Sixteen

9.2K 1.9K 131
                                    

Untuk Aska, jika ingin berkomitmen harus dilakukan di usia yang tepat, saat karir sudah berjalan lancar, pendidikan sudah selesai. Setidaknya untuk pendidikan formal karena pada dasarnya, as long as you live, is a lifetime learning menurut papanya dan itu juga yang Aska yakini.

Maka dari itulah selama ini dia menghindari komitmen dan untungnya juga, tak pernah ada wanita yang benar-benar menarik perhatiannya.

Kriteria wanita idaman Aska mencakup manusia separuh dewi karena tidak masuk akal. Cantik, pintar dan berpendidikan tinggi. Memiliki kaki yang jenjang dengan kontur wajah bak supermodel. Bisa masak adalah wajib karena Aska suka masakan rumahan. Dia juga harus telaten, mandiri, mahir mengurus anak atau setidaknya cinta anak-anak dan tak lupa sukses secara finansial.

Itu baru kriteria dasar! Masih banyak hal-hal kecil yang biasanya jadi pertimbangan. Senyumnya harus manis dan tidak miring sebelah, ramah namun berkelas, outfit harus sempurna agar enak dipandang, dia harus suka nonton film seram karena Aska suka.

Tak heran kan, dia tak pernah punya pacar.

Pembicaraan dengan Gadis kemarin agak mengacaukan pikirannya.

Does he fall in love?

Cinta agak-agak norak yang setiap saling menatap akan terlihat jelas cinta di sana seperti papa dan kakaknya saat bersama pasangan masing-masing?

'I don't think so!' elak Aska mencoba menghindar.

Dia tertarik. It's obvious! Leonore with model kind of look tak mungkin bisa dia lewatkan. She's smart, rich, tapi itu hal yang biasa. Bukan sesuatu yang istimewa karena selama ini lingkar pertemanan Aska adalah dengan orang-orang semacam Leonore.

She's strong, but fragile. Pasti itu yang membuatnya tertarik. Ingat, tertarik! Bukan cinta!!

"Something wrong with my face?" tegur Leonore karena sepanjang mereka makan berdua, mata Aska tak lepas memperhatikan Leonore lekat-lekat sampai dia tak konsen untuk menyuap.

Aska menggeleng canggung, kembali meneruskan makan. Sore tadi Leonore baru pulang dari perjalanan bisnis singkat di Surabaya. Aska baru bisa menemuinya jam 8 ini karena tadi ada operasi. Untung saja Leonore mau menunggu jadi dia tak perlu makan sendirian.

"More dessert?" Leonore menawari Aska bolu yang dia bawa tadi beserta satu scoop ice cream.

Aska kembali menggeleng. Kalau sedang banyak pikiran dia suka tak selera makan.

Kening Leonore berkerut, "You've been acting weird today. I mean, I know you are weird. But tonight, you are 'weird-weird'. You know what I'm saying, right?"

Tawa Aska pecah. He loves Leonore dan sikap sinisnya. Eh, like!! Just like! Like a lot... Sometimes too much. Walaupun Leonore tak suka anak-anak. Masih terbayang ekspresinya saat Sita menyerahkan Baby Nura begitu saja ke pangkuannya ketika Sita kebelet pipis.

Ekspresi Leonore terlihat seperti sedang diserahi granat!

Hal itu tidak mengganggu Aska sama sekali. Mungkin karena dia tak terbiasa saja dengan anak kecil. Pasti nanti akan lain saat Leonore menggendong anak mereka.

'Excuse me? Anak siapa, Ka? It's just temporary relationship!'

Berulang kali Aska mencoba menegaskan kalau, tak akan ada apa-apa di antara mereka, namun bayang-bayang Leonore dikelilingi anak-anak kecil bermata abu-abu terus saja melekat di pikiran.

'Oh, for God Sake! Akui saja, Aska!!' hati kecilnya seakan menjerit.

Aska membereskan peralatan makan dan mencucinya, hari ini jatah dia mencuci piring, baru besok jatah Leonore. Saat dia selesai, ternyata Leonore masih ada di meja makan dan sedang menyalakan laptop dan saat Aska mengintip, sepertinya dia sedang membuat laporan.

Askari's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang