•°*~BUTTERFLY~*°•
|
|
|
Jika kalian berada di posisi Jin, apa yang kalian akan lakukan? Keadaan terlihat...seakan-akan mempermainkannya. Namun kadang dia malah berpikir dirinya lah yang gagal dalam mempermainkan keadaan di sekitarnya.
Tidak tahu. Sungguh dia tidak tahu apa maksud dari kejadian yang menimpanya seorang diri ini. Sahabatnya, satu persatu pergi tanpa dapat dicegah olehnya, dalam hitungan waktu yang singkat. Mereka semua pergi ditelan bumi dan entah kenapa hanya dia seorang yang ditinggalkan. Luka yang dirasakannya tak bisa sembuh seketika karena ditimbun luka baru yang lebih menyakitkan hari demi harinya.
Rasa sakit ini, dokter terhebat pun belum tentu dapat mengobatinya. Penasehat terhebat pun belum tentu dapat memberinya jalan baru, begitu juga dengan sang penakluk bumi lainnya, mereka tidak akan kuat. Lalu boleh kah Jin mendapatkan penghargaan besar saat dia bisa menghadapi ini semua? Jawabannya tidak. Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi.
Hal itu lah yang membuat Jin terpuruk, dia terpuruk seorang diri hingga membuatnya merasa bingung apakah dia benar bersama sahabatnya melewati hari-hari yang menyenangkan beberapa hari ini atau tidak? Dia belum bisa kembali ke pemikiran rasional nya. Atau bisa di bilang malah dia yang tak ingin kembali. Miris.
Dia seakan dibawah pengaruh mimpi yang terlihat begitu nyata. Tak ingin mengetahui selain rasa nyaman dan tawa canda yang mereka bagi kemarin, saat pergi kepantai dan membuat keributan di sebuah rumah makan. Semua seakan dia bermimpi di atas awan, semu. Dan tak ada yang berniat menyadarkannya terutama dirinya sendiri.
Lama dia berpikir,"Awan itu membawaku kedasar kejatuhanku ternyata."
Lama barulah Jin sadar, dirinya dan V hanya mengkhayal tentang keberadaan sahabat-sahabat mereka. Kenyataan yang begitu menyakitkan ini adalah awal mereka dikuasai oleh khalayan tersebut. Apakah sebegitu tertekannya mereka? Ya, buktinya V lebih dulu menyadari kenyataan dari khalayan ini dan memilih untuk pergi lebih dulu menemui mereka tanpa dapat jin hadang(lagi).
"AKH!! Sakit egh~ kenapa harus jadi seperti ini!!" Jin berteriak mencoba menahan sakit dengan meremas-remas kuat rambut kepalanya.
"KENAPA KALIAN BEGITU TEGA MENINGGALKAN KU SEORANG DIRI Ha!!?" kembali Jin berteriak, meminta jawaban. Namun nihil. Dia hanya dapat memukul-mukulkan kepalanya yang semakin sakit kearah stir kemudi mobilnya. Bulir air mata pun langsung deras jatuh membasahi pipinya.
Cuku lama dia menangis seorang diri di dalam mobilnya. Mencoba mengeluarkan rasa sakit dan mengurangi rasa sesak di dadanya. Sayang itu tidak membuatnya merasa lebih baik. Dia hanya merasa sedikit tenang, dia mulai menegakkan tubuhnya kini. Entah dapat pemikiran dari mana, mudiaan dihidupkannya mesin mobilnya perlahan dengan tatapan kosong menghadap ke depan. Lalu dia menggas mobil tersebut terburu-buru dengan rem tangan yang masih belum dilepas. Lama dia terdiam menatap ke depan dengan satu pemikiran dan kini dia siap meluncur dengan kencang. Dan siapa pun pasti tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini.
"Maaf sobat, tapi aku tidak mau sendiri seperti ini, a-aku juga ingin bersama kalian terus...selamanya. Tolong terima aku," setelah mengatakan itu, Jin melepas rem tangannya dan dengan kecepatan penuh meluncurkan mobilnya kearah jurang yang ada di depan matanya. Gelombang laut di bawah sudah menunggunya dan tak ada perasaan takut yang terpancar dari kedua matanya. Sedikit lagi dia sampai di ujung, tapi tiba-tiba matanya mengabur dan seperti melihat sesuatu yang lain di depan sana. Jin mengucek sebelah matanya dan betapa terkejudnya dia saat melihat keenam sahabatnya berdiri di depan sana dengan senyum di wajah mereka. Jin dengan panik langsung membelokkan ke kiri kemudi mobilnya untuk menghindar, namun...
YOU ARE READING
•°*~BUTTERFLY~*°•
Random"Mereka mulai meninggalkanku satu persatu dalam kesunyian dan kehampaan. Apa yang harus kulakuan?!. Apakah aku harus menyusul mereka juga?!. Kumohon seseorang tolong aku...segera"-Kim Seokjin.
