Bagian 2. Trauma

87.6K 5.6K 165
                                    

Instagram : unianhar

Erangan kecil lolos dari bibir mungil Arum yang perlahan membuka matanya. Arum menghela napas panjang lalu mengucek matanya. Ada yang aneh, di rumahnya dulu tidak ada pria tapi kenapa sekarang ada pria yang wajahnya tak pernah Arum lihat sebelumnya?

"Dia udah buka mata tapi kenapa nggak ngomong?" Tanya pria bermata sipit dan berambut pirang menatap sahabatnya yang ada disebelahnya

"Apa mungkin dia punya kelainan." Jawab sahabatnya tak yakin

"Maksudmu? Tidur tapi matanya kebuka?"

Arum menarik selimut keatas menutupi kepalanya, apa dia mimpi? Kenapa ada 2 orang pria menatapnya terus? Arum kembali menutup matanya berharap ia tidak mendengar suara mereka lagi.

Arum membuka kasar selimutnya hingga mengenai seluruh tubuh laki-laki yang duduk ditepi ranjang disebalah kirinya. Arum duduk menatap mereka satu persatu. Tidak, siapa mereka? Kenapa mereka ada kamarnya? Apa mereka penjahat?

"Ja, jangan liatin kami kayak gitu! Kami bukan orang jahat!" Ujar salah satu dari mereka membuat Arum mulai ketakutan

"Bodoh! Mana orang jahat ngaku kalau dia jahat?!"
Ucap yang satunya setelah membuka selimut yang menutupi wajah bulenya

"Ka, kalian siapa?"

"Ka,"

HUAAAAAAAAAA

Arum menangis histeris memukuli kedua orang didepannya menggunakan bantal. Mereka jahat, mereka pasti ingin menyakitinya. Arum tidak mau sakit lagi, Arum tidak mau itu terjadi lagi, Arum harus menyelamatkan diri.

"Dek cantik tenanglah! Kam,"

"JANGAN!" Teriak Arum meringkuk kekepala ranjang

Hiks. . .

"AKU NGGAK SALAH! JANGAN SAKITI AKU!" Teriaknya histeris

Tidak lama kemudian Elang dan Kanaya masuk dengan wajah panik melihat keadaan Arum yang berantakan. Rambutnya acak-acakan, matanya sembab mengeluarkan air mata, hidungnya memerah dan bibirnya terus mengucapkan kata pergi.
Arum meminta kedua pria disana pergi, Arum semakin ketakutan saat keduanya berusaha menenangkannya.

"Arum?" Panggil Elang mendekati Arum yang masih meringkuk ketakutan

"PERGI!!!"

Kedua kaki Elang bak dilem seketika. Kakinya tak bisa bergerak, bahkan untuk bergerakpun ia tak bisa. Ia hanya mampu melihat Arum menangis memeluk kedua lututnya.

"Hey, Anak mama?" Kanaya mendekati Arum yang menunduk tak ingin melihat siapapun disana
"Ini mama, Arum. Lihat mama!. Mama ada didepan Arum." Kanaya duduk ditepi ranjang lalu menyentuh bahu Arum yang bergetar. Arum mendongak melihat Kanaya yang tersenyum tulus padanya

"Mama?"

Kanaya mengangguk kemudian memeluk Arum. Kanaya mengusap punggung Arum dan mengucapkan kata-kata jika Arum akan aman di rumah ini. Tidak akan ada yang mengganggu Arum apalagi menyakitinya.
Kanaya melepaskan pelukannya untuk menghapus air mata Arum yang membasahi wajah cantiknya.

"Syukurlah dia udah tenang!" Ucap pria yang tadi bermata sipit

"Aku kira dia histeris karena kaget liat wajah jelekmu, Cel!" Ucap yang satu lagi

Mendengar suara mereka membuat Arum melirik kemudian kembali menunduk didepan Kanaya.
Arum mendongak merasakan kepalanya diusap oleh Kanaya.
"Mereka berdua sahabat kakakmu" Kanaya melirik keduanya "Mereka bukan orang jahat seperti Arum pikirkan,mereka orang baik." Arum memberanikan diri melihat keduanya.
Senyuman dan lambaian tangan dari mereka tak direspon oleh Arum

Sister Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang