I Fall in the Autumn Part 1

1.1K 50 87
                                    

Aku selalu menyukai desiran angin yang berpadu dengan terik sinar matahari pagi. Seperti ini, pagi yang bergitu cerah, udara dingin seakan tak begitu terasa. Angin berhembus pelan menerpa wajahku dan menghalau rambut yang sudah tersisir rapi. Kusibak poniku yang tertiup angin, dan kuarahkan pandangan ke arah kiri, dan melihatnya. Laki-laki tampan yang begitu mempesona. Asyik berlari dan tenggelam dalam tawa ketika berusaha menembakkan bola basket ke dalam keranjang. Di tepi lapangan, para gadis berteriak menyerukan namanya. 

"Satriaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa", disambung dengan jeritan dan tawa yang membahagiakan.

Dia adalah Satria, laki-laki yang sangat disanjung oleh banyak orang. Gadis-gadis menyukainya dan berebut mencari perhatiannya. Kapten tim basket sekolah, wakil ketua OSIS dan ketua dewan ambalan pramuka. Bukan cuma itu, Satria juga anggota majalah dinding dan PMR. Wajahnya yang tampan dengan pancaran mata yang indah dan senyum yang menawan, membuat orang terpesona. Tingkah lakunya yang sopan, dan cara bicaranya yang lembut membuatnya seakan tak henti-hentinya dipuja. Belum lagi, kepiawaiannya dalam bermain gitar bass dan bernyanyi, membuat pentas seni begitu ramai dengan teriakan para gadis. Bukan hanya para gadis, laki-laki pun senang berteman dengannya.

Tapi, bukan dia yang kumaksud. Di pinggir lapangan, tepat di sebelah tas Satria. Dia, selalu disana menunggu teman-temannya bermain basket. Lengkap dengan buku novel misteri kesukaannya. Dengan kacamata tebal yang membuatnya tampak begitu misterius. Aku menyukainya di saat-saat seperti ini. Hembusan angin dan teriknya matahari yang menerpa wajahnya, membuatku ingin terus menatapnya. Tapi siapalah aku, mendekat pun tak berani.

"Braaaaakkkk"

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Tanpa kusadari, bola basket menimpa kepalaku hingga kacamataku terpental ke samping

" Emi!!! Eh sorry sorry. Emi...emi...kamu gapapa??"

Aku membuka mataku. Satria berdiri di depanku dengan mimik wajah khawatir. Aku bangkit dan bingung tak tahu apa yang terjadi.

" Gapapa, sakit kepalaku, Sat. Kamu ni ah liat-liat kalau ngelempar bola" protesku yang masih belum sadar bahwa banyak teman Satria yang mengelilingiku.

" Ah kamu, jalan sambil ngelamu sih. Ke UKS ya " sanggahnya tidak terima dengan protesku.

"Enggak, gapapa, makasih. Mau ke kelas aja, jam pertama ulangan Fisika, Sat. "

Aku melihat dia berdiri dari tempatnya duduk. Kami berpandangan, dan dia melempar senyum kecilnya, Aku merasa wajahku panas. Mungkin sudah memerah. Satria menengok ke belakang, kemudian sadar akan apa yang terjadi padaku.

" Yah mulai lagi deh..." katanya pasrah.

" Sat, aku malu..."

" Kamu malu-maluin haha, sini aku anterin " kata Satria berkelakar namun penuh keyakinan dan disambut teriakan sirik para gadis yang sedari tadi menonton permainan basketnya.

Aku sudah menduga bahwa pasti para gadis akan memandangku sinis dia, karena itu aku memutuskan untuk jalan sendiri. Kelasku dekat dengan lapangan basket, hanya perlu melintas ke sisi sebelah. Sehingga aku mau tidak mau harus melintas juga di depan dia. Aku hanya bisa menunduk malu. Ku dengar dia bicara lirih ketika aku tepat melintas di depannya,

" Besok lagi hati-hati ya... "

Aku meliriknya sejenak dan tersenyum. Hatiku berdebar kencang. Secepatnya aku masuk ke kelas. Wajahku panas. Pasti sudah memerah seperti sambal. Ku buka buku Fisika dan pura-pura membacanya, tapi pikiranku tertuju pada senyumnya yang tak mau pergi dari pelupuk mata.

Namanya Naoki. Perawakannya tinggi, berkulit putih seperti orang jepang. Badannya tidak atletis, namun tidak pula kurus atau gemuk. Ibunya memang orang jepang, sedangkan  ayahnya dari kota kami, orang Jawa. Dia mewarisi kulit ibunya dengan perawakan seperti ayahnya. Dia memang tidak seterkenal Satria, tapi justru itu yang membuat aku suka memperhatikannya. Malah tidak banyak saingan, karena memang aku tidak punya rasa percaya diri.  

I Fall in the Autumn (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang