-5- For 3 Wishes

550 69 4
                                    

-5-

"AHJUSSI!" Eunha berteriak dari luar toilet kamar mereka, membuat Baekhyun yang masih sibuk di ruang kerjanya melangkah cepat dan berdiri santai di depan pintu menatap Eunha yang keluar sudah dengan kaos belel milik Baekhyun yang ia pakai kemarin malam dan juga handuk yang menutupi rambut basahnya.

Baekhyun bersandar pada daun pintu, menunggu Eunha bicara. "Ada apa Eunha?"tanya Baekhyun karena setelah berteriak memanggil tadi Eunha diam saja. Justru, dia malah sibuk di depan cermin menggunakan pelembab wajah, dan tangannya lalu berkaca menatap dirinya sendiri, dan mengabaikan Baekhyun seperti ia tidak berada di sana.

Baekhyun baru ingin kembali ke ruang kerjanya, namun Eunha bersuara dan mengekori suaminya. "aku belum melanjutkan ceritaku yang kemarin, kau keburu tidur. Jadi, karena luangmu hari ini luas aku mau cerita lagi padamu. Kau keberatan tidak?"

Baekhyun berhenti melangkah, sebelum berbalik menghadap pada Eunha ia tersenyum kecil, jujur saja, ini adalah hal yang membuat dirinya memutuskan untuk membiarkan Eunha berada di sisinya. Dia akan mengeluarkan segala yang ada di dalam kepalanya, Eunha gemar berbagi tentang apa yang terjadi pada hidupnya di hari ini selain bersama Baekhyun, selain menjadi istrinya Byun Baekhyun, dan tentu saja tentang hidupnya Bae Eunha, tentang hidupnya sebagai reporter lapangan, tentang mimpinya yang sudah dapat ia pijaki sedikit demi sedikit, dan Baekhyun ikut bahagia atas hal-hal itu.

Dalam titik ini, Baekhyun tak ada niatan untuk membandingkan Eunha dengan Aeri. Hanya saja, jika ada tanya siapakah yang lebih Baekhyun cintai sifatnya, maka orang itu adalah Eunha. Aeri punya sifat yang membuat Baekhyun jatuh cinta padanya saat itu, namun itu tidak sebanding dengan Eunha dari sisi mana pun.

Paling tidak, Aeri bisa terbuka sebagai teman saja, itu cukup untuk Baekhyun pada saat itu. ah, saat itu. Saat yang tak dapat lagi kembali, karena ini realita bukan novel fantasi yang bisa membalikkan waktu sesuka hati, membuat orang mati dan hidup kembali. Baekhyun tidak idealis, namun ia cukup rasional.

Sekali lagi, Baekhyun tidak mengharapkan waktu kembali pada saat itu. Bahkan orang-orang yang ada pada masa itu.

"Tidak. Cerita saja,"

"Benarkah?" Eunha mengerlingkan matanya, lalu Baekhyun menukas "Itu membantuku tidur." Baekhyun menyengir, Eunha memukul punggung Baekhyun hingga membuatnya membungkuk lalu berjalan kembali dan duduk di sofa depan tv. "Jadi kau bosan dengan ceritaku!" Eunha ikut duduk, namun ia mengubah posisinya kurang dari dua detik menjadi membaringkan diri dan kepalanya di atas paha Baekhyun.

"Bukan begitu, kalau kau cerita hal tak penting itu, membuatku tahu apa saja yang kau lakukan karena aku tak bisa memantaumu setiap saat dan itu menenangkan untukku." Baekhyun mengelus pucuk kepala Eunha, lalu mengambil remote tv menyetel acara random yang tayang pada dini hari.

Eunha menyuruh Baekhyun berhenti pada siaran film yang baru saja tayang, lalu matanya memandang Baekhyun lagi. Penampakan Baekhyun dari sisi bawah membuat Eunha berpikir apakah dia benar berbeda sepuluh tahun umurnya? "Menyenangkan juga atau tidak?"

Baekhyun melirik Eunha kilas lalu kembali fokus pada layar televisi yang datar. "Lebih menyenangkan jika melihatmu tetap tinggal di rumah 24 jam."jawab Baekhyun seadanya, Eunha menarik napas ia ingin menjawab namun Baekhyun lebih dulu menempelkan bibirnya di kening Eunha, cukup lama hingga membuat Eunha batal untuk bersuara.

"Aku tahu, itu impianmu. Aku bilang begitu karena aku cuman ingin jujur saja padamu. Karena kau terbuka padaku atas segala hal, maka aku juga harus begitu. Dan itu membuatku merasa senang.Jadi, kau ingin cerita apa hari ini?"

"um,kau tahu apa panggilan pemimpin redaksiku apa?"

Baekhyun memasang wajah dinginnya lagi, namun tangannya masih mengelus kepala Eunha pelan dan lembut. "Kau saja belum cerita mana aku tahu, aku bukan peramal."

【On Show】Book 3 : After Then : Little Bit Longer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang