hari ke 40

10.6K 2.1K 26
                                    

"Makasih ya Om." Ucap Yeri pada Kangin yang mengantarnya pulang ke rumah. Yeri langsung menutup dan mengunci pintu rumahnya begitu mobil Kangin melaju meninggalkan rumahnya.

Yeri memang baru saja dari rumah saudaranya sampai larut malam. Maklum, hari ini dilakukan doa bersama untuk mengenang 40 hari wafatnya nenek Yeri. Acara sebenarnya sudah selesai dari jam 9. Namun karena masih ingin bermain dengan saudaranya, Yeri baru berniat pulang ketika jam menunjukan pukul 11 malam. Oleh karena itu Kangin tidak membiarkannya pulang seorang diri.

Yeri melihat beberapa lampu yang masih menyala, jendela yang belum tertutup gorden sepenuhnya. Setelah memastikan semua pintu rumahnya terkunci, Yeri langsung membenarkan posisi gorden dan mematikan lampu di beberapa ruangan yang masih menyala.

"Kok pada tidur di sini?" Tanya Yeri ketika melihat ibu dan adiknya tertidur di ruang keluarga.

Yeri sebenarnya tidak pernah tidur di luar keluarga, namun entah mengapa malam itu dia memilih mengikuti adik dan ibunya untuk tidur di sana.

Tak sengaja mata Yeri menangkap ruang kamar almarhumah nenek yang ditempati semasa beliau hidup dulu. Kamar tersebut memang menghadap persis ke arah ruang keluarga.

Yeri agak heran ketika melihat pintu ruangan tersebut terbuka dengan keadaan lampu masih menyala. Namun Yeri memilih membiarkannya dan memutuskan untuk memakai headset yang disambungkan ke ponselnya.

Yeri memang belum terlalu mengantuk. Makanya dia sengaja memutar lagu lagu sendu supaya rasa kantuk cepat datang menghampiri dirinya.
 
 
KRIEEEEEET KREEEEET
 
 
Yeri melepaskan headset yang terpasang di telinganya.

Baru saja ia mendengar suara. Seperti suara ranjang yang bergerak. Persis seperti ketika almarhumah neneknya berganti posisi saat tidur. Ya Yeri hapal karena beberapa kali Yeri sering menemani neneknya ketika sedang sakit dulu.

Kening Yeri mengerut. Kalaupun benar ada orang yang menempati ranjang neneknya, bagaimana mungkin ia yang memakai headset bisa mendengar suaranya?

Yeri menelan salivanya. Perasaannya jadi kian tak enak.

"Mah? Papah di rumah?" Tanya Yeri pada ibunya yang baru saja melenguh.

"Papa kan di rumah om Kris." Ucap ibunda Yeri dengan mata tertutup.

Jawaban yang dilontarkan ibunya sukses membuat bulu kuduk Yeri meremang.

Yeri menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian memasang lagi headsetnya dan menaikan volume lagu sampai ke batas maksimal.

Semuanya aman dalam beberapa saat, sampai ketika lagi-lagi pandangan Yeri tak sengaja mengarah ke kamar tersebut, lagi.

Dari balik pintu yang terbuka sedikit itu, Yeri melihat sebuah tangan terjulur. Tangan yang dia sangat hapal siapa pemiliknya.

Dan tangan itu adalah milik neneknya yang sudah meninggal 40 hari yang lalu.

janggal; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang