1. Zhafran Aldric Dewa Anggara

102K 5.2K 242
                                    

-Tunggu saja, aku akan mencuri hatimu-

Zhafran Aldric Dewa Anggara sedang memandangi wajah wanita yang tertidur lelap sambil memeluknya. Tangan kanan wanita cantik menindih dadanya, sedang kakinya bertumpu pada kaki Zhafran, membelitnya dengan erat.

Wajahnya begitu damai. Tidak ada sedikit pun raut wajah datar yang biasa ditampilkannya di depan Zhafran. Sungguh berbeda jika dia dalam keadaan sadar. Entah kenapa, Zhafran lebih menyukainya yang seperti ini. Lebih manis.

Zhafran membelai rambut hitamnya yang panjang dengan sebelah tangan yang bebas, setiap helainya lembut. Pandangannya jatuh pada bibir merah menggoda milik wanita itu. Insting lelakinya mendorong otaknya untuk segera mencicipi bibir itu. Dia mengecup bibir itu sekilas lalu berbisik tepat ditelinga wanitanya. "Bangun, sayang."

"Eummm." Mata wanita cantik dipelukannya mulai terbuka. Wanita itu memandanginya sebentar. Sadar bahwa tangan dan kakinya membelit tubuh Zhafran, wanita itu langsung menjauhkan tangan dan kakinya. Beringsut mundur. Menjauhi Zhafran. Wajah datar yang sudah familier ditunjukkan lagi padanya.

Zhafran mencekal pergelangan tangannya begitu wanita itu bermaksud turun dari ranjang. "Mau kemana?" tanyanya pelan.

"Mandi," jawab wanitanya cepat. Zhafran menggeleng dengan tegas. Menyampaikan maksud bahwa wanita itu tidak boleh beranjak dari ranjang. Zhafran menarik tubuh wanita itu agar mendekat lalu menyapu bibirnya dengan lembut. Matanya yang menatap Zhafran, langsung menyiratkan penolakan. Tanpa peduli dengan tatapan mengancam yang diberikan, Zhafran langsung melanjutkan aktifitasnya. Cukup satu ciuman saja, maka setelahnya wanita itu tidak akan menolak apa pun yang akan Zhafran lakukan.

"Z..." Suara indah wanita itu membuatnya tersenyum dan menjadi lebih semangat untuk berbuat lebih. Sepanjang pagi, Zhafran memuja wanita itu. Dia begitu menyukai ekspresi wajah wanita itu saat memangil namanya. Hanya saja Zhafran tahu diri, sebanyak dan sesering apapun Zhafran memujanya, Zhafran tetap tidak akan bisa menyentuh hatinya.

Ada jarak yang begitu lebar antara hatinya dan hati wanita itu.

Mereka berdua menarik nafas berkali-kali karena sempat kekurangan pasokan oksigen. Wajah wanita disampingnya kembali berubah datar. Zhafran bahkan sering berpikir apakah yang menemaninya barusan adalah tembok cina? Bukan seorang wanita. Karena wanita yang seringkali menemaninya di masa silam, ekspresinya sangat menyenangkan untuk dilihat tidak datar seperti waniya itu.

Wanita disampingnya beranjak turun dari ranjang dengan selimut tebal yang dililitkan menutupi tubuhnya. Mata Zhafran mengekori langkah wanita itu sampai dia masuk ke kamar mandi. Beberapa detik kemudian, suara tangisan terdengar sampai ketelinganya.

Begitulah wanita itu, sejak enam bulan lalu, berulang kali melakukan hal yang sama. Menarik diri lebih dulu setelah aktifitas mereka selesai dan diam-diam menangis di kamar mandi. Membuat Zhafran semakin ingin mencekik lehernya sendiri.

Apakah dia tidak menikmati apa yang terjadi antara kami? Tetapi bagaimana bisa jika wajahnya justru mengisyaratkan bahwa dia sangat menikmati perlakuanku?

Dan Zhafran terus saja bertanya-tanya. Zhafran masih termangu di atas ranjang saat pemilik wajah tanpa ekspresi itu keluar dari kamar mandi. Matanya sembab karena habis menangis. Zhafran turun dari ranjang dan menghampirinya.

"Ada apa?" Pertanyaan sama yang dilontarkan Zhafran sejak enam bulan lalu setiap kali wanita itu menangis. Jawaban sama berupa gelengan kepala juga terus saja dia terima.

Wanita itu kemudian melenggang keluar kamar dengan santai, seakan tidak terjadi apa-apa. Meninggalkannya yang terdiam sambil memandangi kepergian wanita itu. Zhafran menarik nafas lelah lalu masuk ke kamar mandi. Dia memerlukan air dingin untuk membuat otaknya kembali dingin.

The Conqueror of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang