Part 10

54.2K 4.5K 147
                                    

Author POV

     Sesampainya Arely di mansion, gadis blasteran Italia-Portugis itu menuju kamarnya dan menyiapkan koper. Ia merapikan beberapa baju dan meletakkannya ke dalam koper, tak lupa keperluan lainnya dan foto Ibunya. Arely akan pergi ke Negara Asia Tenggara, Negara yang dipilihnya adalah Indonesia. Arely ingin ke Indonesia untuk menghindar dari sosok Kharel tuk sementara.

Arely mendapat informasi dari Hans kalau hubungan pekerjaan mereka aktif selama satu bulan ini. Arely menebak pasti Kharel akan lebih sering ke mansion dalam hubungan kerja sama itu, apalagi Hans dan Kharel menjadi teman. Hans bilang kalau Kharel lebih memilih membahas soal perencanaan selanjutnya di mansion. Arely tidak ingin lagi melihat Kharel, pria yang telah mempermainkannya. Ia benci pria itu.

"Apa kau benar-benar ingin berlibur kesana? Sendirian? Kenapa tidak bersamaku saja, hanya sebulan saja menungguku, Arely."

Arely menoleh ke arah Hans yang sudah diambang pintu kamarnya, "Aku bukan hanya untuk berlibur, tapi aku ingin bertemu dengan sahabat lamaku. Kau kenal Cira bukan? Wanita yang baru menikah beberapa bulan yang lalu."

Hans mengangguk, "Ya, aku kenal. Baiklah, setelah kau sampai disana kau kabari aku ya? Oh ya, apa kau juga akan cari korbanmu di Negara tropis itu?"

"Mungkin," balas Arely dengan senyuman kecil dan duduk di tepi ranjang.

◼️◻️◾️▫️❤▫️◾️◻️◼️

     "Apa?!! Berakhir katamu?!!! Secepat ini?!" pekik gadis bergaun seksi itu, membuat suasana cafe menjadi hening.

Banyak pasang mata melihatnya, tepatnya ke arah gadis yang tampak marah dan berteriak histeris tadi. Pengunjung cafe menebak bahwa gadis itu korban sang ladykiller.

Kharel tersenyum kecut, "Ini keputusanku. Terserah aku kapan aku mau mengakhiri hubungan ini. Apa kau masih kurang menikmati hartaku dan fasilitas yang aku berikan padamu, Nona?"

Kharel ingat apa saja yang diminta oleh Lanza, dalam sehari tak kurang dari 1500 euro yang dikeluarkan oleh Kharel untuk memenuhi apa yang diminta Lanza. Untung saja, Kharel orang kaya.

"Kau memanfaatkanku!" Ucapan Lanza membuat Kharel tertawa.

"Kau habis jatuh dari lantai 30 ya?" kata Kharel.

Lanza menggeram, "Diam kau, bajingan!"

"Kau memutuskanku setelah apa yang kita lakukan beberapa hari yang lalu di malam itu! Kau menikmatinya bukan? Apa aku masih kurang nikmat untukmu Kharel? Katakan?! Kurang seksikah aku? Apa aku kurang cantik?" sambar Lanza tanpa jeda.

Kharel tertawa hambar, "Kau yang memintanya duluan. Aku melakukannya atas dasar keinginanmu sendiri. Kau tahu? Aku selalu berhubungan intim ketika si wanita itu sendiri yang memintanya duluan padaku."

Dada Lanza sudah naik turun, tangannya mengepal, ingin sekali meninju wajah Kharel.

"Lagipula barangmu sudah dipakai orang lain. Jadi, apa yang menarik darimu?" ucap Kharel.

Lanza diam.

"Tubuhmu? Tidak. Goyanganmu? Bagiku tidak ada kesan," kata Kharel.

Hati Lanza semakin tercabik-cabik, ia menghela nafas dan menunduk.

"Lanzaku sayang, malam itu aku melakukannya dengan tergesa-gesa. Aku tak perduli kau orgasme atau tidak. Kau tahu kenapa? Aku merasa muak!"

Lanza meneteskan air matanya, "Kenapa kau begitu padaku? Kau, barangmu itu juga bekas orang lain. Apa aku mempermasalahkan itu? Tidak! Kau tahu? Betapa aku mencintaimu."

BOYKILLER Vs LADYKILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang