11. GLASSINA VS VALARIA

21K 2.3K 157
                                    

Membujuk Dazt untuk menjadikan Valaria sebagai peserta Duel selanjutnya bukan perkara mudah.

Setiap kali bertemu untuk latihan segel, Clarine mati-matian meyakinkan Dazt bahwa walaupun Valaria dan Glassina belum lama melatih bakat di Akademi, mereka berdua sudah bisa menggunakan berbagai macam segel. Namun respons Dazt selalu datar. Pemuda itu bahkan beberapa kali dengan sengaja mengalihkan pembicaraan, dan yang paling parah adalah saat Dazt malah mempermainkan Clarine yang memaksakan diri bersikap manis.

Alhasil, hingga hari sabtu Clarine belum juga bisa mendapat kepastian dari Dazt, tetapi bukan berarti dia menyerah. Hari ini Clarine juga akan berusaha. Namun kali ini dengan cara yang berbeda, tak akan ada lagi ceritanya Clarine bersikap manis untuk membujuk Dazt, ia sudah lelah diperlakukan semena-mena.

Untuk kesekian kalinya Clarine melirik jam. Mbok Na sudah pulang lima belas menit lalu, tetapi Dazt belum juga keluar dari portal. Clarine coba mengingat apakah kemarin pemuda itu berkata kalau hari ini mereka tak latihan? Tetapi seingatnya Dazt sama sekali tak berkata apa-apa.

Bel pintu berbunyi dari bawah, dan dengan heran Clarine mendapati Dazt berdiri di balik pintu.

"Kenapa lewat pintu?" tanya Clarine curiga.

"Selamat malam juga Honey. Cepat ganti bajumu."

"Memangnya kita mau ke mana?"

"Pacaran. Inikan malam minggu."

"Berhenti bersikap menjijikan begitu. Apa maumu?"

"Ke mana sikap manismu yang kemarin? Aku hanya ingin mengajakmu keluar."

"Lalu pelajaran kita?"

"Apa kau tak bosan seminggu penuh belajar?"

"Jadi hari ini tak ada pelajaran, baguslah kalau begitu aku bisa tidur lebih awal. Selamat malam Dazt. Nikmati malammu." Clarine ingin menutup pintu, tetapi Dazt langsung mengganjal daun pintu dengan kakinya.

"Sebaiknya kau pakai jaket sekalian. Kita pergi pakai motor," ujar Dazt dengan senyuman terpasang.

"Apa kau tak mengerti? Aku tak mau pergi."

"Kau mau ganti baju sendiri, atau aku harus turun tangan membantumu?"

"Ancaman macam apa itu?"

"Kau tahu aku sanggup melakukannya. Kau mungkin bisa merasakan segel, tetapi bukan berarti kau kebal terhadapnya. Aku tinggal membuat segel dan kau tahu apa kelanjutannya."

Clarine menggerutu sebal. "Sebentar."

***

Dazt membawa Clarine ke Kafe Gula. Walaupun sudah pernah ke tempat ini, Clarine tak bisa menahan dirinya untuk tetap memandang kagum akan keindahan tempat itu.

"Norak. Katanya orang kota besar, tetapi melihat tempat ini saja sampai begitu." Terdengar sindiran yang Clarine yakin tertuju padanya, ia mengenali pemilik suaranya.

Benar saja, saat Clarine berbalik, ia mendapati Glassina melangkah masuk bersama dua gadis lain. Clarine ingin sekali membalas, ia benar-benar kesal dengan gadis yang satu ini. Sayang, sudah seminggu ini Clarine berpura-pura tak mengenal Glassina agar gadis itu yakin kalau ingatan Clarine dihapus. Tak mungkin tiba-tiba Clarine balas menyindir.

Buru-buru Clarine mengalihkan pandangan ke arah Dazt yang masih sibuk memesan tempat. Namun tetap saja Clarine memasang telinga untuk mendengar percakapan Glassina dengan kedua temannya.

"Bagaimana bisa dia dan Dazt di sini? Kupikir mereka sudah putus. Bukannya sudah lama mereka tak terlihat bersama di sekolah?" tanya salah satu teman Glassina.

TALENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang