Best Place in the World

39.3K 4.1K 720
                                    

Sebelum Dave menyelesaikan pesanannya, kuseret dia keluar dari tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum Dave menyelesaikan pesanannya, kuseret dia keluar dari tempat itu.

"Apa sih, Glace?" protes Dave saat kami ada di meja resepsionis.

Berkali-kali aku mengintip Drey dari balik tas tangan yang kututupkan ke wajah. Drey sudah nggak melihat kami. Dia memang nggak perlu memastikan lagi. Dia sudah lihat mukaku dengan jelas tadi. Dave juga nggak mungkin nggak terlihat dengan body segede itu.

"Drey tahu," desisku sambil menunduk ke pintu keluar. Aku tadi sampai membentak penjaga lemari mantel supaya cepat mengambilkan mantelku.

"Memang kenapa kalau dia tahu?" tanya Dave sambil memakai mantelnya.

Aku menggeram kepadanya. "Lo ingat waktu lo dihajar di rumah sakit? Lo mau kaya gitu lagi?"

Wajah Dave terlihat seperti mau muntah. "Waktu itu ... aku lagi nggak siap."

Aku memutar mata sambil berdecak. Nggak sadar diri ni orang. Bukannya meremehkan Dave sih. Tapi, nenek keriput yang bau tanah juga tahu Drey Syailendra itu nggak punya belas kasihan kalau sudah berhadapan sama lawan. Nggak mulut, nggak tangan sama kejamnya. Jangankan cuma Dave, kingkong ngamuk aja bakalan dikuliti sama Drey.

"Whatever," jawabku sambil mengancingkan mantel dan berjalan cepat.

Aku lagi malas ribut sama Dave. Pokoknya aku harus membawa Dave jauh dari Drey. Kasihan kalau dibikin umur pendek sama orang itu.

"Kamu meremehkan aku? Kamu pikir aku segitu lemahnya sampai nggak bisa hadapi dia?"

Aku berhenti di depannya. "Mas, gue lihat sendiri Drey bunuhin orang bersenjata. Gue lihat sendiri gimana dia dihajar, tapi nggak ngerasa sakit. Drey itu mesin pembunuh. Kalau dia ngerasa keluarganya terancam, dia bisa matiin siapa aja. Dan, lo ingat ya. Heath itu tangan kanannya Drey. Kalau Drey sudah nyuruh dia bunuh lo, gue yakin Heath nggak bakal menolak."

"Kok bisa?"

"Mereka saling hutang budi. Drey bilang Heath menyelamatkan hidupnya dan Heath bilang Drey juga nyelametin hidupnya."

"Terus, kenapa dia nggak merestui hubungan kalian?"

Aku mengangkat bahu, lalu menunduk. "Katanya, gue bakal nyakiti Heath. Gue nggak punya masa depan sama Heath."

"Kok gitu? Dia pengin kamu sama cowok yang lebih kaya?"

Aku menggeleng.

Mana kutahu apa yang ada di otak Drey. Kurasa, dia bukan orang yang membedakan manusia sesuai dengan tingkat kekayaannya. Dia dan Savanna juga beda kasta, kan? Aku juga kan dari kaum jelata. Dia mau aja ngangkat derajatku. Dia juga nggak risih kan ketemu sama Ibu dulu? Rasanya kalau urusan duit, Drey nggak mungkin gitu, deh.

Tapi, aku masih nggak ngerti ada apa antara Heath sama Drey.

Kami diam sebentar di pinggir jalan. Salju turun lagi. Kali ini cuma sedikit, tapi pas banget sama suasana hatiku yang dingin.

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang