimana?"

Pertanyaan Wisnu membuat Windy merasa kikuk. Aduh malunya.... mana mungkin Windy menjawab jika ia sekarang jadi penunggu salon selama 24 jam.

"Rahasia...." Jawaban Windy membuat Wisnu merasa kesal. Secara refleks, ia menahan tangan Windy yang akan memasukkan kunci kontak motornya.

"Kalau begitu Mbak Windy bareng sama saya saja! Supaya saya bisa tahu sekarang Mbak Windy tinggal dimana. Motornya biar disimpan di dalam salon. Besok saya jemput kalau mau berangkat kerja."

Tingkah spontan dan begitu posesif yang dilakukan oleh Wisnu membuat Windy tertawa.

"Bapak jangan bersikap seperti itu lah... nanti kalau saya gagal move on dari bapak, saya yang kacau."

Ucapan Windy membuat Wisnu menatap Windy. Merasa di tatap dengan intens oleh Wisnu membuat si pemilik salon itu  menghentikan tawanya.

An Annoying Windy Diary's (End) 🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang