Dua

6.7K 299 6
                                    

Laila pov

"Kriiiiiiingggg!!!!!!!!"

Ah ternyata sama. Sekolah maupun pesantren. Harus ada bel bel bel dan bel. Dan itu tandanya harus ada kegiatan yang, ah! Pasti penuh aturan.

"Mbak, ayo ke kelas. Kelasnya udah hampir dimulai loo." Suara seseorang mengagetkan lamunan ku.

Aku menoleh malas ke asal suara. Ah menyebalkan! Aku berdiri dan berjalan cepat meninggalkan cewek yang sok akrab itu.

"Eh mbak tunggu!" Cewek tadi berniat mengejar ku.

Aku berhenti. Hampir aja tuh cewek nabrak aku. Aku lagi-lagi harus berbalik arah.

"Woyy! Kalo lo mau ke kelas. Ke kelas aja sono!" Aku sedikit menekan suara.

"Tapi, mbak. Kalo mbak Laila nggak mau, nanti dihukum loh." Tuh, kan. Kalo nggak ada aturan, nggak mungkin tuh cewek ngancem aku pake kata dihukum-dihukum segala.

Eh apa tadi. Dia bilang Laila? Kok dia tau nama ku?.

"Kok lo tau nama gue?"

"Ya, kan mbak Laila santri baru. Pasti langsung pada tau namanya" Cewek itu menjelaskan.

Ah peduli apa aku. Mau tau kek mau nggak tau kek. Itu bukan urusan ku. Dan lagi-lagi ku tinggalkan dia.

Dan lagi-lagi cewek itu mensejajarkan langkahnya dengan mengejar ku.

"Mbak ayo ke kelas." Dia mengajak ku ke kelas lagi.

Aku mendengus kesal.

"Heh! Lo nggak mau dihukum juga, kan?"

Cewek itu mengangguk ragu.

"Nah, kalo lo nggak mau di hukum juga. Udah sana pergi!"

Cewek itu akhirnya mengalah dan pergi. Sebelum akhirnya cewek itu mengenalkan namanya yang tak terlalu aku pedulikan.

"Iya deh, o iya mbak. Nama saya Fitri. Saya temen sekamarnya mbak."
"Hmm.. Udah sono pergi!"

Aku melanjutkan perjalanan. Yang ah! Aku nggak tau harus kemana. Segalanya yang ada di jalan aku tendang, batu, kaleng dan upss!!

"Klontanggg!!!!"

Kaleng itu hampir saja mengenai seseorang. Tapi nggak kena kok. Ahh hampir saja. Eitt tunggu, kan nggak kena, kok orang itu berjalan ke arah ku?.

"Kenapa nggak masuk kelas?" Tanya laki-laki yang hampir aja jadi korban tendangan gue dengan dinginnya.

"Ehhmm enggak." Jawab aku nggak kalah datar.

"Kamu santri baru ya?"

"Iya."

"Kenapa nggak masuk kelas?"

"Terserah gue donk."

Akupun berlalu. Tapi, ah sial aku harus terpelanting ke belakang karna tergelincir kerikil. Dan aw!

***

Abbad pov

Ternyata suara itu berasal dari seorang gadis berkulit putih dan berparas manis yang berada di belakangku. Namun sayang wajah manisnya harus tertutup dengan raut muramnya. Bibir ranumnya terlihat mengerucut.

Ku hampiri dia. Sepertinya aku belum pernah melihatnya. Sepertinya dia santri baru. Abi dan umi belum pernah cerita apapun. mengenai gadis itu.

Dan benar dia santri baru. Ia tidak masuk kelas. Mungkin masih penyesuaian. Dan ku tinggalkan dia. Tapi Shit!

Refleks tanganku menangkap tangannnya saat dia hampir terjatuh.

"Hati-hati!" Ku lepas tanganku.

"Maaf" Ucapku setelahnya.

"Hmm iya. Makasih" Ucapnya kemudian. Dia menunduk dan pergi.
Bahkan aku belum mengetahui siapa namanya.

Ku lanjutkan langkahku menuju kelas.

Cinder-ella di PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang