Killing Him Softly

64K 5.7K 2.2K
                                    

Begitu masuk ke kamar hotel, aku langsung ke kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu masuk ke kamar hotel, aku langsung ke kamar mandi. Kuperiksa dengan teliti ketiakku yang sudah dua hari lebih nggak pake deodoran. Pas kucium baunya, aku yakin banget Heath itu hidung mancungnya nggak fungsi.

Setelah mempertimbangkan waktu yang bakal lama banget untuk mandi, aku memutuskan cuma cuci ketiak pakai sabun. Aku juga cuci muka dan gosok gigi. Terakhir, aku pakai sabun antiseptik kewanitaan yang sejak beli nggak pernah kusentuh.

Sayangnya, setelah duduk di kloset, aku pengin menangis. Kenapa halangan terkutuk ini datang sekarang?

Apa yang harus kubilang ke Heath? Apa Heath bakal memaksa aku juga kaya Aaron? Apa ini salah?

Lama aku duduk di tempat itu, memikirkan apa yang harus kukatakan pada Heath.

Heath nggak pernah jahat sama aku. Dia juga nggak pernah memaksa aku. Dia juga bukan Aaron, kan?

Pelan, aku keluar dari kamar mandi. Heath ternyata sudah duduk di kamar. Dia memijit kepalanya seperti orang yang sakit kepala. Dia bahkan nggak tahu kalau aku sudah berdiri di dekatnya. Bukannya tadi dia baik-baik saja?

Kenapa?

"Heath?"

Dia mendongak pelan. Matanya seperti orang yang lelah sekali. Ada gurat merah di matanya. Apa dia mengalami sakit kepala itu lagi? Apa dia mendengar suara-suara itu lagi?

"Ada apa?" Dia mengulurkan tangannya. "Kenapa wajahmu begitu?"

"Kamu yang kenapa?" tanyaku saat memegang tangannya.

Dia menarik pinggangku. "Aku hanya ... mungkin kelelahan. Kepalaku agak ... sakit."

"Minum obat?"

"Ya. Aku akan minum pain killer. Lalu, bagaimana denganmu?" Dia tersenyum. "Kenapa wajahmu seperti melihat hantu?"

"Aku ...." Semoga dia nggak marah. "Aku halangan."

Dia mengangkat alis. "Kamu sudah punya pembalut?"

Aku mengangguk.

"Bagus. Aku akan mencarikanmu cokelat panas."

"Ka-kamu nggak marah?"

Dia mengerutkan alis. "Kenapa aku harus marah?"

"Kita ... kan ..."

Dia tertawa. Matanya menyipit. Guratan di wajahnya terlihat jelas sekali kalau sedang tertawa.

"Bee, kita bisa melakukannya kapan saja. Kita punya seumur hidup untuk mencoba." Dia mencium tanganku. "Kenapa kamu berpikir aku akan marah?"

Aku menunduk. Agak malu rasanya aku sudah membandingkan Heath dan Aaron. Mereka jelas berbeda. Kok bisa pikiranku ke situ?

"Bee?" Dia meremas tanganku. "Kenapa?"

"Aku ... sebulan yang lalu waktu aku halangan ... Aaron ..."

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang