12

6.7K 592 13
                                    

The Reaper

"Kenapa?" Tanya Ryder. Dilihatnya wajah Elena yang tercengang

"Tidak. Kenapa kita disini?" Balas gadis itu. Mata cokelat mudanya menatap Ryder terbelalak.

"Tidak usah sok bego begitu. Kau ingin naik wahana ini kan?" Ryder bersedekap. Elena tidak menjawab. Ia kembali menatap ferris wheel itu dengan sepenuh hati. Terlihat sudut bibirnya terangkat ke atas sedikit, menyimpulkan sebuah senyum.

Ryder mendesah. Ia mengetahui keinginan Elena ini sejak di depan Rumah Kaca, dimana sesudah kata-kata Alan yang mengurungkan niatnya mengajak Elena, gadis itu terus menatap ke arah ferris wheel seakan-akan tidak ada wahana lain di bumi ini. Ryder juga tidak melewatkan raut wajah kecewa Elena ketika mereka akan pulang.

"Ryder.."

"Hm?"

"Aku..belum mengucapkan terima kasih" Entah sejak kapan Elena sudah menempel di lengan Ryder. Ryder menunduk karena Elena jauh lebih pendek darinya.

"Untuk apa?"

"Sudah menolongku..waktu Alan mengajakku ke wahana dengan cermin itu. Aku seharusnya bisa mengelak tapi, waktu itu pikiranku buntu sekali" Elena memainkan jari-jarinya gugup.

"Yah, aku juga minta maaf, karena alasanku yang sembarangan membuatmu tidak bisa naik wahana ini" jawab Ryder.

"Tidak kok. Buktinya kita akan naik kan?"

Ryder mengangguk kecil. Di tatapnya lagi wajah gadis itu. Wajah yang sedang tersenyum lebih lebar.

"Silahkan naik sir, miss" seorang petugas membuyarkan keheningan di antara keduanya. Mereka langsung melangkah ke dalam kabin ferris wheel yang ternyata cukup sempit apabila dimasuki dua orang. Ryder tidak peduli, selama ia sudah menebus kesalahannya dan menghibur gadis itu, ia merasa lebih baik.

Tak lama, mesin mulai berputar, membawa kabin mereka naik semakin tinggi. Elena menghambur ke jendela dan menempelkan wajahnya disitu.

"Waaah...indah sekali! Kita bisa melihat seluruh kota dari atas sini!" Katanya takjub

"Heh..aku punya sayap, jadi pemandangan seperti ini sudah biasa" jawab Ryder tanpa menoleh. Ia hanya ingin mengakhiri ronde ini agar bisa pulang.

"Manusia hebat ya.." Suara Elena melembut, membuat Ryder ingin mendengar lebih seksama. "..mereka tidak punya sayap, tapi mampu menciptakan sesuatu agar mereka bisa 'terbang'"

Ryder tidak merespon.

"Ingin deh jadi manusia" desah Elena

Ryder terbatuk. Apa katanya? Memangnya gadis penjaga ini tidak tahu? Ryder berpikir keras di dalam otaknya.

"Bukankah kau sudah mendapat kesempatan itu?"

Elena menoleh "maksudmu?"

"Kau tidak tahu? Kita pernah menjadi manusia. Tapi, kita seberuntung yang lain. Umur pendek, nasib sial, tugas yang belum selesai, namun kita sudah meninggalkan dunia ini. Karena itu, kita menjadi seperti sekarang ini. Melanjutkan tugas kita di bumi dengan sosok berbeda"

Elena mengerutkan keningnya. Ryder terkejut, gadis ini memang tidak tahu tentang hal itu? Bukankah semua makhluk seperti mereka tahu? Ryder sendiri bahkan masih punya ingatan sedikit saat dia masih manusia.

"Aku..tidak tahu. Aku bahkan tidak ingat waktu menjadi manusia. Apa kau...ingat?"

Ryder terdiam. Pikirannya berkecamuk. Apa ia ingat? Tentu saja. Apa yang ia ingat? Entahlah. Napasnya memburu.

Guardian ReaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang