1.

282 19 0
                                    

Entah sudah kesekian kalinya saya bangun kesiangan di minggu pertama bulan Oktober ini. Selain deadline tugas kuliah yang kerap menghantui yang pada akhirnya harus merusak jadwal tidur saya, nyatanya alasan lainnya saya terlambat bangun pagi ini dikarenakan saya lupa memasang alarm. Iya saya memang se-pelupa itu.

Hari kemarin lain lagi ceritanya, kemarin, saya yang juga sama sedang mengejar deadline untuk mata kuliah Sintaksis terlambat bangun karena begitu tugas tersebut rampung, Saya mencoba menghubungi pacar saya, Samudera namanya, hanya sekadar untuk berkeluh kesah akan hari yang melelahkan saat itu dan nyatanya kami berbicara hingga pukul tiga pagi. Samudera yang sama kaget nya dengan saya, saat tahu waktu sudah menunjukkan pukul tiga langsung mengucapkan selamat malam –selamat pagi lebih tepatnya– kemudian memutuskan sambungan telepon kami dan meminta saya untuk bergegas tidur karena ia tahu saya ada kelas pagi itu.

Samudera Sadajiwa. Mahasiswa tahun keempat di FSRD ITB ini merupakan sosok yang tidak bisa saya bilang sebagai manusia paling tampan yang ada di bumi. Juga bukan sosok terbaik serta terperhatian dan pengertian yang pernah saya kenal. Samudera Sadajiwa adalah sosok manusia biasa yang sama seperti pacar kalian (mungkin? Saya tidak tahu) namun telah merampas hati saya seutuhnya. Samudera dengan segala wawasan serta pikirannya yang luas yang mendeskripsikan namanya, sukses membuat saya jatuh cinta sedalam dalamnya sejak malam itu.

2016, saat itu berlangsung sebuah acara Festival Seni Rupa dibilangan Jakarta Pusat. Saya yang notabennya memang pecinta apa pun yang berbau seni (Karena memiliki keturunan darah seniman) pun melenggang ke sana seorang diri. Bukannya tidak punya teman, tapi saya memang selalu suka pergi ke acara-acara seni seperti ini seorang diri dengan alasan saya ingin memaknai karya seni lebih mendalam tanpa ada gangguan seperti 'La, menurut lo lukisan ini masuk ke genre apa?' atau 'La, menurut lo ini lukisan menggambarkan apa?' atau yang lebih parah 'La, coba dong ceritain pendapat lo tentang lukisan yang ini' dan segudang pertanyaan pertanyaan lain yang justru akan merusak mood saya seketika itu juga. Namun malam itu saya bertemu dengan Samudera, ia yang kala itu mendapat tugas kunjungan menghadiri acara Festival Seni Rupa dari program studinya ini ditakdirkan bertemu dengan saya. Pertemuan malam itu menyadarkan saya bahwa nyatanya saya masih butuh banyak belajar. Belajar dari sosok Samudera. Saya yang biasanya ditanyai oleh teman setiap pergi ke acara Festival seni seperti ini, berbalik menjadi saya yang banyak bertanya tentang apapun berkaitan dengan seni kepada Samudera. Dan ya, sejak malam itu saya menaruh hati terhadap sosok nya yang sekarang telah resmi menjadi pacar saya.

Sekian dulu ya cerita tentang Samudera-nya, saya harus bergegas mandi dan berangkat ke kampus tercinta sebelum semakin terlambat. Karena jujur saja jika kalian meminta untuk bercerita tentang Samudera lebih lama, ini akan memakan lebih dari satu lembar atau mungkin saja satu buku.

Untungnya ketika saya sampai dikampus 20 menit kemudian, dosen yang mengajar mata kuliah Keterampilan Menulis dan terkenal killer ini belum berada dikelas meskipun tadi ketika saya berlari lari di parkiran, mobilnya sudah bertengger disana. Mungkin tuhan sedang berbaik hati kepada saya hari ini.

Untuk yang bertanya tanya dimana saya berkuliah dan jurusan apa yang saya ambil sehingga mengharuskan saya belajar mata kuliah keterampilan menulis, saya berkuliah di sebuah kampus negeri di kawasan Jakarta dan Jurusan yang saya geluti adalah jurusan Sastra Indonesia. Saya pernah bilang kan saya mencintai seni? Ya termasuk seni merangkai kata kata didalamnya.

Hari ini, hari jumat kebetulan sekali saya hanya ada satu kelas dan itu pun adanya di pagi hari jadi begitu kelas usai, saya bisa langsung pulang ke rumah kecuali ada kelas pengganti sih. Seperti sekarang ini saya sedang berjalan menuju kosan dan berniat untuk pulang ke rumah di Depok ketika sebuah pesan masuk. Dari Samudera ternyata.

Samudera[10.27]

Hei, kamu kesiangan lagi ngga hari ini?

Olla P [10.28]

Iya td aku kesiangan haha. Km jd otw ke Citayem?

Samudera[10.28]

Dasar ya! alesannya apa lagi hari ini hm? Iya ini lagi nyiapin mobil kok

Olla P[10.29]

Aku lupa pasang alarm >< yaudah ati2 ya! Aku baru sampe kosan nih, bentar lagi otw ke depok.. see u sam ;)

Samudera[10.30]

See u babe ;) (read)

Saya membiarkan pesan terakhir dari Samudera ini terbaca dan tidak membalasnya. Kemudian jari saya mengarahkan untuk keluar dari salah satu aplikasi messenger terkenal itu dan beralih ke aplikasi ojek online dan memesannya untuk menuju ke stasiun Manggarai. Ya, biasanya saya pulang ke Depok menggunakan kereta dari Manggarai dan turun di stasiun Depok yang dilanjutkan dengan memesan ojek online (lagi) atau menggunakan angkot. Jauh ya? Iya itu salah satu alasan saya untuk mengekos, supaya lebih efektif dan yang terpenting agar saya bisa lebih mandiri.

Minggu ini Samudera rencananya akan berkunjung ke Jakarta sekadar untuk melepaskan rindu kami dan juga mengunjungi orang tua nya yang tinggal di kawasan Citayem. Dengan kuliahnya yang sudah berada di tahun ketiga, Samudera biasanya mengunjungi orangtuanya dua minggu sekali atau paling parah sebulan sekali. Dan kesempatan itu juga yang biasanya kami gunakan untuk bertemu dan untuk sekadar hangout sepeti pasangan pada umumnya.

Saya ceritakan satu hal lagi yang berkaitan dengan Samudera ya? Samudera itu meskipun masuk ke Jurusan yang berbau seni, namun sosok nya tidak terlalu berandal seperti kebanyakan mahasiswa jurusan seni pada umumnya.

Oh, saya tidak bilang Samudera sosok yang cupu dan membosankan. Sama sekali tidak.

Apa Samudera merokok? Oh jelas saja, saya sebagai pacar tidak berhak untuk melarang. Namun saya selalu mengingatkan juga untuk selalu menjaga kesehatan.

Apa Samudera pernah minum minuman keras? Mungkin iya, atau bisa saja tidak. Saya tidak terlalu bercampur tangan atas kehidupannya di Bandung. Its his life! Lagi lagi saya sebagai pacar hanya selalu mengingatkan untuk tidak melewati batas.

Tapi terlepas dari pada itu, Samudera sosok yang sangat sayang terhadap keluarganya. Ayah, Ibu dan Kakak perempuannya selalu menjadi prioritas utama. Melebihi siapapun termasuk saya. Saya cemburu? Dengan bodohnya saya mengaku pernah cemburu. Iya saya sangat bodoh kala itu, sampai saat ini saya kadang merasa benci terhadap diri saya yang dulu. Saya yang tidak cukup dewasa bersanding dengan sosok Samudera. Meskipun usia kami hanya terpaut dua tahun, namun cara berpikir Samudera seperi lima tahun diatas saya atau lebih tepatnya saya yang terlalu berpikiran kanak kanak.

Kala itu Samudera baru memulai semester tiga nya dan saya sedang sibuk sibuknya menghadapi tryout untuk persiapan UN. Usia hubungan kami baru tiga bulan seingat saya. Samudera yang sedang berkunjung ke rumah orangtuanya hari itu meminta maaf karena tidak bisa bertemu dengan alasan yang tidak ia sebutkan. kemudian hari itu ia menghilang tanpa kabar seharian. Merasa tidak terima akhirnya saya mengunjungi rumahnya dengan bekal alamat yang pernah ia berikan. Setibanya di Citayem, kediaman Samudera kosong. Kemudian saya bertanya kepada tetangga sekitaran rumah Samudera, dan ternyata Samudera beserta keluarga sedang berada di Bogor karena ternyata Kakak Perempuannya baru saja diberitahu mengidap kanker dan sedang berkumpul dirumah neneknya. Detik selanjutnya saya segera menghubungi Samudera yang beruntungnya kali ini tersambung, disana didepan rumah Samudera saya menceritakan semua, menangis dan meminta maaf sejadi jadinya.

Bodoh ya? Ah sudahlah itu semua telah berlalu, saya saat ini sudah berubah menjadi pribadi yang lebih dewasa (semoga saja).

Suara klakson motor didepan kosan yang diikuti oleh teriakan nama saya dari si pengemudi ojek online membuyarkan lamunan saya akan masa lalu dan dengan segera saya keluar dan mengunci kamar kosan untuk menuju Stasiun Manggarai.

Saya sudahi dulu ya kisah bersama Samudera-nya. Nanti di lanjut lagi bila ada kesempatan dan bila orangnya mengizinkan haha.

--

Hi Hello! Selamat siang kawan kawan semua. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. silakan bila ada unek unek untuk chapter satu ini boleh ditulis dikomentar. -T

HIMWhere stories live. Discover now