part b

4.9K 548 103
                                        

Mata sipit Renjun berputar, memandang puluhan mobil yang terparkir rapi. Beberapa orang berlalu lalang. Sebelum masuk dalam kawasan basement, ia sempat membaca nama gedung ini. Mall yang berada di pusat kota. Tapi ia bertanya-tanya, mengapa ia tak bertemu Jaemin? Seorang supir yang dikirim oleh Jaemin pun tak mengatakan apapun saat di jalan. Lalu dimana Jaemin sekarang?

Mengalihkan pandangan pada pria berjas hitam di sebelahnya. Si supir hanya mengangguk dan menuntun arah yang harus Renjun ambil dengan sopan.

Sesaat setelah mereka tiba di dalam gedung, sosok Jaemin tertangkap oleh jarak pandang Renjun, ia bergegas mendekati si suami.

"Hyung! Kenapa kita di mall?"

"Makan siang Renjun, sushi.."

"Bukan itu, maksudku, kenapa harus di mall?" Renjun bertanya sambil mengikuti langkah Jaemin di sampingnya.

"Hm? Kantorku hanya beberapa blok dari mall sayang.."

Renjun mengangguk paham, ia melirik dasi merah maroon yang sudah terpasang rapih, seketika kejadian memalukan itu teringat olehnya.

'Kemarikan, aku bisa memasangnya untukmu hyung..'

Setelah menyelesaikan sarapan, Jaemin kembali ke kamar, dan mengambil beberapa dokumen dan tas di meja kerjanya. Setelahnya, ia mematut kembali tampilannya di depan cermin, memastikan tampilannya sudah benar-benar rapi.

Menggapai sehelai dasi yang sudah disiapkan sang istri tadi. Ia memang sengaja tak langsung memakai dasi, karna harus sarapan. Jadi ia memutuskan untuk memakai setelahnya agar tak mengganggu.

Ia membiarkan sang istri mengambil alih dasi dari tangannya. Memandang Renjun yang sedang membolak balik dasi. Tatapannya sangat canggung. Seakan baru pertama kali melihat dasi. Ia tersenyum jahil. Oke, mari kita lihat, apa Renjun bisa memasangkan dasi dengan benar?

"Ehm, sebentar.." terhitung sudah dua kali Renjun memasang dan menarik kembali simpul tali dasi yang sudah menggantung di leher panjang Jaemin.

Jaemin sekuat tenaga menahan tawanya. Ia tahu, Renjun tak bisa memasang simpul dasi. Tapi ia membiarkan. Gemas sendiri dengan raut wajah khas yang selalu Renjun pasang saat sebal.

"Sayang.. Sepertinya aku sudah terlambat.." melirik jarum jam, sudah hampir setengah 8 pagi. Ia sudah terlambat.

"Hm?" Menaikkan fokus matanya, memandang tepat di bingkai mata tipis milik Jaemin, menggaruk belakang lehernya dengan canggung "maafkan aku hyung.." menghela nafas sedih, "sepertinya aku harus belajar mengikat simpul dasi terlebih dahulu.."

"Tak apa.. aku bisa memasangnya nanti di mobil." Jaemin mengusak helai rambut si mungil. Tersenyum memaklumi "Aku akan mengajarimu nanti.."

Dalam hati Renjun merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia belajar terlebih dahulu. Atau paling tidak ia menanyakan pada Jaemin bagaimana cara memakainya.

Masih asik dengan pikirannya sendiri dan tak menyadari mereka telah sampai di salah satu restaurant Jepang di dalam gedung mall. Jaemin sudah menarik pinggang mungilnya menuju meja lesehan yang berlaskan tatami.
.

.

.

.

.

.

"Hyung.. apa kau tak kembali ke kantor?" Renjun kembali berceloteh saat mereka selesai makan. Perutnya hampir meledak setelah menghabiskan 2 porsi besar sushi. Ia mengusap perut kecilnya yang sudah berbentuk bulat. Ia benar-benar kenyang.

"Setelah ini aku akan kembali.."

Renjun memajukan bibirnya, "kau sudah berjanji padaku untuk menemaniku memotong rambut hyung!" Merengek kembali. Huh, padahalkan Jaemin sudah berjanji kemarin.

Amnesia | JaemRenWhere stories live. Discover now