Terra

106 6 9
                                    

Satu lagi kabel penunjang kehidupan tabung hibernasi terputus. Layar pemantau aktivitas vital menunjukkan penurunan drastis. Detak jantung dan denyut nadi menunjukkan penurunan. Aktivitas otak pada gelombang alfa menunjukkan peningkatan sementara gelombang theta dari aktivitas otak menurun secara signifikan.

Gel dalam tabung bergeming, tak terpengaruh goncangan yang terjadi di luar tabung, tetapi dia yang berada dalam tabung hibernasi merasakan dengan jelas guncangan itu. Ia sudah bisa merasa terganggu setelah sebelumnya hanya bisa meraba-raba kesadaran.

Dua detik setelah kabel kelima dari enam penunjang kehidupannya tercabut, kesadaran kembali perlahan-lahan ke dalam otaknya. Inderanya yang bisa kembali menerima implus dari luar mendadak menggigil saat merasakan dingin gel hibernasi yang mengepung seluruh tubuhnya. Ia tidak bisa bergerak, tapi jarinya yang menggigil tidak bisa ia hentikan. Getaran mengganggu dari gel di sekelilingnya terasa menggelikan.

Kemudian, suara-suara berdengung. Baik di dalam maupun di luar kepalanya. Keduanya memberitahukan banyak hal yang tidak ia mengerti.

"Tidak bisa lagi...."

"Selamatkan...."

Sebuah informasi, sesuatu dalam dirinya berkata.

Pertanyaan muncul seiring kesadarannya yang meningkat. Di saat normal, akan ada pekikan orang-orang yang gembira, tapi kali ini tidak ada sorak sorai meriah menyambut. Makhluk hidup di dalam tabung hibernasi itu dibiarkan memahami segalanya sendirian. Dalam waktu singkat, ketidak pahaman dalam kepalanya berganti dengan semakin banyak kebingungan karen semakin banyak jawaban yang tercipta. Informasi terus menghujani otaknya bagai air yang jatuh di atas tanah tandus. Suara-suara dalam kepalanya terus berlanjut. Terus berbicara tanpa henti.

"Dia datang...."

"Tolong...."

"Jangan...."

Suara-suara itu semakin keras terdengar. Semakin mengganggunya.

Anak dalam tabung berusaha bergerak. Pertama, ia menggerakkan jarinya, satu jarinya saja.

Berhasil. Dua jarinya berhasil bergerak, berhasil menggeser sedikit di dalam gel yang entah bagaimana bisa sangat liat itu.

Perlahan matanya membuka. Terasa berat. Gel dalam tabung menghalangi kelopak matanya membuka. Jarinya bergetar karena ketidak sabaran. Jantungnya berdegup cepat penuh antisipasi. Adrenalin terpacu ke otaknya yang aktif. Rasa lelahnya yang baru saja meneguk kesadaran lenyap saat kenyataan akan apa yang bisa ia lakukan masuk ke dalam otaknya.

Tidak butuh waktu lama, semburat jingga memenuhi pandangan matanya yang berhasil membuka walau hanya sedikit. Cahaya terang yang membara dan seolah menggapai-gapai udara memenuhi setiap sudut, tidak peduli kemana pun bola matanya bergerak.

Api, pikirnya cepat. Kebakaran.

Tempat ini terbakar!

Bayang-bayang berlarian ke sana ke mari dengan cepat di sekelilingnya. Mulanya mereka tampak hitam, tapi kemudian mereka berubah semakin jelas seiring waktu dengan kaki menapak ke tanah dan jas putih melambai di belakang punggung mereka, terbang seiring gerakan mereka yang tergesa-gesa.

Manusia, benaknya sekali lagi bicara. Ada manusia di dekatnya.

Mulut para manusia itu membuka lebar, senada dengan kedua mata mereka. Tubuh mereka bergetar hebat. Kepala mereka menggeleng. Kulit mereka mengilap karena peluh di dalam naungan cahaya api yang berkobar.

"Tolong....!" Ia membuka mata lebih lebar, membaca gerakan mulut satu pria yang berdiri paling dekat dengan tabungnya. "Jangan bunuh aku! Aku tidak mau mati!"

Sands of Time [Short Stories Anthology]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang