40.

6.1K 229 4
                                    

"Alma, lo masih cinta sama Galang?" tanya Farel pada Alma di hadapan Angga, saat di sebuah kafe.

Alma masih terdiam. Jujur saja, Alma masih cinta sama Galang. Meskipun sudah berkali-kali Alma melupakan Galang, tetap saja ia akan tetap ingat pada Galang.

Angga memutar kedua bola matanya santai. "Mau apa lo nanya-nanya gitu sama Alma? Kalo iya, Alma masih suka sama Galang, kenapa emangnya?" Angga menjawab to the poin, ia tahu bahwa Alma masih menyukai Galang. "Atau lo akan cemburu, disaat Alma masih suka sama Galang."

Farel tersenyum miring. "Gue cemburu? Alma bukan siapa-siapanya gue. Yang ada, lo yang cemburu sama Alma."

Alma hanya diam, menatap keduanya bergantian. "Udah, stopp! Farel, langsung aja bicara, kamu mau apa nanya-nanya hal itu?"

Farel menyeruput jus jeruknya terlebih dahulu, lalu dia berucap, "Gue nanya itu karna ada hubungannya sama Galang," jawab Farel. "Lo mau tau kan semua tentang Galang? Kalau mau tau, lo ikut gue sekarang ke rumah sakit."

***

"Untuk apa lo masih disini, Galang?" tanya Aila. "Lo enggak ada hak buat jagain gue."

Galang masih tetap terdiam. Ia masih fokus pada ponsel yang masih di gengamnya.

"Galang, lo denger kan, apa yang gue katain?" tanya Aila kesal.

Galang mrngangguk samar dengan mata tetap pokus pada ponsel.

"Kalo lo denger, sekarang lo pergi! Buat apa lo masih disini mulu! Jagain gue tiap hari, gak ada untungnya."

Galang tersenyum miring. "Ada kok, untungnya: Alma bakalan sakit hati, karna Alma ngira gue pacar lo, padahal lo hanyalah mantan gue."

Aila merebut ponsel Galang. Ditatapnya walpaper Ponsel milik Galang, disana terdapat Foto Galang yang tengah memeluk Alma dari belakang saat di pantai. Hati Aila panas melihat foto itu, tapi ia akui, ia hanyalah mantan Galang. "Galang, lo masih cinta sama Alma, tapi kenapa lo sakitin dia? Dia itu manusia Lang, punya hati, dan lo seenaknya mainin perasaan orang!"

Galang berdiri. Mata elang itu menatap wajah Aila begitu tajam. "Lo juga dulu seenaknya sakitin hati gue Ai, apa itu enggak sakit? Sakit banget! Lo pikir, gue akan secepat itu disaat lo minta gue ngejauhin lo. Enggak seperti apa yang lo pikirin." Di lipatkannya tangan itu depan dada miliknya dalam-dalam.

Mata Aila memerah. Hatinya sakit, perih, terluka. Ini semua karna dirinya juga. "Gue minta lo ngejauhin diri gue, karna punya alasan yang jelas dan gue enggak pernah bermaksud buat sakitin lo. Sementara lo, lo udah sakitin cewek yang lo sayang, tanpa alasan yang enggak jelas."

Galang tersenyum miring. "Gue emang sayang sama Alma dan gue masih cinta sama dia sampai sekarang juga! Tapi ada satu hal yang udah ngebuat hati gue sakit. Gue cemburu disaat gue liat Alma sama Angga pelukan. Apa gue boleh, balas dendam beberapa saat sama Alma, biar dia ngerasain apa yang gue rasain dulu."

Nafas Aila naik turun dan terdengar kasar. Aila merasa tidak terima dengan ucapan Galang barusan. "Kalo lo emang sayang sama Alma ngapain lo sakitin dia lang? Apa dengan cara lo balas dendam beberapa saat, akan buat Alma kembali lagi sama lo. Pikiran lo dikemanain lang? Bego!"

"Jadi selama ini, kamu bohong sama aku, Galang?"

Perbincangan Aila dan Galang teralihkan setelah mendengar suara seseorang. Galang membalikan tubuhnya, Jantung Galang berdenyut kencang saat mata elangnya menatap mata sayu.

Mata itu mulai berkaca-kaca. Lalu pipi mulusnya mulai di basahi air mata tetes demi tetes, hingga terdengar suara isakan tangis yang memecah keheningan.

Perlahan Galang mendekat pada Alma. Digenggamnya tangan mungil itu namun tiba-tiba.

Alma menempas tangan Galang kasar. "Sekuat-kuatnya besi, dia akan berkarat. Dan sekuat-kuatnya hati, dia akan terluka disaat seseorang melukainya meskipun tanpa sengaja." Alma bersuara yang terdengar serak.

"Alma," panggil Galang pelan. Dia merasa bersalah telah menyakiti hati Alma.

Entah sampai kapan, luka itu memporak-poranda hatinya. Ribuan duri telah menancap ke dalam lerung hati Alma. Hingga duri itu telah membuat hati Alma berdarah, tergores luka. "Aku enggak pernah membenci siapapun. Tapi, saat ini aku telah membenci seseorang yang pernah aku cintai, dan itu kamu Galang!"

Galang menggeleng pelan. "Lo boleh ngebenci gue Al. Tapi gue ingin kasih tau sesuatu yang lo enggak tau."

Mata Alma masih mengalir deras. Lalu Angga dan Farel baru saja datang dari luar menuju ruangan. Angga heran melihat Alma menangis.

"Lo ngapain adek gue hah?!" tanya Angga dengan nada tingginya.

Jantung Galang berdetak hebat saat dia mendengar ucapan Angga. "Adek?" Hati Galang bergejolak panas. Nafasnya naik turun tanpa henti dipenuhi emosi.

Mata Galang, menatap Alma tajam. "Jadi selama ini, orang yang udah nyelakain Aila, sampe dia lumpuh enggak bisa jalan. Itu semua gara-gara Kakak lo sendiri!" Baru saja tadi Galang ingin menceritakan tentang Aila baik-baik pada Alma, saat tadi. Namun emosinya meluap saat dia tau bahwa Alma adik Angga.

"Jadi-, Aila lumpuh gara-gara-" Alma menutup bibirnya yang terbuka dengan tangan mungilnya menatap Angga.

"Iya, Gara-gara Kakak Al, ini semua gara-gara Kakak. Kakak yang udah ngebuat Aila, lumpuh. Tapi, yang terjadi itu tanpa sengaja bukan di sengaja." Angga mencoba membenarkan kebenarannya. Ditatapnya Aila yang balas menatap Angga.

"Mau disengaja ataupun disengaja, lo udah ngebuat Aila lumpuh dan koma selama Dua Tahun!" ucap Galang penuh penekanan. Suaranya tidak terlalu keras. Karna Galang sadar, ini rumah sakit.

"Dua tahun?" Alma bertanya.

"Iya dua tahun, dan Aila baru sadar satu Tahun yang lalu!"

"Galang, gue kayak gini karna penyakit gue juga. Bukan karna kecelakaan aja!" Aila mencoba membenarkan semuanya.

"Tapi tetep aja, lo enggak bisa jalan sampe sekarang karna Kaki lo lumpuh. Dan ini semua gara-gara lo!" Galang mendorong bahu Angga.

Angga masih tetap diam. "Gue bakal jelasin semuanya sekarang-"

"Gue gak butuh penjelasan lo!"

"Yang butuh penjelan semuanya. Bukan lo aja Lang." Farel angkat bicara. "Angga, lo jelasin semuanya sekarang. Biar semua masalah kelar."

TBC~
Bandung, 10-November-2018

Alma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang