PESTA

76.4K 3.4K 337
                                    

Aku yakin Anak gaul jakarta akan menyebut ini sebagai party, yang ala ala selebrity

Malam merangkak pelan, lima belas menit setelah ku dengar azan isya yang sayup sayup dari desa tetangga.

Aktivitas manusia di perbukitan yang dipenuhi kebun teh ini terminimalisasi karena barrier antara belahan bumi dan matahari, gelap benar benar membuat penduduk desa berinsut, beristirahat sampai cahaya muncul kembali esok pagi

Semakin dalam malam, makhluk nocturnal akan mengadu peruntungan, bisa saja untuk makan, atau mengikuti insting mereka untuk berkembang, memperbanyak koloni dengan pembuahan. Bunyi yang dihasilkan mereka berkejar kejaran, tak peduli ini musim kering maupun hujan.

Dingin merayap, dan ketakutan mulai menyesap, terhisap oleh banyaknya aktivitas tak kasat mata, kita berpesta bukan dengan musik yang dikeluarkan oleh alat alat buatan manusia. Ini hanya irama yang dihasilkan alam, setelah hujan rintik rintik membuat genangan, dan angin menggerek ilalang, disertai petir ganas, dan pukulan atap yang rompong di rumah kecil di atas bukit ini.

Wanita itu kembali merapikan daster lusuhnya, menutupi baunya dengan kembang kenanga, lalu tanpa diperintah dia duduk dengan santai, tanpa mengayunkan kaki. Katanya dia menunggu untuk kekasihnya yang seperti pujangga, yang biasanya bermukim di pohon kopi.

"dia akan datang, jangan pulang dulu" ucapku menenangkan karena lama kelamaan wanita ini seperti sudah tak tahan, padahal baru 15 menit pesta ini dimulai.

Aku bujuk dia sabar, dibandingkan jika jiwa mellow nya datang, dia akan menangis sesegukan, sampai kupingku yang bisa mendengar dipenuhi dengungan. Ramai sekali malam ini, tapi dia tak punya satupun teman, kastanya di dunia tak terlihat terlalu rendahan. Energi residual kematiannya sungguh tragis, berakhir dengan semua penolakan, langit dan bumi, dan tentunya dia ini payah sekali bersosialisasi.

"aku kenalkan kau dengan sinti, ku lihat dia tadi ada disekitar sini, maka tunggulah disini, dan pergilah makan"

Dia mengangguk, dia sibak rambutnya yang menutupi penglihatannya. Goresan dan cabikan dimana mana, kelemahannya adalah kaca, karena kalau sudah tatap tatapan dia akan menangis sepanjang malam sampai pagi. Tak pernah terima keadaan, dan diumurnya yang stagnan 18 tahun sejak kematiannya, aku tak mengerti kenapa dia masih penuh rasa benci, yang biasanya ku tanggapi dengan kasihan.

Aroma dupa dan banyak sesajian, buat ruangan ini engap. Aku harus membedakan mata manusia ku yang masih berfungsi dan mata yang bisa melihat sisi lain dari dimensi. Ku cari di kumpulan wanita muda itu sinti, susah sekali apalagi baju mereka rata rata tak ada bedanya. Satu satu yang bikin dia cukup berbeda adalah lubang besar bernanah di punggungnya. Baunya lebih pekat, seperti daging busuk, tapi meskipun begitu aku paling tau sinti adalah kunti yang ramah dan bisa diajak berkompromi.

"sin, ada yang mau kenalan, namanya ningsih, jangan pacaran mulu disini"

Aku tau bagaimana menandakan  para jin jin qorin ini jatuh hati, walaupun wajah mereka pucat pasi, tapi setiap mereka tertarik sesama lawan jenis mereka akan menunjukan kegembiraannya dengan tertawa tawa, melengking, kemudian menangis karena mereka masih dipengaruhi masa masa penuh tangis di dunia manusia dulu. Tapi melihat sinti hari ini yang sedang dimabuk asmara dengan laki laki tinggi besar, aku sepertinya tak tega mengganggu kemesraan mereka.

"kun, kamu ganggu kita saja, tapi yang mana ya"

Dia memang yang paling gampang bekorban, pikirku, sekejab sinti mengikutiku, sibakan terusannya melayang, menerobos banyak sekali energi yang sama besar dengannya. Lagi lagi dia tertinggal di belakang.

Sinti, kuliat minta maaf dengan ketua geng wewe yang bertetek paling besar, dia sepertinya dalam bahaya. Karena setauku kumpulan wewe yang kesini selain berpesta juga membuka forum di bawah forum, merencanakan proyek mereka untuk menyelamatan anak anak dari orang tua yang tidak peduli.

Aku sang pemilik pesta melerai mereka, lalu membawa sintipergi jauh jauh.

"kau terlalu cepat jalannya kun, kau harus mengerti aku,  sistem navigasi ku nggak sebagus kamu, energiku gampang bentrok, kau tau kan bagaimana manusia dan manusia, begitu juga hantu dengan hantu, kau tembus saat berjalan diantara kami, dan aku saat mau menerobos mereka malah aku yang diterobos"

Sinti adalah kunti terbaik, yang dulu hidupnya sangat aut autan sebelum rumah ini ku tinggali. Tapi sepertinya percakapan dari malam sampai dini hari bisa membuat kita berdua saling menyemangati. Jadilah dia sinti yang sekarang, lebih jauh dari kata sedih, dan semakin berdamai dengan hidupnya yang lalu.

Aku pertemukan mereka berdua. Kutinggalkan setelah mereka bersalaman, ku kendalikan pesta, kunyalakan lagi dupa yang masih tersisa, petir semakin menyambar, hari ini jumat kliwon di penanggalan jawa. Ini  bulan kedelapan aku disini, dirumah yang penampakannya adalah gubuk kecil yang sederhana. Dari seorang anak yang disebut mereka indigo, yang telah bertahun tahun hidup didunia nya sendiri, yang disingkirkan demi harta benda. Aku benci sekali dengan mereka.

DUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang